BELAJAR
DALAM PERSPEKTIF PSIKOLOGI
MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Psikologi Pendidikan
Dosen Pengampu: MIRNA WAHYU AGUSTIN, M.Psi
Disusun oleh:
Kelompok I
3. Nova Santoso
Kelas: II-B
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI)
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
TULUNGAGUNG
MARET 2015
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah,
bahwa hanya dengan petunjuk dan hidayah-Nya penulisan makalah ini dapat
terselesaikan dan sampai di hadapan para pembaca yang berbahagia. Semoga
kiranya membawa manfaat yang sebesar-besarnya dan memberikan sumbangan yang
berarti bagi pendidikan pada masa sekarang dan yang akan datang.
Sholawat
serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw.
Yang telah membawa kita ke dunia yang penuh dengan kedamaian.
Dengan terselesaikannya pembuatan makalah ini penulis
tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada:
1.
Dr. Maftukhin,
M.Ag selaku rektor IAIN Tulungagung yang telah memberi izin kepada penyusun
untuk mengumpulkan data sebagai penyusun makalah ini.
2.
Mirna Wahyu Agustin, M.Psi selaku
dosen pengampu yang telah memberikan pengarahan dan koreksi sehingga makalah
ini dapat diselesaikan sesuai waktu yang telah ditentukan.
3.
Teman-teman dan civitas akademika yang telah memberikan motivasinya serta semua pihak yang telah
membantu terselesainya penyusun makalah ini.
Sebagaimana pepatah yang
menyatakan tiada gading yang tak retak, maka penulisan makalah inipun
tentunya banyak dijumpai kekurangan dan kelemahannya. Untuk itu kami mohon maaf
yang sebesar-besarnya dan mengharap tegur sapa serta saran-saran penyempurnaan,
agar kekurangan dan kelemahan yang ada tidak sampai mengurangi nilai dan
manfaat bagi pengembangan studi Islam pada umumnya.
Tulungagung, Maret 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
Cover....................................................................................................... i
Kata
Pengantari....................................................................................... ii
Daftar
Isi................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah............................................................ 1
B.
Rumusan Masalah..................................................................... 2
C.
Tujuan....................................................................................... 2
D.
Batasan Masalah....................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A.
Pengertian belajar...................................................................... 3
B. konsep Belajar........................................................................... 5
C. teori-teori tentang belajar.......................................................... 6
D. factor-faktor yang mempengaruhi belajar ............................... 9
E. proses dan fase dalam belajar.................................................... 12
F. macam macam perwujudan belajar........................................... 14
G. B................................................................................................ 18
H. B ............................................................................................... 20
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan............................................................................... 25
B.
Saran......................................................................................... 26
DAFTAR RUJUKAN
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang Masalah
Dalam dunia yang serba
cangggih ini, pendidikan adalah suatu hal yang sangat vital dalam kehidupan
manusia. Segala aspek kehidupan berupa profesi,. keahlian, dan kemasyarakatan menjadikan
pendidikan sebagai acuan dalam menilai taraf kehidupan dan kelayakan seseorang.
Dalam pendidikan terdapat komponen yang sangat mendasar yairu belajar. Belajar
adalah suatu key term “istilah kunci” yang sangat vital dalam setiap
usaha pendidikan. Sehingga tanpa adanya belajar maka tidak pernah ada suatu
pendidikan. Sebagai suatu proses, belajar hamper selalu mendapat tempat yang
luas dalam hal disiplin ilmu yang berkaitan dengan usaha kependidikan. Misalnya
psikologi belajar dan psikologi pendidikan. Maka bagian terbesar upaya riset
dan eksperimen psikologi belajarpun diarahkan pada tercapainya pemahaman lebih
luas dan mendalam mengenai proses perubahan manusia.
Sebagian orang
beranggapan bahwa belajar semata mata mengumpulkan atau menghafal fakta-fakta
yang tersaji dalam bentuk informasi, materi ataupun pelajaran. Disamping itu
ada pula sebagian yang mengartikan belajar hanyalah sebagai latihan
belakaseperti yang tampak pada latihan membaca dan menulis.dalam persepsi
seperti ini biasanya pendidik/ orang tua akan merasa cukup puas dengan
memperlihatkan keterampilan jasmaniah tertentu tanpa memahami arti,
makna,hakikat, dan tujuan keterampilan tersebut.
Berdasarkan
pertimbangan pertimbangan tersebut. Sebagai calon guru atau guru yang
professional seyogyanya melihat hasil belajar peserta didik dari berbagai sudut
kinerja psikologisyang utuh dan menyeluruh. Sehubungan dengan ini, pserta didik
yang menempuh proses belajar, idealnya ditandai dengan perubahan_perubahan dan
munculnya pengalaman_pengalaman psikologis baru yang berasifat positif.pengalaman
pengalaman kejiwaan tersebut diharapkan dapat mengembangkan sifat, sikap dan
kecakapan yang konstruktif dan bukan kecakapan yang destuktif (merusak). Untuk
itu makalah ini disajikan sebagai referensi bagi calon guru dan guru
professional sebagai acuan dalam memahami konsep belajar yang sebenarnya yang
akan dibahas dalam bab berikutnya.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana Pengertian belajar............................................... 3
2. Bagaimana konsep Belajar.................................................... 5
3. Bagaimana teori-teori tentang belajar.................................... 6
4. Bagaimana factor-faktor yang mempengaruhi belajar ......... 9
5. Bagaimana proses dan fase dalam belajar............................. 12
6. Bagaimana macam macam perwujudan belajar..................... 14
7. Bagaimana............................................................................. 18
8. Bagaimana ............................................................................ 20
1.
Tujuan Penulisan
1.
Mengetahui Pengertian Ilmu Pendidikan Islam
2. Mengetahui Objek Ilmu Pendidikan Islam
3. Mengetahui Ruang Lingkup Ilmu Pendidikan Islam
4. Mengetahui Metode Dalam Pendidikan
Islam
5. Mengetahui Pendekatan Dalam
Pendidikan Islam
6. Mengetahui Tujuan Pendidikan Islam
7. Mengetahui Kegunaan Ilmu Pendidikan Islam
8. Mengetahui Urgensi Mata Kuliah Ilmu
Pendidikan Agama Islam
Bagi Mahasiswa Fakultas Tarbiyah
Dan Ilmu Keguruan
2.
Batasan Masalah
Makalah ini hanya membahas pengertian ilmu pendidikan islam, ruang
lingkup bahasan ilmu pendidikan islam,
dan urgensi ilmu pendidikan islam bagi mhasiswa fakultas tarbiyah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Belajar
1.
Belajar Menurut
Para Ahli
Belajar merupakan kegiatan yang berproses dan merupakan unsure yang
sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan.
Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan dari suatu
pendidikan salah satunya sanyat
bergantung pada proses belajar yang dialami oleh peserta didik baik ketika ia
didalam lingkungan sekolah maupun dalam lungkungan rumah atau keluarga.[1]
Dalam memberikan arti dari belajar, banyak ahli mengartikan belajar dengan persepsi masing masing antara lain :
Menurut Cronbach, dalam bukunya
Edicational Psychology, mengatakan bahwa “Learning is shown by a change in
the behavior as a result of experience.” Jadi menurut Cronbach, belajar
yang sebaik-baiknya adalah dengan mengalami. Dan dengan mengalami itu si pelajar
menggunakan panca inderanya.[2]
Menurut James O. Whittaker, “Learning
may be difined as the process by which behavior originates or is altered
through training or experience”. Bahwa belajar dapat didefinisikan sebagai proses dimana
tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.[3]
Sedangkan
menurut Howard L. Kingsley “learning is the process by which behavior (in
the broader sense) is originated or changed through practice or training”. (Belajar adalah proses dimana
tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau
latihan).[4]
Hal
lain dikemukakan oleh Ahmad Mudzakir dan Joko Sutrisno bahwa: “belajar
merupakan suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan di
dalam diri seseorang, mencakup perubahan tingkah laku, sikap kebiasaan, ilmu
pengetahuan, keterampilan, dan lain sebagainya.” [5]
Menurut skinner, seperti yang
dikutip muhibbin syah bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi (penyesuaian
tingkah laku) yang berlangsung secara progresif. Pendapat ini diungkapkan dari
ungkapa ringkasnya bahwa belajar adalah:
“a process of progressive behavior adaptation”. Berdasarkan penelitiannya
skinner percaya bahwa proses adaptasi tersebut akan mendatangkan hasil yang
optimal apabila diberi penguat atau reinforce.[6]
Chaplin dalam dictionary of
psicholigy membatasi belajar dalam dua macam rumusan. Pertama,
belajar adalah “acquisition of any relatively permanent change in behavior
as a result of practice and
experience” (belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relative
melekat sebagai akibat latihan dan pengalaman). Kedua, belajar adalah “procces
of acquiring responses as a result of species practice” belajar adalah
proses memperoleh respon_respon sebagai akibat adanya latihan khusus.[7]
Biggs dalam pendahuluan “teaching
for learning: the view from cognitive psychology” mendefinisikan belajar
dalam tiga rumusan. yaitu rumusan kuantitatif (dari sudut pandang
jumlah) belajar berarti pengisian atau pengembangan kemampuan kognitif dengan
fakta yang sebanyak-banyaknya. Jadi, belajar dalam persepsi ini di pandang dari
sudut berapa banyak materi yang dikuasai siswa.
Rumusan institusional, (tinjauan
kelembagaan) yaitu belajar dipandang sebagai validasi atau pengabsahan siswa
atas materi-materi yang telah dipelajari. Bukti institusional ynag menunjukan
siswa telah belajar dapat diketahui dengan hubungannya dengan proses mengajar.
Dengan demikian, ukurannya ialah semakin baik mutu mengajar yang dilakukan
pendidik maka akan semakin baik pula mutu perolehan siswa yang kemudian
dinyatakan dengan nilai atau skor.
Adapun Rumusan kualitatif
(tinjauan mutu) ialah mproses memperoleh arti-arti dan pemahaman-pemahaman
serta cara-cara menafsirkan dunia di sekitar peserta didik. Belajar pada
pengertian ini difokuskan pada tercapainya daya pikir dan tindakan yang
berkualitas untuk memecahkan masalah-masalah yang kini dan nanti dihadapi oleh peserta didik.[8]
2. Belajar Menurut Aliran-Aliran
Psikologi
a. Konsep
Belajar Kognitivisme
Salah satu aliran yang mempunyai
pengaruh terhadap praktik belajar yang dilaksanakan di sekolah adalah aliran
psikologi kognitif. Aliran ini telah memberikan konstribusi terhadap penggunan
unsur kognitif atau mental dalam proses belajar sebagai kegiatan yang bersifat
mekanistik antara stimulus dan respons. Menurut aliran kognitif belajar adalah
sebuah proses mental yang aktif untuk mencapai, mengingat, dan menggunakan
pengetahuan.
b. Konsep
Belajar Konstukvisme
1) Pandangan
Konstrukvisme tentang belajar
Pendekatan
konstuvistik dalam belajar dan pembelajaran didasarkan pada perpaduan antara
beberapa penelitian dalam psikologi kognitif dan psikologi sosial, sebagaimana
teknik – teknik dalam modifikasi perilaku yang didasarkan pada teori operant
conditioning dalam psikologi behavioral. Konstrukvisme memahami hakikat belajar
sebagai kegiatan manusia membangun atau menciptakan pengetahuan dengan cara
mencoba memberi makna pada pengetahuan dengan cara mencoba memberi makna pada
pengetahuan sesuai pengalamanya.
2) Strategi
Belajar Konstrukvisme
a) Top-down
processing. Siswa belajar dimulai dari masalah yang kompleks untuk dipecahkan,
kemudian menghasilkan atau menemukan keterampilan yang dibutuhkan.
b) Cooperative
learning, yaitu strategi yang digunakan untuk proses belajar, dimana siswa akan
lebih mudah menemukan secara komprehensip.dalam strategi ini siswa belajar
dalam pasangan-pasangan atau kelompok untuk saling memcahkan masalah.
c) Generative
learning, strategi ini menenkankan pada intregrasi yang aktif antara materi
atau pengetahuan.
3) Model-model
pembelajaran berdasarkan prinsip-prinsip konstrukvisme
a) Discovery
Learning ( Jerone Bruner ) siswa didorong untuk belajar dengan diri mereka
sendiri. Siswa belajar melalui aktif, guru mendorong siswanuntuk mempunyai
pengalaman-pengalaman.
b) Active
learning , adalah pembelajaran aktif.
c) Quantum
learning, adalah cara pengubahan bermacam-macam interaksi, hubungan, dan
inspirasi yang ada di dalam dan di
sekitar momen belajar.
d) Contextual
teaching and learning ( CTL ), adalah konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkanya.
c. Pandangan Humanism Tentang Belajar
Dalam
prinsip aliran ini salah satu ide yang penting dalam ide humanistic adalah
siswa
3. Belajar Dalam Perspektif Islam
Dalam prespektif Islam tidak di
jelaskan secara rinci dan operasional mengenai proses belajar (belajar), proses
kerja sistem memori akal dan proses dikuasainya pengetahuan dan ketrampilan
manusia. Namun Islam menekankan dalam signifikasi fungsi kognitif (akal) dan
fungsi sensori (indera-indera) sebagai alat-alat penting untuk belajar sangat
jelas. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat An-Nahl ayat 78:
وَٱللَّهُ
أَخۡرَجَكُم مِّنۢ بُطُونِ أُمَّهَٰتِكُمۡ لَا تَعۡلَمُونَ شَيۡٔٗا وَجَعَلَ
لَكُمُ ٱلسَّمۡعَ وَٱلۡأَبۡصَٰرَ وَٱلۡأَفِۡٔدَةَ لَعَلَّكُمۡ تَشۡكُرُونَ ٧٨
Artinya : ”Dan Allah mengeluarkan
kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan dia
memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”.
Dari ayat tersebut dapat diketahui bahwa ragam alat fisio-psikis dalam
proses belajar yang terungkap dalam beberapa firman Allah SWT adalah sebgaai
berikut :
- Indera penglihat (mata), yakni alat fisik yang berguna
untuk menerima informasi visual.
