PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
MAKALAH
Diajukan
Untuk Memenuhi Syarat Salah Satu Tugas Mata Kuliah:
Psikologi Pendidikan
Dengan
Dosen Pengampu:
Mirna Wahyu Agustina, M.Psi.
KELAS : 2-B
JURUSAN :
PENDIDIKAN GURU MI
FAKULTAS
TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA
ISLAM NEGERI ( IAIN )
TULUNGAGUNG
MARET 2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat
Allah SWT yang telah memberikan sedikit dari ilmu-Nya Yang Maha Luas sehingga
upaya penulisan makalah ini dapat terselesaikan.
Shalawat
serta salam tidak lupa kami haturkan kehadirat Nabi Muhammad SAW yang kita
nantikan syafaatnya di akhirat nanti.
Tidak
lupa kami ucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak
Dr.Maftukhin, M.Ag selaku rektor IAIN Tulungagung yang telah memberi kesempatan
untuk belajar di IAIN Tulungagung.
2. Ibu
Mirna Wahyu Agustina, M.Psi selaku dosen pengampu mata kuliah Psikologi
Pendidikan yang telah membimbing kami dalam penyusunan makalah ini.
3. Rekan-rekan
PGMI 2-B yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.
4. Semua
pihak yang telah membantu menyelesaikan penulisan makalah ini.
Tentunya
kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan karena
keterbatasan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu kritik dan saran
yang membangun dari semua pihak sangat kami harapkan. Semoga makalah ini
bermanfaat untuk kita semua.
Tulungagung, 18 Maret 2015
Penulis
DAFTAR
ISI
Sampul................................................................................................................... i
Kata
Pengantar...................................................................................................... ii
Daftar Isi............................................................................................................... iii
BAB
I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah...................................................................... 1
B. Rumusan
Masalah............................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan Masalah................................................................... 2
BAB
II LANDASAN TEORI
A.
Definisi Perkembangan Peserta Didik
B.
Proses Perkembangan Peserta Didik
C.
Faktor – Faktor yang Mempengaruhi
Perkembangan Peserta Didik
D. Tugas
Perkembangan Fase Peserta Didik
BAB III PEMBAHASAN
A.
Contoh Studi Kasus
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan.......................................................................................... 17
B.
Saran.................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Masalah anak seringkali terjadi karena
ketidakpahaman kita terhadap kondisi fisik maupun psikologisnya. Kita sering
dikejutkan dengan perubahan anak secara tiba-tiba, misalnya anak yang semula
penurut menjadi pemberontak, anak yang semula periang menjadi pendiam. Masih banyak hal yang perlu kita ketahui dari
perkembangan-perkembangan anak yang sering membuat kita heran. Dengan memahami
perkembangan anak sebagai peserta didik akan mempermudah orang tua khususnya
pendidik untuk agar kita mampu mendampingi anak dan menghadapi setiap tingkah
laku anak.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa
definisi perkembangan peserta didik ?
2. Bagaimana
proses perkembangan peserta didik ?
3. Apa
faktor yang mempengaruhi perkembangan peserta didik ?
4. Bagaimana
tugas perkembangan fase peserta didik ?
C. Tujuan
Pembahasan
Makalah
ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui
definisi perkembangan peserta didik.
2. Mengetahui
proses perkembangan peserta didik.
3. Menjabarkan
faktor- faktor yang mempengaruhi perkembangan peserta didik.
4. Mengetahui
tugas perkembangan fase peserta didik.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Definisi
Perkembangan Peserta Didik
Perkembangan dapat diartikan sebagai “perubahan yang
progresif dan continue (berkesinambungan) dalam diri induvidu dari mulai lahir
sampai mati”( The progressive and
continous change in the organism from to death). Pengertian lain dari
perkembangan adalah “perubahan-perubahan yang dialami individu atau organism
menuju tingkat kedewasaanya atau kematangannya ( maturation ) yang berlangsung secara sistematis, progresif, dan
berkesinambungan, baik menyangkut fisik (jasmaniah) maupun psikis (rohaniah)”. [1]
Yang dimaksud dengan sistematis,
progresif, dan berkesinambungan itu adalah sebagai berikut.
1. Sistematis,
berarti perubahan dalam perkembangan itu bersifat saling kebergantungan atau
saling mempengaruhi antara bagian-bagian organisme ( fisik dan psikis ) dan merupakan kesatuan
yang harmonis.
2. Progresif
, berarti perubahan yang terjadi bersifat maju, meningkat, dan mendalam (
meluas ) baik secara kuantitatif ( fisik ) maupun kualitatif ( psikis ).
