Search This Blog

Wednesday, 19 November 2014

Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction/DI)

MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG (Direct Instruction)
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas :
MODEL PEMBELAJARAN MI/SD
Dosen Pengampu
MOHAMMAD ARIF, M. Pd.




Disusun Oleh :
1.   Ika Ismiati                          (1725143123)
2.   Istinganah                           (1725143138)
3.   Laila Dwi Safitri                (1725143147)
4.   Nova Santoso                     (1725143217)
5.   Rieska Seventina                (1725143244)

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH 1 B
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN )
TULUNGAGUNG
OKTOBER 2014



Kata Pengantar
Puji syukur dengan mengucapkan Alhamdulillah rahmat, taufiq serta hidayah Allah SWT penulis dapat menyelesaikan makalah ini dalam waktu yang telah ditentukan. Sholawat serta salam semoga sanantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya, para sahabatnya dan orang-orang yang mengikuti jejaknya.
Dan tak lupa penulis ucapkan banyak terima kasih kepada:
1.      Dr. MAFTUKHIN, M.Ag selaku rector IAIN   TULUNGAGUNG yang telah memberikan  konstribusi dan izin sehingga kami dapat menuntut ilmu di IAIN TULUNGAGUNG ini.
2.      MOHAMMAD ARIF, M. Pd. selaku Dosen Model Pembelajaran MI/SD di IAIN TULUNGAGUNG yang telah memberikan bimbingan dan pengajaran kepada kami.
3.      Semua pihak yang selalu membantu penulis dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu segala kritik dan saran konstruktif penulis terima dengan terbuka. Semoga karya ini bermanfaat dan menjadi motivasi bagi pembaca yang budiman.




                                                                   Tulungagung, 10 Oktober 2014



     Penulis







BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Albert Bandura (1977) dalam buku Social Learning Theory yang diterbitkan oleh Englewood Cliffs – Prentice Hall, telah mengemukakan gagasan yang sangat logis: “proses belajar akan sangat menguras energi dan waktu, bahkan berbahaya, bilamana manusia harus menggantungkan diri mereka sepenuhnya pada hasil-hasil kegiatannya sendiri (menemukan sendiri). Untung saja, sebagian besar tingkah laku seseorang dapat diperoleh/dipelajari melalui pengamatan (observasi), lalu dilakukan pemodelan (peniruan) terhadap tingkah laku orang lain, kemudian orang yang belajar tersebut akan dapat membentuk pemahamannya sendiri tentang bagaimana melakukan tingkah laku baru yang ditirunya itu. Oleh sebab pebelajar (orang yang belajar) dapat belajar dari contoh (model) yang ditirunya, paling tidak dalam bentuk yang mendekati atau mirip sebelum mereka melakukan tingkah laku (kegiatan) tertentu yang sifatnya baru bagi mereka, maka pebelajar dapat terhindar dari melakukan kekeliruan-kekeliruan yang tidak perlu
Para ahli psikologi pendidikan penganut Teori Pemodelan Tingkah Laku meyakini bahwa suatu tingkah laku dipelajari apabila pebelajar (pengamat)  memperhatikan dengan sadar tingkah laku yang ingin dipelajarinya. Misalnya, jika anda sedang makan mie bersama seseorang yang menggunakan sumpit sebagai alat makan, dan anda tidak pernah menggunakan sumpit sebelumnya, maka anda akan memperhatikan dengan sadar dan sungguh-sungguh bagaimana orang tersebut memegang sumpit di sela-sela jarinya, lalu memperhatikan bagaimana ia mulai mencapit helaian-helaian mie dengan ujung sumpit. Saat melakukan pengamatan secara sadar itu, anda akan menyimpan cara menggunakan sumpit itu di ingatan jangka panjang (long-term memory). Saat itu anda belum melakukan tingkah laku yang diamati itu (memegang sumpit dan mencapit mie), oleh sebab itu belum ada konsekuensi secara tingkah laku (reinforcement), yang diperlukan sebagai langkah selanjutnya agar proses belajar makan mie dengan sumpit dapat terjadi.
Teori belajar sosial atau teori belajar pemodelan tingkah laku ini dianggap sebagai penyumbang terbesar landasan penerapan model pembelajaran langsung (direct instruction) di kelas. .         
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana Pengertian Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction/DI)
2.      Bagaimana Ciri-Ciri Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction/DI) ?
3.      Bagaimana Tujuan Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction/DI) ?
4.      Bagaimana Strategi (Langkah-Langkah) Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction/DI) ?
5.      Bagaimana Kelebihan  dan Keterbatasan Model Pembelajaran Langsung ?