- Indera pendengar (telinga) yakni alat fisik yang
berguna untuk menerima informasi verbal.
- Akal, yakni potensi kejiwaan manusia berupa sistem
psikis yang kompleks untuk menyerap, mengolah, menyimpan dan memproduksi
kembali item-item informasi dan pengetahuan, ranah kognitif.
Selain itu dalam beberapa ayat Al-Qur’an juga terdapat kata-kata kunci seperti ya’qilun,
yatafakkarun, yubshirun, yasma’un dan sebagainya terdapat
dalam Al-Qur’an merupakan bukti betapa pentingnya penggunaan fungsi ranah cipta
dan karsa manusia dalam belajar dan meraih ilmu pengetahuan. Dari kata kunci
tersebut Kegiatan belajar menurut Islam dapat berupa menyampaikan,
menelaah, mencari, dan mengkaji, serta meniliti. [9]
Sedemikian
pentingnya arti belajar, terutama dalam menuntut ilmu. Didalam Al-Quran dan
Al-Hadist banyak dijelaskan mengenai hal tersebut. Salah satu surat yang
berkaitan tentang belajar adalah dalam surat Al-‘Alaq ayat 1-5 sebagai berikut:
ٱقۡرَأۡ
بِٱسۡمِ رَبِّكَ ٱلَّذِي خَلَقَ
١ خَلَقَ
ٱلۡإِنسَٰنَ مِنۡ عَلَقٍ
٢ ٱقۡرَأۡ
وَرَبُّكَ ٱلۡأَكۡرَمُ
٣ ٱلَّذِي
عَلَّمَ بِٱلۡقَلَمِ ٤ عَلَّمَ
ٱلۡإِنسَٰنَ مَا لَمۡ يَعۡلَمۡ
٥
Artinya: “Bacalah dengan (menyebut)
nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal
darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah.Yang mengajar (manusia) dengan
perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya
Ayat tersebut menunjukkan bahwa manusia tanpa belajar, niscaya tidak akan dapat
mengetahui segala sesuatu yang ia butuhkan untuk kelangsungan hidupnya di dunia
dan akhirat. Pengetahuan manusia akan berkembang jika diperoleh melalui proses
belajar yakni dengan membaca dalam arti luas, yaitu tidak hanya membaca tulisan
melainkan membaca segala yang tersirat didalam ciptaan Allah SWT. Demikian, Dr.
Moh. Fadil Al-Djamaly, dalam menginterpretasikan Surat Al-‘Alaq diatas.[10]
B. OBJEK ILMU PENDIDIKAN ISLAM
Pendidikan islam
mengidentifikasi sasaran pada tiga pengembangan fungsi manusia yang mana semua
itu berjalan dengan misi agama islam yang bertujuan memberikan rahmat bagi
sekalian makhluk di alam ini.[11]
1. Menyadarkan manusia sebagai makhluk individu, yaitu makhluk yang hidup
di tengah-tengah makhluk lain, manusia harus memerankan fungsi dan tanggung
jawabnya, manusia akan mampu berperan sebagai makhluk Allah yang paling utama
diantara makhluk lainnya dan memfungsikan sebagai kholifah di muka bumi ini.
2. Menyadarkan manusia sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial
manusia harus mengadakan interaksi dengan sesamanya dalam kehidupan
bermasyarakat. Itulah sebabnya islam mengajarkan persamaan, persaudaraan, gotong
royong, dan bermusyawarah dengan upaya membentuk masyarakat menjadi persekutuan
hidup yang utuh.
3. Menyadarkan manusia sebagai hamba Allah SWT. Manusia sebagai makhluk
berketuhanan, sikap dan watak religiusitasnya perlu dikembangkan sedemikian
rupa sehingga mampu menjiwai dan mewarnai kehidupannya. Dalam fitrah
manusia telah diberikan kemampuan beragama. Dengan kesadaran demikian, manusia
sebagai kholifah dimuka bumi dan yang terbaik diantara makhluk lainnya akan
mendorong untuk melakukan pengelolaan serta mendayagunakan ciptaan Allah untuk
kesejahteraan hidup bersama dengan yang lainnya.
C. RUANG LINGKUP ILMU PENDIDIKAN ISLAM
Bahwasanya ada beberapa
ruang lingkup pendidikan Islam antara lain :[12]
1. Tujuan Pendidikan Ilmu
Secara umum, pendidikan
Islam bertujuan untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan
pengalaman peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim
yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam
kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. (GBPP PAI, 1994).
Tujuan pendidikan Islam harus berorientasi pada hakekat pendidikan yang
meliputi beberapa aspeknya, misalnya tentang :
a. Memperhatikan sifat-sifat dasar manusia yaitu konsep tentang manusia
sebagai makhluk unik yang mempunyai potensi bawaan seperti fitrah, bakat minat,
dan karakter yang berkecenderungan pada Al-Hanif (rindu akan kebenaran dari
Tuhan) berupa agama Islam sebatas kapasitas dan ukuran yang ada. Allah SWT.
Bersabda :
وَقُلِ
ٱلۡحَقُّ مِن رَّبِّكُمۡۖ فَمَن شَآءَ فَلۡيُؤۡمِن وَمَن شَآءَ فَلۡيَكۡفُرۡۚ إِنَّآ
أَعۡتَدۡنَا
لِلظَّٰلِمِينَ نَارًا أَحَاطَ بِهِمۡ
سُرَادِقُهَاۚ وَإِن يَسۡتَغِيثُواْ يُغَاثُواْ بِمَآءٖ كَٱلۡمُهۡلِ يَشۡوِي
ٱلۡوُجُوهَۚ
بِئۡسَ ٱلشَّرَابُ وَسَآءَتۡ مُرۡتَفَقًا ٢٩
Artinya : “Dan katakanlah: "Kebenaran itu
datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia
beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir".
Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya
mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi
minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah
minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek”. ( QS. Al Kahfi : 29).[13]
b. Dimensi-dimensi kehidupan ideal
Islam. Dimensi-dimensi kehidupan ideal Islam mengandung nilai yang dapat
meningkatkan kesejahteraan hidup manusia di dunia untuk mengelola dan
memanfaatkan dunia sebagai bekal kehidupan di akherat.
2. Pendidik
Saat ini pendidik
diposisikan sebagai fasilitator/mediator yang bertugas menfasilitasi atau
membantu siswa selama proses penbelajaran berlangsung. Pendidik tidak lagi
dianggap sebagai satu-satunya sumber informasi, sebab informasi juga bisa
diperoleh dari peserta didik. Penciptaan suasana menyenangkan dan adanya
kesadaran emosional yang tidak dalam keadaan tertekan akan mengaktifkan potensi
otak dan menimbulkan daya berpikir yang intuitif dan holistik.
3. Peserta Didik
Siswa sebagai objek
utama dalam pendidikan memegang peranan yang sangat strategis. Artinya bahwa
siswa dapat dijadikan sebagai salah satu indikator terwujudnya sekolah
berkualitas. Siswa sebagai salah satu input di sekolah, sangat mempengaruhi
pembentukan sekolah yang berkualitas. Hal ini tentunya dipengaruhi oleh banyak
faktor, misalnya latar belakang peserta didik, kemampuan peserta didik, prinsip
hidup, dan sebagainya.