3. Berkesinambungan,
berarti perubahan pada bagian atau fungsi organisme itu berlangsung secara
beraturan atau berurutan, tidak terjadi secara kebetulan atau loncat-loncat.
B. Proses
Perkembangan Peserta Didik
Secara
umum, proses dapat diartikan sebagai runtutan perubahan yang terjadi dalam
perkembangan sesuatu. Adapun maksud kata proses dalam perkembangan siswa ialah
tahapan-tahapan perubahan yang dialami seorang siswa, baik yang bersifat
jasmaniah maupun yang bersifat rohaniah. Proses dalam hal ini juga berarti
tahapan perubahan tingkah laku siswa, baik yang terbuka maupun yang tertutup.[2]
Proses bisa juga
berarti cara terjadinya perubahan dalam diri siswa atau respons/reaksi yang
ditimbulkan oleh siswa tersebut. Proses perkembangan dengan pengertian seperti
ini menurut (Hurlock, tak pernah statis atau berhenti, karena
perubahan-perubahan yang berhubungan dengan perkembangan (developmental
changes). Manusia, menurut Elizabeth B. Hurlock, tak pernah statis , karena
perubahan-perubahan senantiasa terjadi dalam dirinya dalam berbagai kapasitas
(kemampuan) baik yang bersifat biologis maupun yang bersifat psikologis.
Secara global,
seluruh proses perkembangan individu sampai menjadi “person” (dirinya sendiri)
berlangsung dalam tiga tahapan.
1. Tahapan
proses konsepsi (pembuahan sel ovum ibu oleh sel sperma ayah).
2. Tahapan
proses kelahiran (saat keluarnya bayi dari Rahim ibu kea lam dunia bebas).
3. Tahapan
proses perkembangan individu bayi tersebut menjadi seorang pribadi yang khas
(developmental of selfhood).
C. Faktor
– Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Peserta Didik
Faktor yang mempengaruhi perkembangan
dibagi menjadi 2, yaitu :
1. Faktor-faktor
yang berasal dari dalam berupa
a. Bakat
atau pembawaan ( nativisme )
Anak
dilahirkan dengan membawa bakat-bakat tertentu. Bakat ini dapat diumpamakan
sebagai bibit yang terkandung dalam diri anak. Setiap individu tentunya
memiliki bakat yang berbeda-beda, misalnya anak yang mempunyai bakat musik akan
lebih mudah mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan musik dan
mempraktekkannya.
b. Sifat-sifat
keturunan
Sifat-sifat
keturunan ini didapat dari orang tua atau nenek moyangnya berupa fisik dan
mental. Misalnya secara fisik yaitu bentuk hidung, bentuk badan atau suatu
penyakit. Sedangkan secara mental misalnya sifat penakut, pendiam dan
sebagainya.
c. Dorongan
dan instink
Dorongan
adalah suatu keinginan yang mendorong untuk melakukan sesuatu atau bertindak
pada saatnya. Sedangkan instink atau naluri yaitu suatu sifat yang dapat
menimbulkan perbuatan yang menyampaikan pada tujuan tanpa didahului oleh
latihan. Jenis-jenis tingkah laku
manusia yang termasuk instink misalnya melarikan diri karena perasaan takut dan
menolak karena merasa jijik.[3]
2. Faktor
yang berasal dari luar individu diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Makanan
Makanan
mempengaruhi perkembangan individu, hal ini terutama pada tahun-tahun kehidupan
anak. Oleh sebab itu dalam perkembangan anak tentunya harus memperhatikan
asupan makanan.
b. Iklim
Sifat-sifat
iklim, alam dan udara mempengaruhi sifat-sifat individu dan jiwa bangsa yang
berada pada iklim tersebut. Misalnya seseorang yang hidup dalam iklim tropis
yang kaya raya akan terlihat jiwanya yang lebih tenang, dibandingkan dengan
orang yang hidup di iklim dingin, karena iklim tropis tidak “sekeras” di iklim
dingin sehingga perjuangan hidupnya lebih santai.
c. Kebudayaan
atau lingkungan ( Empirisisme )
Latar
belakang budaya desa, keadaan jiwanya masih murni, masih yakin akan kebesaran
dan kekuasaan Tuhan, akan terlihat lebih tenang karena jiwanya masih berada
dalam lingkungan kultur kebudayaan sendiri yang
mengandung filsafat hidup sebagai pandangan hidup keagamaan. Sedangkan
orang yang hidup dikota sudah terpengaruh dengan kebudayaan asing. [4]
d. Ekonomi
Orang
tua yang ekonominya lemah sering kurang memperhatikan kebutuhan anak-anaknya
dengan baik, sehingga menghambat pertumbuhan jasmani dan perkembangan jiwa
anak. Bahkan terkadang tekanan ekonomi menimbulkan tekanan jiwa karena sering adanya konflik masalah ekonomi.
e. Kedudukan
anak dalam keluarga
Bila
anak itu merupakan anak tunggal, biasanya perhatian orangtua seluruhnya
tercurah pada anak itu sehingga anak tersebut mempunyai sifat manja, menarik
perhatian dengan cara kekanak-kanakan dan sebagainya. Sedangkan anak yang
mempunyai banyak saudara , orang tua akan sibuk membagi perhatian ke
anak-anaknya sehingga anak tersebut akan lebih mandiri.
