Thursday, 27 December 2018

MAKALAH PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK MAKALAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN


PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Salah Satu Tugas Mata Kuliah:
Psikologi Pendidikan
Dengan Dosen Pengampu:
Mirna Wahyu Agustina, M.Psi.





KELAS : 2-B
JURUSAN : PENDIDIKAN GURU MI
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN )
 TULUNGAGUNG
MARET 2015


KATA PENGANTAR
            Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan sedikit dari ilmu-Nya Yang Maha Luas sehingga upaya penulisan makalah ini dapat terselesaikan.
Shalawat serta salam tidak lupa kami haturkan kehadirat Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan syafaatnya di akhirat nanti.
Tidak lupa kami  ucapkan terima kasih kepada:
1.      Bapak Dr.Maftukhin, M.Ag selaku rektor IAIN Tulungagung yang telah memberi kesempatan untuk belajar di IAIN Tulungagung.
2.      Ibu Mirna Wahyu Agustina, M.Psi  selaku  dosen pengampu mata kuliah Psikologi Pendidikan yang telah membimbing kami dalam penyusunan makalah ini.
3.      Rekan-rekan PGMI 2-B yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.
4.      Semua pihak yang telah membantu menyelesaikan penulisan makalah ini.
Tentunya kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat kami harapkan. Semoga makalah ini bermanfaat untuk kita semua.
Tulungagung,  18 Maret 2015
                                               
                                                                             Penulis



DAFTAR ISI

Sampul................................................................................................................... i
Kata Pengantar...................................................................................................... ii
Daftar Isi............................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah...................................................................... 1
B.     Rumusan Masalah............................................................................... 1
C.     Tujuan Penulisan Masalah................................................................... 2

BAB II LANDASAN TEORI

A.    Definisi Perkembangan Peserta Didik
B.     Proses Perkembangan Peserta Didik
C.     Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Peserta Didik
D.    Tugas Perkembangan Fase Peserta Didik
BAB III PEMBAHASAN
A.    Contoh Studi Kasus

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
A.    Kesimpulan.......................................................................................... 17
B.     Saran.................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA






BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Masalah anak seringkali terjadi karena ketidakpahaman kita terhadap kondisi fisik maupun psikologisnya. Kita sering dikejutkan dengan perubahan anak secara tiba-tiba, misalnya anak yang semula penurut menjadi pemberontak, anak yang semula periang menjadi pendiam.  Masih banyak hal yang perlu kita ketahui dari perkembangan-perkembangan anak yang sering membuat kita heran. Dengan memahami perkembangan anak sebagai peserta didik akan mempermudah orang tua khususnya pendidik untuk agar kita mampu mendampingi anak dan menghadapi setiap tingkah laku anak.

B.     Rumusan Masalah

1.      Apa definisi perkembangan peserta didik ?
2.      Bagaimana proses perkembangan peserta didik ?
3.      Apa faktor yang mempengaruhi perkembangan peserta didik ?
4.      Bagaimana tugas perkembangan fase peserta didik ?

C.     Tujuan Pembahasan
Makalah ini bertujuan untuk :
1.      Mengetahui definisi perkembangan peserta didik.
2.      Mengetahui proses perkembangan peserta didik.
3.      Menjabarkan faktor- faktor yang mempengaruhi perkembangan peserta didik.
4.      Mengetahui tugas perkembangan fase peserta didik.





