Search This Blog

Monday 8 June 2015

CATATAN MSI 8 KUUUUU

TULUNGAGUNG,selasa, 18 mei 2015 yaitu pertemuan ke Sembilan untuk mata kuliah Metodologi Studi Islam. Namun hari ini saya terlambat karena ada rapat sebentar, haduh… rasanya sangat menyesal karena melewatkan sebentar dari pertemuan kali ini. Namun saya harus tetap bersemangat karena memang mata kuliah ini sangat menyenangkan.
Pada pertemuan kali ini kita membahas pada bab Isu-Isu Aktual Dalam Islam dalam sub bab Pruralisme. Hubungan social antar umat manusia membuka dua pilihan antara harmoni atau konflik. Konflik atau harmoni merupakan konsekuensi logis dari realitas kehidupan masyarakat yang plural, senantiasa berubah dan dinamis. Dinamika dalam masyarakat tidak hanya berlangsung secara linier teapi juga sirkuler. Dan konflik bisa terjadi dimana saja dan kapan saja.
Salah satu persoalan dalam konflik yang memperoleh perhatian secara serius adalah faktor agama. Fenomena konflik berlatar belakang agama sesungguhnya melahirkan paradoxs dalam agama sendiri. Pluralisme merupakan kunci penting untuk memehami realitas kehidupan. Kesadaran terhadap pluralisme merupakan salah satu factor determinan yang akan mengantarkan kearah kehidupan social, khususnya kehidupan antar umat beragama, yang damai dan saling menghargai.
Ada yang menafsirkan pluralisme secara negative atau dinilai sama dengan relativisme yang berarti tidak ada kebenaran yang mutlak atas sebuah agama. Padahal pada masing-masing agama memiliki kebenaran yang bias berubah setiap saat hingga kebenaran yang ada dalam setiap agama relative sifatnya. Selain itu ada yang menyamakan pluralism dengan sinkretisme yaitu keyakina gado-gado yang meramu unsur-unsur tertentu dari masing-masing agama, kemudian menformulasi  dalam bentuk keyakinan atau bahkan agama baru.
Secara mendasar pluralism merujuk kepada kesadaran untuk hidup bersama secara legitimasi dalam keberagaman pemikiran, kehidupan dan tingkah laku yang dalam sisi tertentu sebenarnya incompatible antara satu dengan lainnya.hal penting yang mendorong kearah terbentuknya kesadaran pluralitas adalah dengan menciptakan ruang dialog. Mengembangkan dialog dapat dilakukan dengan empat tingkat, yaitu :
1.      Dialogue of hearts yaitu rasa sebagai bersaudara, sesama makhluk tuhan, sesame manusia
2.      Dialogue of life yaitu menegakkan nilai-nilai kehidupan kemanusiaan
3.      Dialogue of peace yaitu keberanian untuk memperbincangkan tuhan dan manusia dalam kedamaian
4.      Dialogue of silence yaitu dimana tuhan berbicara dengan manusia
Untuk menghasilkan hubungan inklusif antar agama melalui dialog, ada sepuluh prinsip yang aharus dipegangi, yaitu :
1.      Untuk belajar mengubah dan mengembangkan persepsi dan pengertian tentang realitas  dan kemudian berbuat menurut apa yang sesungguhnya diyakini;
2.      Merupakan suatu  proyek antara dua pihak intern masyarakat satu agama atau antar masyarakat penganut agama yang berbeda
3.      Peserta dialog harus mengikuti dialog denagn kejujuran dan ketulusan dengan sungguh-sungguh;
4.      Peserta dialog harus mendefinisikan dirinya sendiri;
5.      Peserta dialog harus mengakui dialog tanpa asumsi-asumsi yang kukuh dan tergesa-gesa;
6.      Dialog hanya bisa dilakukan antara pihak-pihak yang setara;
7.      Dialog harus dilakukan atas dasar saling percaya;
8.      Orang-orang yang mengikuti dialog antar agama paling kurang harus bersifat kritis (baik terhadap mereka sendiri ataupun terhadap agama yang mereka anut);
9.      Peserta dialog akhirnya harus mencoba memahami agama mitra dialognya dari dalam;
10.  Dalam dialog antar agama, orang tidak boleh membandingkan idealismenya dengan praktek mitra dialognya;
Dalam pluralisme, terdapat beraneka ragam perbedaan yang berkaitan dengan semua sisi kehidupan. Ada perbedaan ras, social, ekonomi, budaya, politik dan juga agama.realitas pluralitas tidak mungkin untuk ditolak. Memaksakan homogenisasi, menafikan eksistensi mereka yang berbeda, bahkan bernafsu menguasai, hanya akan menuai konflik yang berkepanjangan. Satu hal penting yang seyogyanya ditanamkan adalah kesadaran terhadap pluralisme, khususnya pluralisme agama. Kesadaran ini menjadi modal dasar penting dalam membangun kehidupan yang damai, toleran dan saling menghargai, ditengah kehidupan yang plural.
Pada pertemuan kali ini sedikit yang saya dapatkan juga yaitu “sesuatu itu akan terasa penting ketika sudah berlalu”. Kali ini juga ada sedikit refleksi yang diberikan yaitu tentang sebuah kisah yang dibacakan oleh pak Naim tentang perjuangan seorang mahasiswa dalam mengejar cita-citanya, kisah ini cukup membuat saya terharu. Dari refleksi ini juga saya mendapatkan “kita seharusnya bersyukur terhadap apa yang kita punya saat ini tanpa menyia-nyiakan kesempatan yang telah kita dapatkan untuk menuntut ilmu”.
sekian catatanku kali ini....sekian ....terimakasih...