D. Tugas
Perkembangan Fase Peserta Didik
1. Tugas-tugas perkembangan fase bayi dan
kanak-kanak
Beberapa tugas perkembangan yang muncul dan harus
dikuasai oleh anak pada fase ini adalah
:
a. Belajar berjalan. Pada usia sekitar satu tahun,
tulang dan otot-otot bayi telah cukup kuat untuk melakukan gerakan berjalan.
Berjalan merupakan puncak perkembangan gerak pada masa bayi.
b. Belajar mengambil makanan, Makanan merupakan
kebutuhan biologis utama pada manusia. Dengan diawali oleh kemampuan mengambil
dan memakan sendiri makanan yang dibutuhkannya, bayi telah memulai usaha
memenuhi sendiri kebutuhan hidupnya.
c. Belajar berbicara. Melalui tugas ini anak mempelajari
bunyi-bunyi yang mengandung arti dan berusaha mengkomunikasikannya dengan orang-orang
di sekitarnya.
d. Belajar mengontrol cara-cara buang air.
Pengontrolan cara buang air bukan hanya berfungsi menjaga kebersihan, tetapi
juga menjadi indicator utama kemampuan berdiri sendiri, pengendalian diri dan
sopan santun.
e. Belajar mengetahui jenis kelamin. Pengenalan
tentang jenis kelamin sangat penting bagi pembentukan peranan dirinya serta
penentuan bentuk perlakuan dan interaksi baik dengan jenis kelamin yang sama
maupun yang berbeda dengan dirinya.
f. Menguasai stabilitas jasmaniah. Pada masa bayi
kondisi fisiknya sangat labil dan peka, mudah sekali berubah dan kena pengaruh
dari luar. Pada akhir masa kanak-kanak ia harus memiliki jasmani yang stabil,
kuat, sehat, seimbang agar mampu melakukan tuntutan-tuntutan perkembangan
selanjutnya.
g. Belajar hubungan social yang baik dengan orang
tua, saudara serta orang-orang dekat lainnya. Karena anak selalu berhubungan
dengan orang lain.
h. Belajar membedakan mana yang baik dan tidak
baik serta pengembangan hati nurani. Sesuai dengan kemampuannya anak dituntut
telah mengetahui mana perbuatan yang baik dan mana yang tidka baik, lebih jauh
ia dituntut untuk melakukan perbuatan yang baik dan menghindarkan perbuatan
yang tidak baik. [5]
2. Tugas-tugas perkembangan masa anak
a. Belajar ketrampilan fisik yang diperlukan dalam
permainan. Ketrampilan fisik seperti menangkap,melempar,menendang bola,
berenang,mengendarai sepeda dll.
b. Pengembangan sikap yang menyeluruh terhadap
diri sendiri sebagai individu yang sedang berkembang, seperti dapat memelihara
kesehatan dan keselamatan dirinya.
c. Belajar berkawan dengan teman sebaya.
d. Belajar melakukan peranan social sebagai
laki-laki atau wanita.
e. Belajar menguasai keterampilan-keterampulan
intelektual dasar, yaitu membaca, menulis, dan berhitung.
f. Pengembangan moral, nilai dan hati nurani. Anak
dituntut telah mampu menghargai perbuatan-perbuatan yang sesuai dengan moral,
dapat melakukan control terhadap perilakunya sesuai dengan moral.
g. Memiliki kemerdekaan pribadi. Anak mampu
memilih, merencanakan, dan melakukan pekerjaan atau kegiatan tanpa tergantung
pada orang tuanya atau orang dewasa lainnya.
h. Pengembangan sikap terhadap lembaga dan
kelompok social. Anak diharapkan telah memiliki sikap yang tepat terhadap
lembaga-lembaga dan unit atau kelompok-kelompok social yang ada dalam
masyarakat. [6]
3. Tugas-tugas perkembangan masa remaja
a. Mampu menjalin hubungan yang lebih matang
dengan sebaya dan jenis kelamin lain.
b. Mampu melakukan peran-peran social sebagai
laki-laki dan wanita.
c. Menerima kondisi jasmaninya dan dapat
menggunakannya secara efektif.
d. Memiliki keberdirisendirian emosional dari
orang tua dan orang dewasa lainnya.
e. Memiliki perasaan mampu berdiri sendiri dalam
bidang ekonomi.
f. Mampu memilih dan mempersiapkan diri untuk
sesuatu pekerjaan.
g. Belajar mempersiapkan diri untuk perkawinan dan
hidup berkeluarga.
h. Mengembangkan konsep-konsep dan keterampilan
intelektual untuk hidup bermasyarakat.
i.