C.   Tujuan Pembahasan Masalah
1.      Mengetahui Pengertian Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction/DI)
2.      Mengetahui Ciri-Ciri Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction/DI)
3.      Mengetahui Tujuan Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction/DI)
4.      Mengetahui Strategi (Langkah-Langkah) Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction/DI)
5.      Mengetahui Kelebihan  dan Keterbatasan Model Pembelajaran Langsung(Direct Instruction/DI)
D.    Batas Pembahasan Masalah
Makalah ini hanya menjelaskan atau membahas tentang hal-hal yang berkaitan denganmodel pembelajaran langsung (Direct Instruction/DI).



BAB II
PEMBAHASAN MASALAH

A.   Pengertian Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction/DI)
Model Pembelajaran Langsung (DI) adalah pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal. Siswa tidak dituntut untuk menemukan materi itu. Materi pelajaran seakan-akan sudah jadi. Wina Sanjaya (2008: 179), menyebut model ini sebagai model Ekspositori, yang sering juga disebut dengan “chalk and talk”.[1]
Menurut Arends (Trianto, 2011 : 29) Pembelajaran Langsung adalah “Salah satu pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif  (pengetahuan tentang sesuatu) dan pengetahuan prosedural (pengetahuan mengenai bagaimana orang melakukan sesuatu) yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah”.[2]
Model ini paling sesuai untuk mata pelajaran yang berorientasi pada penampilan atau kinerja seperti menulis, membaca, matematika, musik dan pendidikan jasmani. Di samping itu, pengajaran langsung juga cocok untuk mengajarkan komponen-komponen keterampilan dari mata pelajaran sejarah dan sains. Menurut Silbernam (2006), strategi pembelajaran langsung melalui berbagai pengetahuan secara aktif merupakan cara untuk mengenalkan siswa kepada materi pelajaran yang akan diajarkan. Guru juga dapat menggunakannya untuk menilai tingkat pengetahuan siswa sambil melakukan kegiatan pembentukan tim. Cara ini cocok pada segala ukuran kelas dengan materi pelajaran apapun.[3]



B.     Ciri-Ciri Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction/DI)
Terdapat beberapa ciri / karakteristik model DI ini, yaitu:[4]
1.      DI dilakukan dengan cara menyampaikan materi pelajaran secara verbal
Artinya bertutur secara lisan merupakan alat utama dalam melakukan strategi ini, oleh karena itu sering diidentikkan dengan ceramah.
2.      Adanya sistem pengelolaan dan lingkungan belajar model yang diperlukan agar kegiatan pembelajaran tertentu dapat berlangsung dengan baik.
3.      Materi pelajaran yang disampaikan adalah materi pelajaran yang sudah jadi, seperti data atau fakta, konsep-konsep tertentu yang harus dihafal sehingga tidak menuntut siswa untuk berfikir ulang. Ada yang menyebut dengan istilah pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif.
4.      Adanya tujuan utama pembelajaran
Yaitu penguasaan materi pelajaran itu sendiri. Artinya, setelah proses pembelajaran berakhir siswa diharapkan dapat memahaminya dengan benar dengan cara dapat mengungkapkan kembali materi yang telah diuraikan.