BAB II
LANDASAN TEORI


A.    Definisi Perkembangan Peserta Didik
Perkembangan dapat diartikan sebagai “perubahan yang progresif dan continue (berkesinambungan) dalam diri induvidu dari mulai lahir sampai mati”( The progressive and continous change in the organism from to death). Pengertian lain dari perkembangan adalah “perubahan-perubahan yang dialami individu atau organism menuju tingkat kedewasaanya atau kematangannya ( maturation ) yang berlangsung secara sistematis, progresif, dan berkesinambungan, baik menyangkut fisik (jasmaniah) maupun psikis (rohaniah)”. [1]
Yang dimaksud dengan sistematis, progresif, dan berkesinambungan itu adalah sebagai berikut.
1.      Sistematis, berarti perubahan dalam perkembangan itu bersifat saling kebergantungan atau saling mempengaruhi antara bagian-bagian organisme    ( fisik dan psikis ) dan merupakan kesatuan yang harmonis.
2.      Progresif , berarti perubahan yang terjadi bersifat maju, meningkat, dan mendalam ( meluas ) baik secara kuantitatif ( fisik ) maupun kualitatif ( psikis ).
3.      Berkesinambungan, berarti perubahan pada  bagian  atau fungsi organisme itu berlangsung secara beraturan atau berurutan, tidak terjadi secara kebetulan atau  loncat-loncat. 
B.     Proses Perkembangan Peserta Didik
Secara umum, proses dapat diartikan sebagai runtutan perubahan yang terjadi dalam perkembangan sesuatu. Adapun maksud kata proses dalam perkembangan siswa ialah tahapan-tahapan perubahan yang dialami seorang siswa, baik yang bersifat jasmaniah maupun yang bersifat rohaniah. Proses dalam hal ini juga berarti tahapan perubahan tingkah laku siswa, baik yang terbuka maupun yang tertutup.[2]
Proses bisa juga berarti cara terjadinya perubahan dalam diri siswa atau respons/reaksi yang ditimbulkan oleh siswa tersebut. Proses perkembangan dengan pengertian seperti ini menurut (Hurlock, tak pernah statis atau berhenti, karena perubahan-perubahan yang berhubungan dengan perkembangan (developmental changes). Manusia, menurut Elizabeth B. Hurlock, tak pernah statis , karena perubahan-perubahan senantiasa terjadi dalam dirinya dalam berbagai kapasitas (kemampuan) baik yang bersifat biologis maupun yang bersifat psikologis.
             Secara global, seluruh proses perkembangan individu sampai menjadi “person” (dirinya sendiri) berlangsung dalam tiga tahapan.
1.      Tahapan proses konsepsi (pembuahan sel ovum ibu oleh sel sperma ayah).
2.      Tahapan proses kelahiran (saat keluarnya bayi dari Rahim ibu kea lam dunia bebas).
3.      Tahapan proses perkembangan individu bayi tersebut menjadi seorang pribadi yang khas (developmental of selfhood).


C.     Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Peserta Didik
Faktor yang mempengaruhi perkembangan dibagi menjadi 2, yaitu :
1.      Faktor-faktor yang berasal dari dalam berupa
a.       Bakat atau pembawaan ( nativisme )
Anak dilahirkan dengan membawa bakat-bakat tertentu. Bakat ini dapat diumpamakan sebagai bibit yang terkandung dalam diri anak. Setiap individu tentunya memiliki bakat yang berbeda-beda, misalnya anak yang mempunyai bakat musik akan lebih mudah mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan musik dan mempraktekkannya.
b.      Sifat-sifat keturunan
Sifat-sifat keturunan ini didapat dari orang tua atau nenek moyangnya berupa fisik dan mental. Misalnya secara fisik yaitu bentuk hidung, bentuk badan atau suatu penyakit. Sedangkan secara mental misalnya sifat penakut, pendiam dan sebagainya.

c.       Dorongan dan instink
Dorongan adalah suatu keinginan yang mendorong untuk melakukan sesuatu atau bertindak pada saatnya. Sedangkan instink atau naluri yaitu suatu sifat yang dapat menimbulkan perbuatan yang menyampaikan pada tujuan tanpa didahului oleh latihan.  Jenis-jenis tingkah laku manusia yang termasuk instink misalnya melarikan diri karena perasaan takut dan menolak karena merasa jijik.[3]

2.      Faktor yang berasal dari luar individu diantaranya adalah sebagai berikut :
a.       Makanan
Makanan mempengaruhi perkembangan individu, hal ini terutama pada tahun-tahun kehidupan anak. Oleh sebab itu dalam perkembangan anak tentunya harus memperhatikan asupan makanan.
b.      Iklim
Sifat-sifat iklim, alam dan udara mempengaruhi sifat-sifat individu dan jiwa bangsa yang berada pada iklim tersebut. Misalnya seseorang yang hidup dalam iklim tropis yang kaya raya akan terlihat jiwanya yang lebih tenang, dibandingkan dengan orang yang hidup di iklim dingin, karena iklim tropis tidak “sekeras” di iklim dingin sehingga perjuangan hidupnya lebih santai.
c.       Kebudayaan atau lingkungan ( Empirisisme )
Latar belakang budaya desa, keadaan jiwanya masih murni, masih yakin akan kebesaran dan kekuasaan Tuhan, akan terlihat lebih tenang karena jiwanya masih berada dalam lingkungan kultur kebudayaan sendiri yang  mengandung filsafat hidup sebagai pandangan hidup keagamaan. Sedangkan orang yang hidup dikota sudah terpengaruh dengan kebudayaan asing. [4]
d.      Ekonomi
Orang tua yang ekonominya lemah sering kurang memperhatikan kebutuhan anak-anaknya dengan baik, sehingga menghambat pertumbuhan jasmani dan perkembangan jiwa anak. Bahkan terkadang tekanan ekonomi menimbulkan tekanan jiwa  karena sering adanya konflik masalah ekonomi.
e.       Kedudukan anak dalam keluarga
Bila anak itu merupakan anak tunggal, biasanya perhatian orangtua seluruhnya tercurah pada anak itu sehingga anak tersebut mempunyai sifat manja, menarik perhatian dengan cara kekanak-kanakan dan sebagainya. Sedangkan anak yang mempunyai banyak saudara , orang tua akan sibuk membagi perhatian ke anak-anaknya sehingga anak tersebut akan lebih mandiri.