Memiliki
perilaku social seperti yang diharapkan masyarakat.
j.
Memiliki
seperangkat nilai yang menjadi pedoman bagi perbuatannya. [7]
4. Tugas-tugas perkembangan masa dewasa muda
a. Memilih pasangan hidup.
b. Belajar hidup bersama pasangan hidup.
c. Memulai hidup berkeluarga.
d. Memelihara dan mendidik anak.
e. Mengelola rumah tangga.
f. Memulai kegiatan pekerjaan.
g. Bertanggung jawab sebagai warga masyarakat,
warga Negara.
h. Menemukan persahabatan dalam kelompok social.
5. Tugas-tugas perkembangan masa dewasa
a. Memiliki tanggung jawab social dan kenegaraan
sebagai orang dewasa.
b. Mengembangkan dan memelihara standar kehidupan
ekonomi.
c. Membimbing anak dan remaja agar menjadi orang
dewasa yang bertanggung jawab dan berbahagia.
d. Mengembangkan kegiatan-kegiatan waktu senggang
sebagai orang dewasa, hubungan dengan pasangan-pasangan keluarga lain sebagai pribadi.
e. Menerima dan menyesuaikan diri dengan
perubahan-perubahan fisik sebagai orang setengah baya.
f. Menyesuaikan diri dengan kehidupan sebagai
orang tua yang bertambah tua.
6. Tugas-tugas perkembangan pada masa usia lanjut,
adalah :
a. Menyesuaikan diri dengan kondisi fisik dan
kesehatan yang semakin menurun.
b. Menyesuaikan diri dengan situasi pension dan
penghasilan yang emakin berkurang.
c. Menyesuaikan diri dengan kematian dari pasangan
hidup.
d. Membina hubungan dengan sesame usia lanjut.
e. Memenuhi kewajiban-kewajiban social dan
kenegaraan.
f. Memelihara kondisi dan kesehatan.
g. Kesiapan menghadapi kematian. [8]
BAB
III
PEMBAHASAN
Sebuah penelitian yang dilakukan di
University of California, Los Angeles setelah mempelajari masalah dalam (kurang
lebih) 2000 keluarga, membuktikan bahwa anak tetap menjadi korban ‘empuk’ dalam
pertikaian rumah tangga. [9]
Kondisi ini dapat berpengaruh pada
perilaku anak yang cenderung melakukan hal-hal negative diluar kebiaasaannya
seperti murung ,sedih berkepanjangan yang
akan membuat seorang anak menutup diri.
Untuk itu,
berdasarkan observasi yang telah dilakukan selama 30 tahun, menyatakan bahwa
kedua orangtua yang sudah tak lagi saling mencintai, sebaiknya jangan pernah
hidup bersama dalam satu atap.
Hal ini
hanya akan menyakiti hati dan mental sang anak. Seorang anak yang terus-menerus
melihat pertengkaran orangtuanya, bisa menderita kelainan secara psikis dan
gangguan perilaku, saat berhubungan dengan orang lain.
Profesor
Kelly Musick, sekaligus penulis buku “Are Both Parents Always Better than One?
Parental Conflict and Young Adult Well-Being”, mengungkap bahwa seorang anak
yang terlahir dan besar dalam keluarga penuh konflik, cenderung menjadi bodoh
secara akademis, dan tak sedikit juga yang akhirnya putus sekolah. Ironisnya,
dalam usia belia, mereka sudah mencoba untuk merokok, minum alkohol dan
melakukan penyimpangan secara seksual.
Dampak Keluarga
Broken Home bagi Perkembangan Anak Didik.
1. Perkembangan
emosi
Emosi
adalah perpaduan dari beberapa perasaan
yang merupakan pengalaman subjektif yang bisa dilihat dari ekspresi wajah dan
tubuh. Perceraian adalah hal negatif yang sebaiknya dihindari agar emosi anak
tidak berdampak bagi perkembangannya.