C.    Tujuan Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction/DI)
1.      Pengetahuan Deklatarif
Pengetahuan deklaratif adalah pengetahuan ‘mengenai sesuatu’ dan dapat diungkapkan dengan kata-kata. Contoh pengetahuan deklaratif misalnya bahwa ‘presiden RI dipilih melalui pemilu yang dilaksanakan setiap 5 tahun sekali.’ Contoh lain, ‘di dalam daun terdapat mesofil daun yang terdiri dari jaringan palisade dan jaringan spons.’
D.    Pengetahuan Prosedural
Pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang ‘bagaimana melakukan sesuatu.’ Contoh pengetahuan prosedural misalnya, ‘bagaimana tata cara dan langkah-langkah pelaksanaan pemilu di Indonesia’. Atau, ‘bagaimana cara melakukan pengamatan struktur anatomi daun untuk melihat jaringan palisade dan jaringan spons yang menyusun mesofil daun’.
Kembali ke tujuan-tujuan pembelajaran yang dapat dicapai bila mengimplementasikan model pembelajaran langsung (direct instruction), model pembelajaran ini dirancang khusus untuk mengembangkan pembelajaran siswa baik yang berkaitan dengan pengetahuan prosedural maupun pengetahuan deklaratif yang tersusun dengan baik dan dapat diajarkan selangkah demi selangkah.[5]
E.     Strategi (Langkah-Langkah) Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction/DI)
Sebelum diuraikan tahapan (sintaks) model pembelajaran DI ini, terlebih dahulu diuraikan beberapa hal yang harus dipahami oleh setiap guru yang akan menggunakan model DI ini, yaitu:
1.       Rumuskan tujuan yang ingin dicapai.
Tujuan pembelajaran yang baik harus berpatokan pada beberapa syarat berikut:
a.       Mengacu pada siswa
b.      Bersifat spesifik (khusus)
c.       Uraian tentang situasi penilaian (kondisi evaluasi) jelas
d.      Mengandung kriteria keberhasilan (tingkat pencapaian kinerja yang diharapkan)
2.      Memilih Materi Pembelajaran
Menurut Jerome Brunner, dalam memilih materi pembelajaran guru harus memahami:
a.       Prinsip Ekonomi dalam Menentukan Materi Pembelajaran
Yaitu guru melakukan pembatasan tujuan pembelajaran untuk mengoptimalkan alokasi waktu, sarana pembelajaran, sumber dan media pembelajaran, atau hal-hal lainnya saat memberikan penjelasan secara lisan (verbal) atau selama demonstrasi.
b.      Prinsip Power dalam Menentukan Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran yang disajikan oleh guru akan memiliki power (kekuatan) bila materi pembelajaran yang telah dipilih disajikan secara lugas dan logis. Materi pembelajaran harus diorganisasikan secara logis sehingga siswa memperoleh kemudahan untuk mempelajari hubungan antara fakta-fakta, prinsip-prinsip, atau konsep-konsep kunci dalam suatu pokok bahasan.
c.       Melakukan Analisis Tugas (Task Analysis)
Analisis tugas (task analysis) adalah sebuah teknik yang harus dilakukan guru, di mana guru membagi-bagi suatu keterampilan yang kompleks menjadi komponen-komponen bagian, dengan demikian dapat diajarkan dengan pola sesuai urutan yang paling baik dan logis selangkah demi selangkah.
Pada kenyataannya, sebuah keterampilan yang kompleks tidak dapat dipelajari dengan mudah dalam satu waktu tertentu melalui pemodelan (demonstrasi). Keterampilan tersebut harus diajarkan bagian per bagian secara berurutan. Pengetahuan atau keterampilan yang kompleks harus dipecah menjadi komponen-komponen bagian,tahap demi tahap. Bayangkan, bagaimana siswa dapat menarikan Tari Pendet dengan baik bila setiap bagian gerakan tidak diajarkan atau didemonstrasikan satu per satu secara berurutan? Atau, siswa tentu tidak akan dapat melakukan pengamatan benda-benda mikroskopis bila mereka tidak diajarkan sub-sub keterampilan melakukan pengamatan dengan mikroskop.
Guru, pada saat melakukan perencanaan model pembelajaran langsung (direct instruction) dengan mudah dapat melakukan analisis tugas (task analysis) dengan cara:
1.      Meminta penjelasan kepada orang yang menguasai dan dapat melakukan keterampilan kompleks itu, atau amati pada saat orang tersebut melakukan keterampilan tersebut. Bila guru sendiri juga menguasai keterampilan itu, maka tentu lebih mudah lagi. Guru tinggal melakukan keterampilan kompleks itu sendiri.
2.      Memecah-mecah keterampilan kompleks tersebut menjadi komponen-komponen bagian (keterampilan-keterampilan bagian).
3.      Menyusun keterampilan-keterampilan bagian tersebut dengan urutan yang logis sehingga tampak jelas bahwa suatu keterampilan bagian akan menjadi keterampilan prasyarat bagi keterampilan balian yang lain.
4.      Menetapkan perencanaan strategi untuk mengajarkan atau mendemonstrasikan setiap keterampilan bagian tersebut, lalu mempersatukannya menjadi keterampilan kompleks yang utuh yang harus dipelajari siswa tersebut.
d.      Merencanakan Alokasi Waktu
Sewaktu melakukan perencanaan alokasi waktu, guru harus mempertimbangkan:
1.      Apakah waktu yang disediakan cukup, sesuai dengan kemampuan siswa?
2.      Pemberian motivasi kepada siswa, sehingga semua tetap berada dalam tugas belajarnya dengan atensi (perhatian) yang optimal. Ingat, model pembelajaran langsung (direct instruction) sebagai model pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centered) menuntuk siswa selalu memiliki perhatian yang optimal terhadap penjelasan atau demontrasi yang diberikan oleh guru.
e.       Merencanakan Pengaturan Ruang Kelas
Dikarenakan model pembelajaran langsung (direct instruction) membutuhkan atensi siswa kepada guru (model) yang sedang melakukan presentasi dan demonstrasi, maka pengaturan ruang kelas juga menjadi sesuatu hal yang penting untuk diperhatikan. Formasi tempat duduk dan pengaturan ruang kelas harus memungkinkan siswa mudah mengamati semua sesi demonstrasi yang dilakukan. Guru sebaiknya berada pada posisi di depan kelas, kalau perlu di tempat yang lebih tinggi, yang dapat dipandang atau diamati seluruh siswa dari setiap arah. Formasi kelas tradisional sangat cocok digunakan untuk penerapan model pembelajaran langsung (direct instruction).