4. Model Pendidikan Islam
Model-model
pembelajaran :
1. Model pemprosesan informasi guru menjelaskan bagaimana siswa selaku
individu memberi respon yang datang dari lingkungannya.
2. Model pribadi diorientasikan kepada perkembangan diri siswa selaku
individu.
3. Model interaksi sosial menekankan hubungan siswa dengan lingkungannya di
sekolah, terutama di dalam kelas.
4. Model perilaku siswa diarahkan kepada suatu pola belajar yang lebih
terfokus pada hal-hal yang spesifik.
5. Materi Pendidikan Islam
Materi pendidikan Islam
yang harus dipahami oleh peserta didik adalah Al-Qur’an. Baik ketrampilan
membaca, menghafal, menganalisa, dan sekaligus mengamalkan ajaran-ajarannya
dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dimaksudkan agar ajaran yang terkandung di
dalam Al-Qur’an tertanam dalam jiwa anak didik sejak dini.
6. Alat Pendidikan Islam
Merupakan alat-alat
yang dapat digunakan selama melaksanakan pendidikan Islam, agar tujuan
pendidikan Islam tersebut lebih berhasil.
7. Evaluasi
Evaluasi merupakan
salah satu komponen sistem pembelajaran pada khususnya, dan sistem pendidikan
pada umumnya. Artinya evaluasi merupakan suatu kegiatan yang tidak mungkin
dielakkan dalam setiap proses pembelajaran. Dengan kata lain, kegiatan
evaluasi, baik evaluasi hasil belajar maupun evaluasi pembelajaran, merupakan
bagian integral yang tidak terpisahkan dari kegiatan pendidikan.
Metode dalam pendidikan islam (Umum dan Agama Islam) mempunyai peranan
penting dalam mewujudkan tujuan-tujuan yang diciptakan bersama. Karena itu
metode menjadi sebuah sarana yang bermakna dalam menyajikan pelajaran, sehingga
dapat membantu siswa memahami bahan-bahan pelajaran untuk mereka. Arifin
Muzayin mengingatkan, bahwa tanpa metode suatu materi pelajaran tidak akan
dapat memproses secara efisien dan efektik dalam pendidikan.
Ada tiga pendekatan dalam kajian pendidikan yaitu pendekatan historis,
filosofis, dan sosiologis. Pendekatan historis adalah pendekatan keilmuan
dengan sejarah. Pendidikan ini di komparasikan dengan fakta yang terjadi dan
berkembang dalam waktu dan tempat-tempat tertentu un tuk mengetahui persamaan
dan perbedaan dalam suatu permasalahan pendekatan filosofis adalah pendekatan
yang berhubungan dengan kehidupan sosial. ketiga pendekatan ini
sangat berguna untuk mempelajari data yang relevan dengan permasalahan
pendidikan.
Ada beberapa metode dalam melaksanakan pendidikan islam, setidaknya ada 15
metode, yaitu : ceramah, tanya, kunjungan ilmiah, korespondensi, hafalan,
memberi pemahaman, memberikan jawab, mengambil pelajaran, mengkongkritkan
masalah, penugasan, peragaan, diskusi, mmemberi perumpamaan pengalaman,
mempermudah, dan mengembirakan. Arifin Muzain, membagi metode-metode pendidikan
Islam menjadi 16 macam, yaitu : berfikir, induktif deduktif, praktik, jihad,
situasional, kelompok, intruksional, cerita, bimbingan, dan penyuluhan,
pemberian contoh dan teladan, diskusi, soal-jawab, imstal, khitbah, targhib dan
tarhieb, dan acquistion selaf education, serta taubat dan ampunan.
Dari dua teori diatas tampaknya metode-metode pendidikan islam cukup
banyak, namun dalam keragaman metode tersebut antara yang satu dengan yang
lainnya memiliki kesamaan. Jika dikombinasikan berdasarkan dua teori diatas,
maka metode-metode pendidikan Islam dan dibagi kedalam 11 macam, sesuai dengan
metode-metode tersebut adalah :
1.
Metode ceramah adalah
cara penyampaian materi pendidikan melalui komunikasi satu arah yaitu dari
pendidik kepada peserta didik (one way traffic
comunication). Metode ini agak identik dengan tausiyah (memberi nasihat),
dan khutbah.
2.
Metode soal jawab
adalah dengan cara, satu pihak memberikan pertanyaan sementara piahak lainnya
memberikan jawaban. Dalam pengajaran, guru dan atau peserta didik dapat
memberikan pertanyaan ataupun jawaban.
3.
Metode I’tibar adalah
pendidikan yang dilakukan dengan cara mengambil pelajaran, hikmah, dan
pengartian dari sebuah peristiwa dan atau kisah yang terjadi. Biasanya metode
ini terkait dengan penyampaian metode Cerita atau Ceramah.
4.
Metode Resitasi adalah
metode pendidikan dengan pemberian tugas. Biasanya metode ini terdiri dari
tugas individu dan kerja kelompok. Metode ini dimaksudkan agar proses
mengetahui dan memahami ilmu pengetahuan lebih efektif.
5.
Metode diskusi adalah
pendidikan yang dilakukan dengan cara bertukar pikiran, pendapat dengan
menetapkan pengertian dan sikap terhadap suatu masalah. Dengan metode ini
peserta didik akan mencapai titik kebenaran.
6.
Metode tamsiliyah
adalah cara memberikan perumpamaan kepada yang lebih faktual. Pendidikan dengan
metode ini dapat memberikan pelajaran-pelajaran berharga dari
perumpamaan-perumpamaan kepada peserta didik.
7.
Metode mukatabah adalah
pendidikan dengan cara korespondensi atau membuat surat-menyurat dalam berbagai
tema (bahan pelajaran). Dengan metode ini hasil pengajaran yang disampaikan
oleh pendidik akan lebih berkesan dan terkumpul dalam tulisan.
8.
Metode tafhim adalah
pendidikan dengan cara memahami apa-apa yang telah diperoleh dari belajar
sendiri atau dengan guru pendidik.
Dengan metode ini peserta didik dituntut untuk lebih aktif mendapatkan makna
secara mendalam terhadap bahan yang diterimanya.
9.
Metode cerita adalah
pendidikan dengan membacakan sebuah cerita yang mengandung pelajaran baik.
Dengan metode ini peserta didik dapat menyimak kisah-kisah yang diceritakan
oleh guru, kemudian mengambil pelajaran dari cerita tersebut.
10.
Metode pemberitahuan
contoh dan tauladan adalah pendidikan yang dilakukan dengan cara memberikan
contoh-contoh yang baik (uswahtun al-hasanah) berupa prilaku nyata, khususnya
ibadah dan akhlak. Contoh tauladan ini merupakan pendidikan yang mengandung
nilai paradadogis tinggi bagi peserta didik.
11.
Metode aquistion atau
self education adalah metode pendidikan diri sendiri. Pendidikan dengan metode
Self Education dilakukan dengan memberikan dorongan agar peserta didik dapat
belajar dan membina diri mereka sendiri, setelah itu barulah dapat membina
orang lainnya.