CATATAN MSI 8 KUUU

Tulungagung, selasa, 12 mei 2015. Yaitu pertemuan ke delapan untuk mata kuliah metodologi studi islam, seperti biasa pertemuan mata kuliah ini selalu membuat saya bersemangat karena diawal pun sudah ada guyonan-guyonn yang tidak membuat jenuh kita.
Pada hari ini kita membahas  tentang berbagai pendekatan dalam studi islam, dan sub bab yang kita bahas yaitu pendekatan sejarah. Kata sejarah berasal dari bahasa arab syajarah (pohon) dan history dalam bahasa inggris yang berarti cerita atau kisah. Sejarah dalam perspekif ilmu pengetahuan menjadi terbatas hanya mengenai aktivitas manusia yang berhubungan dengan kejadian-kejadian tertentu (unik) yang tesusun secara kronologis. Ada dua konsep tentang sejarah :
1.       Sejarah yang tersusun dari serangkaian peristiwa masa lampau, keseluruhan pengalaman manusia (objektif).
2.       Sejarah sebagai suatu cara, yang dengannya fakta-fakta diseleksi, diubah, dijabarkandan dianalisis (subjektif).
Hugiono dan P.K Poerwantana mendifinisikan sejarah sebagai rekonstruksi peristiwa masa lampau yang dialami oleh manusia, disusun secara ilmiah, meliputi urutan waktu, diberi tafsiran dan dianalisis kritis, sehingga mudah dimengerti dan dipahami. Kuntowijoyo berkata, “sejarawan itu ibarat orang naik kereta api dengan melihat ke belakang, ia dapat menoleh kekanan dan kekiri, yang tidak bias ia lakukan yaitu melihat kedepan. Kuntowijoyo melanjutkan bahwa ada beberapa kaidah penting berkaitan dengan sejarah :
1.       Sejarah itu fakta
2.       Sejarah itu diakronis, ideografis dan unik
3.       Sejarah itu empiris
Pendekatan sejarah secara kritis bukanlah sebatas dapat melihat peristiwa masa lampau dari segi pertumbuhan, perkembangan serta keruntuhan, melainkan juga mampu memehami gejala-gejala structural serta factor-faktor kausal lainnya atas peristiwa itu. Ini adalah prosedur dalam melaksanakan penelitian sejarah agama :
1.       Persiapan sebelum penelitian
2.       Pengumpulan sumber sejarah
3.       Kritik terhadap sumber sejarah
4.       Interpretasi sejarah
5.       Penulisan sejarah
Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pengembangan studi islam di IAIN dengan pendekatan sejarah :
1.       Kajian sejarah harus mencakup salah satu dari tiga ranah penelitian (asal usul, perubahan dan perkembangan).
2.       Orientasi kajian sejarah lebih mengarah pada perspektif sosiologis/antropologis, bukan melulu orientasi politik.
3.       Penggunana teori-teori sejarah barat harus dikombinaskan dengan teori sejarah warisan islam.
4.       Model akjian sejarah bias mengambil bentuk sejarah kawasan, sejarah islam Indonesia, atau sejarah intelektual seorang tokoh.
Sejarah tidak akan menjadi sejarah jika tidak direkonstruksi (ditulis kembali, disusun narasinya, ditulis ceritanya, disusun secara ilmiah, ada urutan waktunya).
Sejarah itu mengajarkan tentang pentingnya sebuah dokumen