D.    Tugas Perkembangan Fase Peserta Didik
1.      Tugas-tugas perkembangan fase bayi dan kanak-kanak
Beberapa tugas perkembangan yang muncul dan harus dikuasai oleh anak pada fase  ini adalah :

a.       Belajar berjalan. Pada usia sekitar satu tahun, tulang dan otot-otot bayi telah cukup kuat untuk melakukan gerakan berjalan. Berjalan merupakan puncak perkembangan gerak pada masa bayi.
b.      Belajar mengambil makanan, Makanan merupakan kebutuhan biologis utama pada manusia. Dengan diawali oleh kemampuan mengambil dan memakan sendiri makanan yang dibutuhkannya, bayi telah memulai usaha memenuhi sendiri kebutuhan hidupnya.
c.       Belajar berbicara. Melalui tugas ini anak mempelajari bunyi-bunyi yang mengandung arti dan berusaha mengkomunikasikannya dengan orang-orang di sekitarnya.
d.      Belajar mengontrol cara-cara buang air. Pengontrolan cara buang air bukan hanya berfungsi menjaga kebersihan, tetapi juga menjadi indicator utama kemampuan berdiri sendiri, pengendalian diri dan sopan santun.
e.       Belajar mengetahui jenis kelamin. Pengenalan tentang jenis kelamin sangat penting bagi pembentukan peranan dirinya serta penentuan bentuk perlakuan dan interaksi baik dengan jenis kelamin yang sama maupun yang berbeda dengan dirinya.
f.       Menguasai stabilitas jasmaniah. Pada masa bayi kondisi fisiknya sangat labil dan peka, mudah sekali berubah dan kena pengaruh dari luar. Pada akhir masa kanak-kanak ia harus memiliki jasmani yang stabil, kuat, sehat, seimbang agar mampu melakukan tuntutan-tuntutan perkembangan selanjutnya.
g.      Belajar hubungan social yang baik dengan orang tua, saudara serta orang-orang dekat lainnya. Karena anak selalu berhubungan dengan orang   lain.
h.      Belajar membedakan mana yang baik dan tidak baik serta pengembangan hati nurani. Sesuai dengan kemampuannya anak dituntut telah mengetahui mana perbuatan yang baik dan mana yang tidka baik, lebih jauh ia dituntut untuk melakukan perbuatan yang baik dan menghindarkan perbuatan yang tidak baik. [5]

2.      Tugas-tugas perkembangan masa anak
a.       Belajar ketrampilan fisik yang diperlukan dalam permainan. Ketrampilan fisik seperti menangkap,melempar,menendang bola, berenang,mengendarai sepeda dll.
b.      Pengembangan sikap yang menyeluruh terhadap diri sendiri sebagai individu yang sedang berkembang, seperti dapat memelihara kesehatan dan keselamatan dirinya.
c.       Belajar berkawan dengan teman sebaya.
d.      Belajar melakukan peranan social sebagai laki-laki atau wanita.
e.       Belajar menguasai keterampilan-keterampulan intelektual dasar, yaitu membaca, menulis, dan berhitung.

f.       Pengembangan moral, nilai dan hati nurani. Anak dituntut telah mampu menghargai perbuatan-perbuatan yang sesuai dengan moral, dapat melakukan control terhadap perilakunya sesuai dengan moral.
g.      Memiliki kemerdekaan pribadi. Anak mampu memilih, merencanakan, dan melakukan pekerjaan atau kegiatan tanpa tergantung pada orang tuanya atau orang dewasa lainnya.
h.      Pengembangan sikap terhadap lembaga dan kelompok social. Anak diharapkan telah memiliki sikap yang tepat terhadap lembaga-lembaga dan unit atau kelompok-kelompok social yang ada dalam masyarakat. [6]