Berdasarkan dari penjelasan diatas jelaslah bahwa pentingnya metode dalam
pendidikan. Karena dalam melakukan kegiatan belajar mengajar seorang guru
menjalankan metode pembelajaran yang beraneka ragam akan membuat sarana kelas
menjadi baik dan kelangsungan pembelajaran menjadi nyaman. Khususnya dalam
pendidikan Islam.
Pendekatan
berarti proses, perbuatan, dan cara mendekati. Dari
pengertian ini pendekatan pendidikan' dapat diartikan sebagai suatu proses,
perbuatan, dan cara mendekati dan mempermudah
pelaksanaan pendidikan. Jika dalam kegiatan pendidikan, metode berfungsi
sebagai cara mendidik, maka pendekatatan berfungsi sebagai alat bantu agar penggunaan metode tersebut mengalami kemudahan
dan keberhasilan. Selain
metode-metode memiliki peranan penting dalam kegiatan pendidikan Islam,
pendekatan-pendekatan juga menempati posisi yang berarti pula untuk memantapkan
penggunaan metode-metode tersebut dalam proses pendidikan, terutama proses
belajar mengajar.
Pendekatan pendidikan Islam yang seharusnya dipahami dan dikembangkan oleh para
pendidik adalah meliputi:
1.
Pendekatan Psikologis. Yang tekanannya diutamakan pada
dorongan-dorongan yang bersifat persuasif dan motivatif,
yaitu suatu dorongan yang mampu menggerakan daya kognitif
(mencipta hal-hal baru), konatif (daya untuk
berkemauan keras), dan afektif (kemampuan yang menggerakkan daya
emosional). Ketiga daya psikis tersebut dikembangkan dalam ruang lingkup
penghayatan dan pengamalan ajaran agama di mana faktor-faktor pembentukan kepribadian yang berproses melalui individualisasi
dan sosialisasi bagi hidup dan
kehidupannya menjadi titik sentral perkembangannya.
2.
Pendekatan
sosial-kultural: yang ditekankan pada usaha pengembangan sikap pribadi dan sosial sesuai dengan tuntutan
masyarakat, yang berorientasi kepada
kebutuhan hidup yang semakin maju dalam berbudaya dan berperadaban. Hal ini banyak menyentuh
permasalahan-permasalahan inovasi ke
arah sikap hidup yang alloplastis (bersifat membentuk lingkungan sesuai dengan ide kebudayaan modern
yang dimilikinya), bukannya bersifat auto plastis (hanya sekedar
menyesuaikan diri dengan lingkungan yang ada)
3.
Pendekatan Religik. Yakni suatu pendekatan yang
membawa keyakinan (aqidah) dan keimanan dalam pribadi anak didik yang
cenderung ke arah komprehensif intensif dan
ekstensif (mendalam dan meluas). Pandangan yang demikian, terpancar dari sikap
bahwa segala, ilmu pengetahuan itu pada hakikatnya adalah mengandung
nilai-nilai ke-Tuhanan. Sikap yang demikian
harus di internalisasikan (dibentuk dalam pribadi) dan di eksternalisasikan
(dibentuk dalam kehidupan di luar diri pribadinya.
4.
Pendekatan historis, yang ditekankan pada usaha
pengembangan pengetahuan, sikap dan nilai keagamaan melalui
proses kesejarahan. Dalam hubungan ini penyajian
serta faktor waktu secara kronologis menjadi titik
tolak yang dipertimbangkan dan demikian pula faktor keteladanan merupakan proses identifikasi dalam rangka mendorong penghayatan
dan pengamalan agama.
5. Pendekatan komparatif. Yaitu pendekatan yang dilakukan
dengan membandingkan
suatu gejala sosial keagamaan dengan hukum agama yang ditetapkan selaras dengan siatuasi dan zamannya. Pendekatan komparatif ini sering diwujudkan dalam bentuk komparatif studi, baik di bidang hukum agama
maupun j uga antara hukum agama itu sendiri dengan hukum lain yang berjalan, seperti hukum adat, hukum
pidana/perdata, dan lain-lain.
6.
Pendekatan filosofis. Yaitu pendekatan yang berdasarkan
tinjauan atau pandangan falsafah. Pendekatan demikian cenderung
kepada usaha mencapai kebenaran dengan memakai akal atau
rasio. Pendekatan filosofis sering dipergunakan sekaligus dengan pola berpikir
yang rasional dan membandingkan dengan
pendapat-pendapat para ahli filsafat dari berbagai kurun zaman tertentu
beserta aliran filsafatnya.
Pendekatan
dalam pendidikan Islam merupakan suatu cara untuk mempermudah dalam
kelangsungan belajar mengajar. Sehingga tercapai tujuan pendidikan yang
diharapkan dan lebih bisa menunjukkan keberhasilan pendidikan anak didik yang
berdasarkan Skill yang dimilikinya.
F. TUJUAN
PENDIDIKAN ISLAM
Islam menghendaki agar manusia
dididik supaya ia mampu merealisasikan tujuan hidupnya sebagaimana yang telah
digariskan oleh Allah. Tujuan hidup menusia itu menurut Allah ialah beribadah
kepada Allah. Seperti dalam surat adz Dzariyat ayat 56 :
“ Dan Aku menciptakan Jin dan
Manusia kecuali supaya mereka beribadah kepadaKu”.
a.
Dr. Ali Ashraf; ‘tujuan akhir
pendidikan Islam adalah manusia yang menyerahkan diri secara mutlak kepada
Allah pada tingkat individu, masyarakat dan kemanusiaan pada umunya”.
b.
Muhammad Athiyah al-Abrasy. “the
fist and highest goal of Islamic is moral refinment and spiritual, training”
(tujuan pertama dan tertinggi dari pendidikan Islam adalah kehalusan budi pekerti
dan pendidikan jiwa)”
c.
Syahminan Zaini; “Tujuan Pendidikan
Islam adalah membentuk manusia yang berjasmani kuat dan sehat dan trampil,
berotak cerdas dan berilmua banyak, berhati tunduk kepada Allah serta mempunyai
semangat kerja yang hebat, disiplin yang tinggi dan berpendirian teguh”.
d.
Menurut Abdul Fatah Jalal, tujuan
umum pendidikan Islam ialah terwujudnya manusia sebagai hamba Allah. Jadi
menurut Islam, pendidikan haruslah menjadikan seluruh manusia yang menghambakan
kepada Allah. Yang dimaksud menghambakan diri ialah beribadah kepada Allah.
Tujuan
pendidikan Islam adalah untuk mencapai keseimbangan pertumbuhan kepribadian
manusia. Secara menyeluruh dan seimbang yang dilakukan melalui latihan jiwa,
akal pikiran, diri manusia yang rasional, perasaan dan indra, karena itu,
pendidikan hendaknya mencakup pengembangan seluruh aspek fitrah peserta didik,
aspek spiritual, intelektual, imajinasi, fisik, ilmiah dan bahasa, baik secara
individual maupun kolektif, dan mendorong semua aspek tersebut berkembang ke
arah kebaikan dan kesempurnaan. Tujuan terakhir pendidikan muslim terletak pada
perwujudan ketundukan yang sempurna kepada Allah SWT, baik secara pribadi
kontinuitas, maupun seluruh umat manusia.