Adapun
dampak pandangan keluarga broken home terhadap perkembangan emosi remaja
menurut Wilson Madeah (1993: 42) adalah: Perceraian orang tua membuat
temperamen anak terpengaruh, pengaruh yang tampak secara jelas dalam
perkembangan emosi itu membuat anak menjadi pemurung, pemalas (menjadi agresif)
yang ingin mencari perhatian orang tua/orang lain. Mencari jati diri dalam
suasana rumah tangga yang tumpang dan kurang serasi. Sedangkan menurut
Hetherington (Save M. Degum 1999: 197) “Peristiwa perceraian itu menimbulkan
ketidak stabilan emosi”.
Jadi
keluarga sangat berpengaruh pada perkembangan emosi remaja karena keluarga yang
tidak harmonis menyebabkan dalam diri remaja merasa tidak nyaman dan kurang
bahagia.
2. Perkembangan Sosial Remaja
Sedangkan Willson Nadeeh menyatakan
bahwa: Anak sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan. Anak yang dibesarkan
dikeluarga pincang, cendrung sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan.
kesulitan itu datang secara alamiah dari diri anak tersebut.
Dampak bagi remaja putri menurut
Hethagton menyatakan bahwa: Remaja putri yang tidak mempunyai ayah berperilaku
dengan salah satu cara yang ekstrim terhadap laki-laki, mereka sangat menarik
diri pasif dan minder kemungkinan yang kedua terlalu aktif, agresif dan genit.
Jadi keluarga broken home sangat
berpengaruh pada perkembangan sosial remaja karena dari keluarga remaja
menampilkan bagaimana cara bergaul dengan teman dan masyarakat.
.
3. Perkembangan Kepribadian
Perceraian
ternyata memberikan dampak kurang baik terhadap perkembangan kepribadian
remaja. Menurut Westima dan Haller yaitu
bahwa remaja yang orang tuanya bercerai cenderung menunjukkan ciri-ciri :
a. Berpilaku nakal.
b. Mengalami depresi.
c. Melakukan hubungan seksual secara aktif.
d. Kecenderungan pada obat-obat terlarang.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan
1. Perkembangan adalah
“perubahan-perubahan yang dialami individu atau organism menuju tingkat
kedewasaanya atau kematangannya ( maturation)
yang berlangsung secara sistematis, progresif, dan berkesinambungan, baik
menyangkut fisik ( jasmaniah ) maupun psikis ( rohaniah )”.
2. Secara global, seluruh proses
perkembangan individu berlangsung dalam tiga tahapan, yaitu Tahapan proses
konsepsi, Tahapan proses kelahiran, Tahapan proses perkembangan individu bayi
tersebut menjadi seorang pribadi yang khas.
3.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan terdiri
dari faktor dalam dan faktor luar.
4. Tugas-tugas fase perkembangan dibagi menjadi Perkembangan fase bayi dan kanak-kanak, perkembangan masa anak, perkembangan masa remaja, perkembangan masa dewasa muda, perkembangan masa dewasa, perkembangan masa usia
lanjut.
B. Saran
1. Bagi Tenaga pendidik agar digunakan sebagai acuan dalam mendidik dan menambah referensi-referensi dalam mendidik.
2. Bagi Orang tua agar mengerti pentingnya materi ini dalam mendidik anak-anaknya, supaya anak-anaknya berkembang dengan baik
DAFTAR PUSTAKA
Desmita.2011.Psikologi
Perkembangan Peserta Didik.Bandung:Rosdakarya.
Syah,
Muhibbin.2004.Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung:Rosdakarya.
Ali,
Muhammad.2011.Psikologi Remaja.Jakarta:Bumi Aksara.
Syaodih
Sukmadinata, Nana.2004. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung:Rosdakarya.
Dahlan,
Djawad.2011.Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.Bandung: Rosdakarya.
http
: // bbawur.blogspot.com/ 2009/03/pengaruh_broken_home.html diakses pada
tanggal 12 Maret 2015 pukul 14:03
[1] Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, Bandung : Rosdakarya, 2011, hlm.25
[4] Ibid, hlm.11
[5] Syaodih Sukmadinata, Nana, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung
: Rosdakarya, 2004, hlm.120
[6] Syaodih
Sukmadinata, Nana, Landasan Psikologi
Proses Pendidikan, .........hlm.122
[8] Dahlan,
Djawad, Psikologi Perkembangan Anak dan
Remaja, Bandung : Rosdakarya, 2011, hlm.20
[9] http : // bbawur.blogspot.com/
2009/03/pengaruh_broken_home.html diakses pada tanggal 12 Maret 2015 pukul
14:03
No comments:
Post a Comment