catatan msi 6 ku



tulungagung, 28 april 2015 yaitu pertemuan ke 6 untuk mata kuliah Metodologi Studi Islam. Seperti biasa saya selalu bersemangat saat mata kuliah ini, namun menurut saya ada sedikit yang agak janggal kenapa beluam ada pemberitahuan untuk UTS ya…
Waktu masuk pun tiba dan sesuai dugaan ternyata memang hari ini akan ada UTS, sungguh kami satu kelas merasa sangat terkejut karena memang belum ada persiapan, namun apa mau dikata karena memang sudah waktunya. Dari pertemuan kali ini yang dapat saya ambil hikmahnya yaitu pak Naim ingin ”mengetahui sejauh mana kita memahami apa yang selama ini kita bahas secara bersama-sama”.

catatan msi kuy lima



Tulungagung,   14 april 2015 yaitu pertemuan kelima untuk mata kuliah Metodologi Studi Islam (MSI), seperti biasa saya selalu bersemangat saat mata kuliah ini berlangsung karena sselalu ada motivasi-motivasi yang disampaikan. Pada pertemuan kali ini kita membahas tentang Studi Islam di Barat.
Studi islam di Barat dikelompokkan menjadi dua : pertama, membahas sejarah dan dinamika perkembangan studi islam di negeri Barat yang dilakukan mahasiswa Indonesia serta tokoh lain; kedua, kondisi Islam di beberapa universitas di negeri Barat.
Dari perspektif sejarah studi yang dilakukan orang Indonesia di Barat, sudah cukup lama. Menurut Harry A. Poeze, mahasiswa Indonesia pertama yang melakukan studi di Barat yaitu di Leiden, Belanda adalah Raden Mas Ismangoen Danoewinoto.
Pada masa ini dilatarbelakangi oleh kepentingan politis pemerintah kolonial Belanda. Seiring perkembangan zaman, studi ke negara Barat terus berkembang, dan berkonsentrasi pada bidang ekonomi, polotik, pemerintah (belum mengambil focus khusus studi Islam). Focus studi islam baru mulia setelah Indonesia merdeka.
Seperti biasanya pak Naim selalu membuat guyonan agar mahasiswanya tidak ngantuk dan itu memang selalu berhasil, tiap kali pak Naim membuat guyonan atau candaan kami langsung tertawa dan bersemangat kembali. Selain itu pak Naim juga mnenyampaikan motivasi atau kata-kata agar kita lebih bersemangat misalnya saja …………………
Orang pertama Indonesia yang studi di Barat yaitu M. Rasjidi dan selanjutnya Harun Nasution. Setelah kembali ke Indonesia Harun dikenal sebagai sarjana yang sangat konsisten menyuarakan pluralistic approach. Harun sangat intens mengembangkan studi Islam sebagai centre of excellence. Gagasan Harun yaitu melakukan perubahan dan pembaruan sistem pendidikan di IAIN dengan mengubah sistem kuliah dengan diskusi, budaya menulis ilmiah, dalam bentuk paper, makalah, da memperkenalkan studi islam secara komprehensif.
Ada 3 model pendekatan studi islam di barat :
1.      Studi islam dengan pendekatan filologis
2.      Studi islam denngan pendekatan ilmiah
3.      Studi islam dengan pendekatan fenomenologi-interpretatif
Hal yang diakui A. Azra bahwa studi Islam di Barat tidak selamanya netral dari agama dan hal itulah yang memunculkan beberapa kritikan tentang  kajian-kajian tentang Islam yang dilakukan di Barat cenderung esensialis, cenderung di motivasi kepentingan-kepentingan politis dan merupakan upaya untuk melestarikan kebenaran-kebenaran yang dicapai atas nama kehidupan intelektual dan akademis. Kelebihan studi islam di Barat yaitu mahasiswa menjadi pusat pengembangan, sedangkan dosen hanya mengarahkan.

MAKALAH KONSEP PENGEMBANGAN KURIKULUM / DOWNLOAD MAKALAH

KONSEP PENGEMBANGAN KURIKULUM MAKALAH DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH PENGEMBANGAN KURIKULUM MI DISUSUN OLEH: ...