Dalam hal ini peserta didik agar mereka mampu
menjadi manusia atau mengembalikan manusia kepada fitrahnya yaitu kepada
Rubbubiyah Allah sehingga mewujudkan manusia yang :
1.
Berjiwa
Tauhid
Tujuan pendidikan Islam yang pertama
ini harus ditanamkan pada peserta didik,sesuai dengan firman Allah yang artinya:
"Dan ingatlah ketika Luqman
berkata kepada anaknya diwaktu ia memberikan pelajaran kepadanya,Hai Anakku
janganlah kamu mempersekutukan ALLAH,sesungguhnya mempersekutukan Allah itu
adalah benar-benar kezhaliman yang besar. (QS.Luqman :13)
Manusia yang mengenyam pedidikan
seperti ini sangat yakin bahwa ilmu yang ia miliki adalah bersumber dari Allah,
dengan demikian ia tetap rendah hati dan semakin yakin akan bebesaran Allah.
2.
Takwa
Kepada Allah SWT
Mewujudkan manusia yang bertaqwa
kepada Allah merupakan tujuan pendidikan Islam, sebab walaupun ia genius dan
gelar akademiknya sangat banyak, tapi kalau tidak bertaqwa kepada Allah maka ia
dianggap belum/tidak berhasil. Hanya dengan ketaqwaan kepada Allah saja akan
terpenuhi keseimbangan dan kesempurnaan dalam hidup ini. Allah berfirman yang
artinya :
"Sesungguhnya orang yang paling
mulia diantara kamu di sisi Allah adalah orang paling Taqwa diantara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal" (QS.Al-Hujurat : 13)
3.
Rajin
Beribadah dan Beramal Saleh
Tujuan pendidikan islam juga adalah
agar pesdik lebih rajin dalam beribadah dan beramal saleh, apapun aktivitas
dalam hidup ini haruslah didasarkan untuk beribadah kepada Allah, karena itulah
tujuan Allah menciptakan manusia di muka bumi ini. Firman Allah yang artinya :
"Dan aku tidak menciptakan Jin
dan manusia melainkan supaya beribadah kepadaKU” (QS.Adz-Dzariyaat : 56)
Termasuk dalam pengertian beribadah
tersebut adalah beramal shalih(berbuat baik)kepada sesama manusia dan semua
mahkluk yang ada dialam ini,karena dengan demikian akan terwujud keharmonisan
dan kesempurnaan hidup.
4.
Ulil
Albab
Tujuan pendidikan Islam berikutnya
adalah mewujudkan Ulil albab yaitu orang-orang yang dapat memikirkan dan
meneliti keagungan Allah melalui ayat-ayat qauliyah yang terdapat di dalam
kitab suci Al-Qur'an dan Ayat-ayat kauniyah (tanda-tanda kekuasaan Allah) yang
terdapat di alam semesta, mereka ilmuan dan intelektual, tetapi mereka juga
rajin berzikir dan beribadah kepada Allah SWT. Firman Allah yang artinya:
“Sesungguhnya dalam penciptaan
langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda
bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil
berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang
penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah
Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami
dari siksa neraka”.
(QS.Ali Imran :190-191)
5.
Berakhlakul
Karimah
Pendidikan dalam Islam tidak hanya
bertujuan untuk mencetak manusia yang memiliki kecerdasan saja, tapi juga
berusaha mencetak manusia yang berahklak mulia. Ia tidak akan menepuk dada atau
bersifat arogan (congkak) dengan ilmu yang dimilikinya, sebab ia sangat
menyadari bahwa ia tidak pantas bagi dirinya untuk sombong bila dibandingkan
ilmu yang dimiliki Allah, malah ilmu yang ia miliki pun serta yang membuat ia
sampai pandai adalah berasal dari Allah. Apabila Allah berkehendak Dia bisa
mengambil ilmu dan kecerdasan yang dimiliki mahkluknya (termasuk Manusia) dalam
waktu seketika. Allah mengajarkan manusia untuk bersifat rendah hati dan
berakhlak mulia. Allah berfirman yang artinya :
“Dan janganlah kamu memalingkan
mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi
dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi
membanggakan diri”.
(QS.Luqman :18)
G. KEGUNAAN ILMU PENDIDIKAN ISLAM
Kegunaan dapat
diartikan dengan manfaat atau sumbangan positif yang diberikan kepada manusia
dan lingkungan pendidikannya. Kalau berpatokan pada pandangan pragmatisme,
setiap kebenaran hanya ada apabila memberikan kegunaan dan manfaat. Dengan
demkian, apabila pendidikan Islam tidak memberikan kegunaan dan manfaat, lebih
baik ditinggalkan atau jangan dipraktikan. Untuk mengetahui bahwa ilmu
pendidikan Islam itu patut dan layak dikembangkan, harus diketahui kegunaannya.
Dilihat dari tujuan
ilmu pendidikan Islam, yakin menciptakan manusia yang beriman dan bertakwa,
kegunaan pendidikan Islam adalah sebagai berikut.[16]
- Menambah wawasan keilmuan yang berkaitan dengan eksistensi Allah
dan seluruh ciptaan-Nya kepada anak didik.
- Menguatkan iman dan memperkaya pandangan anak didik tentang
ajaran-ajaran Islam yang menjadi sumber kehidupan manusia dan sumber ilmu
pengetahuan.
- Menjadi jihad dijalan Allah karena mengembangkan ilmu pendidikan
Islam merupakan ibadah.
- Memperluas penafsiran dan memperdalam pemaknaan ayat-ayat Al-Quran
dan as-Sunah tentang berbagai hal yang menyangkut hal yang universal
- Meyakinkan anak didik bahwa al-Quran tidak melewatkan satu masalah
yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan
- Menunjukan kepada dunia barat bahwa ajaran islam merupakan sumber
ajaran beragama dan ide-ide dasar dari seluruh pengetahuan yang
perkembangannya tidak mengenal waktu.
- Secara praktis, ilmu pendidikan islam berguna untuk memberikan
keterampilan hidup yang islami.
- Mencerdaskan anak didik.
- Membentuk anak didik.
- Membentuk akhlak yang mulia.
- Membentuk manusia yang memiliki kepedulian sosial, meneakan amar
ma’ruf nahyi munkar.
- Mengembangkan lembaga pendidikan Islam agar bersaing dengan lembaga
pendidikan umum atau sekuler.
- Mengkaji al-Quran dan as-Sunnah dan merumuskan teori-teori yang
berkaitan dengan ilmu pendidikan islam.
- Mengembangkan teori dan menguji teori dengan paradigma pendidikan
Ilsam.
- Mengkaji berbagai teori pendidikn barat dengan pendekatan ilmu
pendidikan Islam.
- Menciptakan lembaga pendidikan islam yang bonafide.
- Membangun citra lembaga pendidikan Islam yang karismatik dan
digandringi oleh umat Islam.
- Menyiapkan kader ulama yang mempuni dalam pendidikan Islam.