Berikut disajikan tabel 1, tentang sintaks Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction/DI).
Fase dan Peran Guru dalam Model Pembelajaran Langsung
No
Fase
Peran Guru
1
Menyampaikan Tujuan Pembelajaran dan mempersiapkan siswa
Menjelaskan Tujuan, Materi Prasyarat, memotivasi siswa, dan mempersiapkan siswa
2
Mendemonstrasikan Pengetahuan dan Keterampilan
Mendemonstrasikan keterampilan atau menyajikan informasi tahap demi tahap
3
Membimbing Pelatihan
Guru memberi latihan terbimbing
4
Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik
Mengecek kemampuan siswa dan memberikan umpan balik
5
Memberikan latihan dan penerapan konsep
Mempersiapkan latihan untuk siswa dengan menerapkan konsep yang dipelajari pada kehidupan sehari-hari.
Sumber :Kardi & Nur (Trianto 2011:31)
Mengacu pada fase-fase tersebut, berikut merupakan ilustrasi pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran langsung yang akan digunakan dalam penelitian sebagai berikut :
  1. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi peserta didik untuk belajar.
  2. Guru menyampaikan materi dengan membahas bahan ajar melalui kombinasi ceramah dan demonstrasi.
  3. Setelah materi selesai disampaikan, guru memberikan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) kepada peserta didik untuk dikerjakan sebagai latihan secara individu.
  4. Selanjutnya guru bersama peserta didik membahas Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD).
  5. Di akhir pembelajaran guru memberikan soal-soal latihan sebagai pekerjaan rumah.
F.     Kelebihan  Dan Keterbatasan Model Pembelajaran Langsung  (Direct Instruction/DI)
a.       Kelebihan model pembelajaran langsung
1.      Dengan model pembelajaran langsung, guru mengendalikan isi materi dan urutan informasi yang diterima oleh siswa sehingga dapat mempertahankan fokus mengenai apa yang harus dicapai oleh siswa.
2.      Dapat diterapkan secara efektif dalam kelas yang besar maupun kecil.
3.      Dapat digunakan untuk menekankan poin-poin penting atau kesulitan-kesulitan yang mungkin dihadapi siswa sehingga hal-hal tersebut dapat diungkapkan.
4.      Dapat menjadi cara yang efektif untuk mengajarkan informasi dan pengetahuan faktual yang sangat terstruktur.
5.      Merupakan cara yang paling efektif untuk mengajarkan konsep dan keterampilan-keterampilan yang eksplisit kepada siswa yang berprestasi rendah.
6.      Dapat menjadi cara untuk menyampaikan informasi yang banyak dalam waktu yang relatif singkat yang dapat diakses secara setara oleh seluruh siswa.
7.      Memungkinkan guru untuk menyampaikan ketertarikan pribadi mengenai mata pelajaran (melalui presentasi yang antusias) yang dapat merangsang ketertarikan dan dan antusiasme siswa.
8.      Ceramah merupakan cara yang bermanfaat untuk menyampaikan informasi kepada siswa yang tidak suka membaca atau yang tidak memiliki keterampilan dalam menyusun dan menafsirkan informasi.
9.      Secara umum, ceramah adalah cara yang paling memungkinkan untuk menciptakan lingkungan yang tidak mengancam dan bebas stres bagi siswa. Para siswa yang pemalu, tidak percaya diri, dan tidak memiliki pengetahuan yang cukup tidak merasa dipaksa dan berpartisipasi dan dipermalukan.
10.  Pengajaran yang eksplisit membekali siswa dengan ”cara-cara disipliner dalam memandang dunia (dan) dengan menggunakan perspektif-perspektif alternatif” yang menyadarkan siswa akan keterbatasan perspektif yang inheren dalam pemikiran sehari-hari.
11.  Model pembelajaran langsung yang menekankan kegiatan mendengar (misalnya ceramah) dan mengamati (misalnya demonstrasi) dapat membantu siswa yang cocok belajar dengan cara-cara ini.
12.  Ceramah dapat bermanfaat untuk menyampaikan pengetahuan yang tidak tersedia secara langsung bagi siswa, termasuk contoh-contoh yang relevan dan hasil-hasil penelitian terkini.