3.      Tugas-tugas perkembangan masa remaja
a.       Mampu menjalin hubungan yang lebih matang dengan sebaya dan jenis kelamin lain.
b.      Mampu melakukan peran-peran social sebagai laki-laki dan wanita.
c.       Menerima kondisi jasmaninya dan dapat menggunakannya secara efektif.
d.      Memiliki keberdirisendirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya.
e.       Memiliki perasaan mampu berdiri sendiri dalam bidang ekonomi.
f.       Mampu memilih dan mempersiapkan diri untuk sesuatu pekerjaan.
g.      Belajar mempersiapkan diri untuk perkawinan dan hidup berkeluarga.
h.      Mengembangkan konsep-konsep dan keterampilan intelektual untuk hidup bermasyarakat.
i.        Memiliki perilaku social seperti yang diharapkan masyarakat.
j.        Memiliki seperangkat nilai yang menjadi pedoman bagi perbuatannya. [7]

4.      Tugas-tugas perkembangan masa dewasa muda
a.       Memilih pasangan hidup.
b.      Belajar hidup bersama pasangan hidup.
c.       Memulai hidup berkeluarga.
d.      Memelihara dan mendidik anak.
e.       Mengelola rumah tangga.
f.       Memulai kegiatan pekerjaan.
g.      Bertanggung jawab sebagai warga masyarakat, warga Negara.
h.      Menemukan persahabatan dalam kelompok social.

5.      Tugas-tugas perkembangan masa dewasa
a.       Memiliki tanggung jawab social dan kenegaraan sebagai orang dewasa.
b.      Mengembangkan dan memelihara standar kehidupan ekonomi.
c.       Membimbing anak dan remaja agar menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab dan berbahagia.
d.      Mengembangkan kegiatan-kegiatan waktu senggang sebagai orang dewasa, hubungan dengan pasangan-pasangan keluarga lain sebagai pribadi.
e.       Menerima dan menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan fisik sebagai orang setengah baya.
f.       Menyesuaikan diri dengan kehidupan sebagai orang tua yang bertambah tua.

6.      Tugas-tugas perkembangan pada masa usia lanjut, adalah :
a.       Menyesuaikan diri dengan kondisi fisik dan kesehatan yang semakin menurun.
b.      Menyesuaikan diri dengan situasi pension dan penghasilan yang emakin berkurang.
c.       Menyesuaikan diri dengan kematian dari pasangan hidup.
d.      Membina hubungan dengan sesame usia lanjut.
e.       Memenuhi kewajiban-kewajiban social dan kenegaraan.
f.       Memelihara kondisi dan kesehatan.
g.      Kesiapan menghadapi kematian. [8]