- Membuktikan berbagai ide dasar ilmu pengetahuan yang terapat dalam
al-Quran dan as-Sunnah kedalam realitas kehidupan dunia.
Semua
kegunaan ilmu pendidikan islam di atas merupakan cambuk bagi umat Islam,
terutama bagi para pendidik dan para pengurus lembaga prndidikan islam agar
terus meningkatkan kualitas materi pendidikan Islam, sumber daya manusia,
sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk kemajuan pendidikan Islam.
Manfaat
dan kegunaan pendidikan Islam merupan kenikmatan atau sesuatu yag akan
mengantarkan pada kenikmatan. Dengan bahasa lain merupakan tahshil al-ibqa.
Maksudnya adalah penghimpunan kenikmatan secara langsung dan penjagaan terhadap
kenikmatan tersebut dengan cara menjaganya dari kemudaratan dan sebab-sebabnya.
Kemaslahatan dn kegunaan pendidikan Islam merupakan dampak yang positif yang
diterima oleh pihak pelaku dan pihak lain yang memilki karakter yang sama,
sebagaimana pelakunya seorang diri, tetapi manfaatnya atau dampaknya dapat
menyeluruh.
H. URGENSI MATA KULIAH ILMU PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM BAGI MAHASISWA FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
Sebenarnya agama Islam
mengajarkan bahwa setiap umat islam wajib mendakwahkan dan mendidikkan ajaran
agama islam kepada yang lain. Sebagaimana di pahami dari firman allah berikut ini :
ٱدۡعُ إِلَىٰ سَبِيلِ
رَبِّكَ بِٱلۡحِكۡمَةِ وَٱلۡمَوۡعِظَةِ ٱلۡحَسَنَةِۖ وَجَٰدِلۡهُم بِٱلَّتِي هِيَ
أَحۡسَنُۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعۡلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِۦ وَهُوَ
أَعۡلَمُ بِٱلۡمُهۡتَدِينَ ١٢٥
Artinya :
“Serulah (manusia) kepada jalan
Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara
yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang
tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk” ( QS.
An-Nahl :125)[17]
قَالَ كَلَّاۖ فَٱذۡهَبَا
بَِٔايَٰتِنَآۖ إِنَّا مَعَكُم مُّسۡتَمِعُونَ ١٥
Artinya :
“Allah
berfirman: "Jangan takut (mereka tidak akan dapat membunuhmu), maka
pergilah kamu berdua dengan membawa ayat-ayat Kami (mukjizat-mukjizat);
sesungguhnya Kami bersamamu mendengarkan (apa-apa yang mereka katakan)” (QS. Asy-syuura :15)[18]
وَلۡتَكُن مِّنكُمۡ أُمَّةٞ
يَدۡعُونَ إِلَى ٱلۡخَيۡرِ وَيَأۡمُرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَيَنۡهَوۡنَ عَنِٱ
لۡمُنكَرِۚ وَأُوْلَٰٓئِكَ
هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ ١٠٤
Artinya : “Dan
hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma´ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah
orang-orang yang beruntung” (QS. Ali
Imron :104).[19]
وَٱلۡعَصۡرِ
١ إِنَّ ٱلۡإِنسَٰنَ لَفِي خُسۡرٍ ٢ إِلَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ
وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلۡحَقِّ وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلصَّبۡرِ ٣
Artinya : “Demi
masa.
Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan
nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. (QS. Al-Ashr :1-3)[20]
Di dalam hadis Nabi SAW juga disebutkan “sampaikanlah ajaran dariku
walaupun sekedar satu ayat”(H.R.Bukhori),dan lain-lain.
Berdasarkan ayat-ayat dan hadis di atas tersebut dapat dipahami
bahwa siapapun dapat menjadi pendidik agama islam, asalkan dia memiliki
pengetahuan (kemampuan) lebih, mampu mengimplisitkan nilai relevan atau (dalam pengetahuannya itu), yakni sebagai
penganut yang patut di contoh dalam agama serta nilainya kepada orang lain.
Namun demikian, pendidikan agama ternyata tidak hanya menyangkut
masalah transformasi ajaran dan nilainya kepada pihak lain, tetapi sampai pada
transinternsalisasi nilai ajaran islam. Karena itu, lebih merupakan masalah
yang kompleks, dalam pengertian setiap kegiatan pembelajaran pendidikan agama
akan berhadapan dengan permasalahan yang kompleks, misalnya masalah keyakinan,
keilmuan, penghayatan dan pengamalan ajaran agama dari guru itu sendiri untuk
dan ditransformasikan dan
disinternalisasikan kepada peserta didik dengan berbagai karakteristiknya,
dengan berbagai kondisi dan situasi ,berbagai kendala yang perlu
diperhitungkan, sarana yang diperlukan untuk mencapai keberhasilan pendidikan
agama, cara atau pendekatan apa yang digunakan dalam pembelajarannya, bagaimana
mengorganisasikan dan mengelola isi pembelajaran agama itu,hasil yang diharapkan
dari kegiatan pendidikan agama itu, dan seberapa jauh tingkat efektivitas,
efisiensinya, serta usaha-usaha apa yang dilakukan untuk menimbulkan daya tarik
bagi peserta didik, demikian seterusnya.[21]
Karena itulah, setiap calon guru termasuk guru agama, perlu
dipersiapkan dengan berbagai kemampuan tersebut di LPTK, dan untuk calon guru
agama disiapkan di Fakultas/ jurusan Tarbiyah, sebagaimana tertuang dalam PP
No.38 tahun 1992 bahwa calon tenaga pendidikan agama pada jenjang pendidikan
dasar dan menengah dididik sebagai calon
guru mata pelajaran di lembaga pendidikan tenaga keguruan ( pasal 14 ayat 1).
Sedangkan yang dimaksud dengan lembaga pendidikan tenaga keguruan dalam ayat
tersebut adalah Fakultas Tsrbiyysh.
Sebagaimana diketahui bahwa dalam Undang-Undang Nomor 2/ 1989
Tentang Sistem Pendidikan nasional, pasal 39 ayat (2) dinyatakan bahwa isi
kurikulum setiap jenis, jalur, dan jenjang pendidikan antara lain wajib memuat
pendidikan agama. Dan tenaga pengajar pendidikan agama harus beragama sesuai dengan
agama yang diajarkan dan agama peserta didik yang bersangkutan (baca UUSPN No.
2/1989 pasal 28 ayat 2). Bahkan didalam Tap MPR
Nomor II/MPR?1993 tentang GBHN ditegaskan bahwa agama dijadikan penuntun
dan pedoman bagi pengembangan dan penerapan IPTEK.
Mengapa demikian ? karena kemajuan IPTEK
akan menjadi boomerang bagi umat manusia tanpa diimbangi dengan nilai-
nilai etik dan moral keagamaan.
Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa pendidikan agama mempunyai
kedudukan penting dan strategis dalam pembangunan negara dan masyarakat
Indonesia. Demikian strategisnya posisi pendidikan agama tersebut, sehingga
Fakultas Tarbiyah masih sangat diperlukan eksistensinya untuk menyiapkan calon
guru agama yang professional.