13.  Model pembelajaran langsung (terutama demonstrasi) dapat memberi siswa tantangan untuk mempertimbangkan kesenjangan yang terdapat di antara teori (yang seharusnya terjadi) dan observasi (kenyataan yang mereka lihat).
14.  Demonstrasi memungkinkan siswa untuk berkonsentrasi pada hasil-hasil dari suatu tugas dan bukan teknik-teknik dalam menghasilkannya. Hal ini penting terutama jika siswa tidak memiliki kepercayaan diri atau keterampilan dalam melakukan tugas tersebut.
15.  Siswa yang tidak dapat mengarahkan diri sendiri dapat tetap berprestasi apabila model pembelajaran langsung digunakan secara efektif.
16.  Model pembelajaran langsung bergantung pada kemampuan refleksi guru sehingga guru dapat terus menerus mengevaluasi dan memperbaikinya.
b.      Keterbatasan Model Pembelajaran Langsung
1.      Model pembelajaran langsung bersandar pada kemampuan siswa untuk mengasimilasikan informasi melalui kegiatan mendengarkan, mengamati, dan mencatat. Karena tidak semua siswa memiliki keterampilan dalam hal-hal tersebut, guru masih harus mengajarkannya kepada siswa.
2.      Dalam model pembelajaran langsung, sulit untuk mengatasi perbedaan dalam hal kemampuan, pengetahuan awal, tingkat pembelajaran dan pemahaman, gaya belajar, atau ketertarikan siswa.
3.      Karena siswa hanya memiliki sedikit kesempatan untuk terlibat secara aktif, sulit bagi siswa untuk mengembangkan keterampilan sosial dan interpersonal mereka.
4.      Karena guru memainkan peran pusat dalam model ini, kesuksesan strategi pembelajaran ini bergantung pada image guru. Jika guru tidak tampak siap, berpengetahuan, percaya diri, antusias, dan terstruktur, siswa dapat menjadi bosan, teralihkan perhatiannya, dan pembelajaran mereka akan terhambat.
5.      Terdapat beberapa bukti penelitian bahwa tingkat struktur dan kendali guru yang tinggi dalam kegiatan pembelajaran, yang menjadi karakteristik model pembelajaran langsung, dapat berdampak negatif terhadap kemampuan penyelesaian masalah, kemandirian, dan keingintahuan siswa.
6.      Model pembelajaran langsung sangat bergantung pada gaya komunikasi guru. Komunikator yang buruk cenderung menghasilkan pembelajaran yang buruk pula dan model pembelajaran langsung membatasi kesempatan guru untuk menampilkan banyak perilaku komunikasi positif.
7.      Jika materi yang disampaikan bersifat kompleks, rinci, atau abstrak, model pembelajaran langsung mungkin tidak dapat memberi siswa kesempatan yang cukup untuk memproses dan memahami informasi yang disampaikan.
8.      Model pembelajaran langsung memberi siswa cara pandang guru mengenai bagaimana materi disusun dan disintesis, yang tidak selalu dapat dipahami atau dikuasai oleh siswa. Siswa memiliki sedikit kesempatan untuk mendebat cara pandang ini.
9.      Jika model pembelajaran langsung tidak banyak melibatkan siswa, siswa akan kehilangan perhatian setelah 10-15 menit dan hanya akan mengingat sedikit isi materi yang disampaikan.
10.  Jika terlalu sering digunakan, model pembelajaran langsung akan membuat siswa percaya bahwa guru akan memberitahu mereka semua yang perlu mereka ketahui. Hal ini akan menghilangkan rasa tanggung jawab mengenai pembelajaran mereka sendiri.
11.  Karena model pembelajaran langsung melibatkan banyak komunikasi satu arah, guru sulit untuk mendapatkan umpan balik mengenai pemahaman siswa. Hal ini dapat membuat siswa tidak paham atau salah paham.
12.  Demonstrasi sangat bergantung pada keterampilan pengamatan siswa. Sayangnya, banyak siswa bukanlah pengamat yang baik sehingga dapat melewatkan hal-hal yang dimaksudkan oleh guru.




1 comment:

MAKALAH KONSEP PENGEMBANGAN KURIKULUM / DOWNLOAD MAKALAH

KONSEP PENGEMBANGAN KURIKULUM MAKALAH DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH PENGEMBANGAN KURIKULUM MI DISUSUN OLEH: ...