BAB III
PEMBAHASAN

Sebuah penelitian yang dilakukan di University of California, Los Angeles setelah mempelajari masalah dalam (kurang lebih) 2000 keluarga, membuktikan bahwa anak tetap menjadi korban ‘empuk’ dalam pertikaian rumah tangga. [9]
Kondisi ini dapat berpengaruh pada perilaku anak yang cenderung melakukan hal-hal negative diluar kebiaasaannya seperti murung ,sedih berkepanjangan yang  akan membuat seorang anak menutup diri.
Untuk itu, berdasarkan observasi yang telah dilakukan selama 30 tahun, menyatakan bahwa kedua orangtua yang sudah tak lagi saling mencintai, sebaiknya jangan pernah hidup bersama dalam satu atap.
Hal ini hanya akan menyakiti hati dan mental sang anak. Seorang anak yang terus-menerus melihat pertengkaran orangtuanya, bisa menderita kelainan secara psikis dan gangguan perilaku, saat berhubungan dengan orang lain.
Profesor Kelly Musick, sekaligus penulis buku “Are Both Parents Always Better than One? Parental Conflict and Young Adult Well-Being”, mengungkap bahwa seorang anak yang terlahir dan besar dalam keluarga penuh konflik, cenderung menjadi bodoh secara akademis, dan tak sedikit juga yang akhirnya putus sekolah. Ironisnya, dalam usia belia, mereka sudah mencoba untuk merokok, minum alkohol dan melakukan penyimpangan secara seksual.
            Dampak  Keluarga  Broken Home bagi Perkembangan Anak Didik.
1.       Perkembangan  emosi
Emosi adalah  perpaduan dari beberapa perasaan yang  merupakan pengalaman subjektif  yang bisa dilihat dari ekspresi wajah dan tubuh. Perceraian adalah hal negatif yang sebaiknya dihindari agar emosi anak tidak  berdampak bagi perkembangannya.
Adapun dampak pandangan keluarga broken home terhadap perkembangan emosi remaja menurut Wilson Madeah (1993: 42) adalah: Perceraian orang tua membuat temperamen anak terpengaruh, pengaruh yang tampak secara jelas dalam perkembangan emosi itu membuat anak menjadi pemurung, pemalas (menjadi agresif) yang ingin mencari perhatian orang tua/orang lain. Mencari jati diri dalam suasana rumah tangga yang tumpang dan kurang serasi. Sedangkan menurut Hetherington (Save M. Degum 1999: 197) “Peristiwa perceraian itu menimbulkan ketidak stabilan emosi”.
Jadi keluarga sangat berpengaruh pada perkembangan emosi remaja karena keluarga yang tidak harmonis menyebabkan dalam diri remaja merasa tidak nyaman dan kurang bahagia.
2.      Perkembangan Sosial Remaja
Sedangkan Willson Nadeeh menyatakan bahwa: Anak sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan. Anak yang dibesarkan dikeluarga pincang, cendrung sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan. kesulitan itu datang secara alamiah dari diri anak tersebut.
Dampak bagi remaja putri menurut Hethagton menyatakan bahwa: Remaja putri yang tidak mempunyai ayah berperilaku dengan salah satu cara yang ekstrim terhadap laki-laki, mereka sangat menarik diri pasif dan minder kemungkinan yang kedua terlalu aktif, agresif dan genit.
Jadi keluarga broken home sangat berpengaruh pada perkembangan sosial remaja karena dari keluarga remaja menampilkan bagaimana cara bergaul dengan teman dan masyarakat.
.           3.         Perkembangan Kepribadian
Perceraian ternyata memberikan dampak kurang baik terhadap perkembangan kepribadian remaja. Menurut Westima dan Haller  yaitu bahwa remaja yang orang tuanya bercerai cenderung menunjukkan ciri-ciri :
a. Berpilaku nakal.
b. Mengalami depresi.
c. Melakukan hubungan seksual secara aktif.
d. Kecenderungan pada obat-obat terlarang.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan
1. Perkembangan adalah “perubahan-perubahan yang dialami individu atau organism menuju tingkat kedewasaanya atau kematangannya ( maturation) yang berlangsung secara sistematis, progresif, dan berkesinambungan, baik menyangkut fisik ( jasmaniah ) maupun psikis ( rohaniah )”.
2. Secara global, seluruh proses perkembangan individu berlangsung dalam tiga tahapan, yaitu Tahapan proses konsepsi, Tahapan proses kelahiran, Tahapan proses perkembangan individu bayi tersebut menjadi seorang pribadi yang khas.
3.      Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan terdiri dari faktor dalam dan faktor luar.
4.      Tugas-tugas fase perkembangan dibagi menjadi Perkembangan fase bayi dan kanak-kanak, perkembangan masa anak, perkembangan masa remaja,  perkembangan masa dewasa muda, perkembangan masa dewasa, perkembangan masa usia lanjut.

B. Saran
1. Bagi Tenaga pendidik agar digunakan sebagai acuan dalam mendidik dan menambah referensi-referensi dalam mendidik.
2. Bagi Orang tua agar mengerti pentingnya materi ini dalam mendidik anak-anaknya, supaya anak-anaknya berkembang dengan baik






DAFTAR PUSTAKA


Desmita.2011.Psikologi Perkembangan Peserta Didik.Bandung:Rosdakarya.

Syah, Muhibbin.2004.Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung:Rosdakarya.

Ali, Muhammad.2011.Psikologi Remaja.Jakarta:Bumi Aksara.

Syaodih Sukmadinata, Nana.2004. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung:Rosdakarya.

Dahlan, Djawad.2011.Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.Bandung: Rosdakarya.

http : // bbawur.blogspot.com/ 2009/03/pengaruh_broken_home.html diakses pada tanggal 12 Maret 2015 pukul 14:03














[1] Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, Bandung :  Rosdakarya, 2011, hlm.25
[2]  Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung :  Rosdakarya, 2004, hlm.48
[3] Ali, Muhammad, Psikologi Remaja,  Jakarta : Bumi Aksara, 2011, hlm.10
[4] Ibid, hlm.11
[5] Syaodih Sukmadinata, Nana, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung : Rosdakarya, 2004, hlm.120
[6] Syaodih Sukmadinata, Nana, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, .........hlm.122
[7] Ibid,  hlm.125
[8] Dahlan, Djawad, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung : Rosdakarya, 2011, hlm.20
[9]  http : // bbawur.blogspot.com/ 2009/03/pengaruh_broken_home.html diakses pada tanggal 12 Maret 2015 pukul 14:03

No comments:

Post a Comment