Hanya saja masalah menantang kita adalah mampukah Fakultas/Jurusan
Tarbiyah menyiapkan lulusan yang siap pakai dan/atau yang mampu menjalankan
tugas-tugas kependidikan dengan baik dan optimal.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Inti pokok pendidikan islam adalah usaha
pendewasaan manusia seutuhnya (lahir dan batin) dalam arti tuntunan yang
menuntut peserta didik untuk memiliki kemerdekaan berfikir, merasa, bertindak,
dan berbicara serta percaya pada diri sendiri dengan penuh rasa tanggung jawab
dalam setiap tindakan dan perilaku kehidupan sehari hari dengan berlandaskan
ukuran-ukuran tertentu yang telah ditentukan dalam agama islam.
2. Objek Ilmu Pendidikan Islam
a. Menyadarkan manusia sebagai makhluk individu
b. Menyadarkan manusia sebagai makhluk sosial
c. Menyadarkan manusia sebagai hamba Allah SWT
3. Ruang Lingkup Ilmu Pendidikan Islam
a. Tujuan Pendidikan Ilmu
b. Pendidik
c. Peserta Didik
d. Model Pendidikan Islam
e. Materi Pendidikan Islam
f. Alat Pendidikan Islam
g. Evaluasi
4.
Metode-metode
pendidikan Islam ada 16 macam, yaitu : berfikir, induktif deduktif, praktik, jihad,
situasional, kelompok, intruksional, cerita, bimbingan, dan penyuluhan,
pemberian contoh dan teladan, diskusi, soal-jawab, imstal, khitbah, targhib dan
tarhieb, dan acquistion selaf education, serta taubat dan ampunan
5.
Pendekatan Dalam Pendidikan Islam
a.
Pendekatan
Psikologis
b.
Pendekatan
sosial-kultural
c.
Pendekatan
Religik
d.
Pendekatan
historis
e.
Pendekatan
komparatif
f.
Pendekatan
filosofis
6.
Tujuan Pendidikan Islam yaitu mengembalikan
manusia kepada fitrahnya yaitu kepada Rubbubiyah Allah sehingga mewujudkan
manusia yang :
a.
Berjiwa Tauhid
b.
Takwa Kepada Allah SWT
c.
Rajin Beribadah dan Beramal Saleh
d.
Ulil Albab
e.
Berakhlakul Karimah
7. Kegunaan Ilmu Pendidikan Islam :
a. Menambah wawasan keilmuan yang berkaitan dengan eksistensi Allah dan
seluruh ciptaan-Nya kepada anak didik.
b. Menguatkan iman dan memperkaya pandangan anak didik tentang
ajaran-ajaran Islam yang menjadi sumber kehidupan manusia dan sumber ilmu
pengetahuan.
c. Menjadi jihad dijalan Allah karena mengembangkan ilmu pendidikan Islam
merupakan ibadah.
8. Telah diketahui bahwa urgensi pembelajaran ilmu pendidikan islam
sangatlah mendasar dan kompleks di setiap segi kehidupan, oleh karena itu
mahasiswa fakultas tarbiyah dan ilmu keguruan diwajibkan mengikuti mata kuliah
ini dengan dasar untuk bekal dalam penyebaran islam dan sebagai bahan belajar
menghadapi masa depan sebagai profil guru dan panutan yang bernafaskan islam.
B. SARAN
1.
Hendaknya makalah ini dapat dijadikan sebagai salah satu sumber
pembelajaran bagi pembaca. Dan makalah ini bisa bermanfaat bagi banyak pihak,
utamanya bagi penyusun dan pembaca
DAFTAR PUSTAKA
H. Ramayulis, 2002, Ilmu
Pendidikan Islam. Jakarta : kalam mulia,
Ahmad d.
marimba, 1974, pengantar filsafat pendidikan islam, bandung , PT.Al-maarif,
Munardji, 2004,
ilmu pendidikan islam, Jakarta, PT. Bina ilmu, hal 7
Muhammad fadhil
al-jumaly, 1996, tarbiyah al-insan al jaded, Tunisia, ma’tabad al ijtihad,
I.L. Parasibu
dan Simanjuntak, 1978, pendidikan nasional, Bandung, Tarsito,
Omar Muhammad
At Taurny Al Syaiban, 1979, Filsafat Pendidikan Islam, (Terjemah Hasan
Lunggulung), Jakarta, Bulan Bintang,
Arifin
H.M., 2008Ilmu Pendidikan Islam tinjauan Teoritis dan Praktis berdasarkan
pendekatan indisipliner, Jakarta,
PT. Bumi Aksara,
http://amrikhan.wordpress.com/2012/10/29/pengertian-dan-ruang-lingkup-ilmu-pendidikan-islam/Diakses Pada Tanggal 09/03/2015 pukul 08:08 WIB
Al Muyasar,
2007, Al Quran Dan Terjemahannya, Bandung, Sinar Baru Algesindo,
Beni
Ahmad Saebani & Hendra akhdhiyat, 2012, Ilmu Pendidikan Islam Jiid 1.
Bandung, Pustaka Setia,
Muhaimin, 2012,
paradigm pendidikan islam, Bandung, Remaja Rosdakarya,
[1] Muhibbin syah, psikologi belajar,(
jakarta: rajagrafindo persada, 2003), h. 62
[2] Tadjab, Ilmu Jiwa Pendidikan,
(Jakarta: Karya Abditama, 1994), h. 47
[4] Ibid., h. 127.
[5] Ahmad Mudzakir, Psikologi Pendidikan,
(Jakarta: PT.Pustaka Setia, 2001), h. 34.
[6] Muhibbin syah, psikologi belajar,…h.
64
[7] Muhibbin syah, psikologi belajar,…h.
65
[9] Muhibbin Syah, Psikologi
Pendekatan Suatu Pendekatan Baru, h. 99.
[10] Moch. Ishom Ahmadi, Kaifa
Nurobbi Abnaa Ana, (Jombang: Samsara Press MMA BU, 2007), h. 85.
[11] Arifin H.M., Ilmu Pendidikan Islam tinjauan Teoritis dan
Praktis berdasarkan pendekatan indisipliner, Jakarta, PT. Bumi Aksara, 2008
[12] http://amrikhan.wordpress.com/2012/10/29/pengertian-dan-ruang-lingkup-ilmu-pendidikan-islam/Diakses Pada Tanggal 09/03/2015
pukul 08:08 WIB
[13] Al
Muyasar, Al Quran Dan Terjemahannya, Bandung, Sinar Baru Algesindo,
2007, Hal. 587
[14] M.
Ridwan, http://oner497.blogspot.com/2013/01/blog-post.html,
diakses pada 09/03/2015 pukul 09:09
[15]
Ibid.,
[16] Beni Ahmad Saebani & Hendra akhdhiyat, Ilmu Pendidikan Islam
Jiid 1. Bandung, Pustaka Setia, 2012
[17]Al
Muyasar, Al Quran Dan Terjemahannya, Bandung, Sinar Baru Algesindo,
2007, Hal. 553
[18]
Ibid., Hal. 747
[19]
Ibid., Hal 121
[20]
Ibid., Hal 1360
[21]
Muhaimin,paradigm pendidikan islam, Bandung, Remaja Rosdakarya,2012,
Hal, 125
No comments:
Post a Comment