Search This Blog

Saturday, 7 February 2015

qolbu, nafs, akal dan arrukh

BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Bicara tentang manusia, tak bisa lepas dari dua aspek, yaitu jasmani dan rohani. Dua aspek inilah yang membentuk manusia, aspek jasmani membentuk fisik manusia agar tetap sehat. Sedang aspek rohani akan membentuk pribadi dan sifat manusia tersebut. Kedua aspek ini mempunyai potensi-potensi yang berbeda namun harus tetap seimbang.
Dalam makalah ini materi yang akan dibahas adalah tentang potensi ruhaniah yang dimiliki oleh manusia. Potensi ruhaniah yang dimiliki oleh manusia meliputi: qalbu nafs, akal, dan ruh. Disini akan dijelaskan definisi tentang qalbu, nafs, akal, dan ruh yang merupakan potensi ruhaniah yang ada pada tiap manusia.


B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Bagaimana pengertian dari  qalbu?
2.      Bagaimana pengertian dari nafs?
3.      Bagaimana pengertian dari  akal?
4.      Bagaimana pengertian dari Ar- ruh?

C.    TUJUAN
1.      Menjelaskan pengertian dari qalbu.
2.      Menjelaskan pengertian dari nafs.
3.      Menjelaskan pengertian dari akal.
4.      Menjelaskan pengertian dari Ar-ruh.

D.    BATASAN MASALAH
Makalah ini hanya membahas tentang definisi dari qalbu, nafs, akal dan ar-ruh.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Qalbu
          Makna qalbu itu sendri yang bersifat kondisional (ahwal) dan tidak memiliki pengertian yang statis (maqmah). Qalbu tidak mungkin diukur dengan batasan-batasan atau dibatasi dengan batasan ukuran ukuran-ukuran yang pasti. Meminjamkan ungkapan dari pasal,”Le Coeur a ses rations que la raison neconnait pas” hati mempunyai akalnya sendiri yang tidak biasa dimengerti oleh akal budinya”. Pascal melanjutkan bahwa kebenaran hanya dapat diketahui jika kita mau mendengar suara hati (lagique de Coeur). Walaupun seharusnya lebih ditegaskan bahwa kebenaran hanya  mungkin diketahui dan dirasakan  nyata, apabila kita ,mau melaksanakan kata hati, bukan hanya mendengar.
         Qalbu adalah hati nurani yang menerima limpahan cahaya kebenaran ilhaih, yaitu ruh. Sebagaimana sejak alam ruh, kita telah melakukan kesaksisan kebenaran.
        ‘’Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturan anak-anak Adam dari sulbi mereka, dan Allah mengambil kesaksian terhadap diri mereka (seranya berfirman),’Bukanlah Aku ini Tuhanmu?’ mereka menjawab,’ Betul (Enkau Tuhan kami), kami menjadi saksi..’’’ (al-A’raaf;172)
     Pengertian qalbu (bentuk masdar) dari qalbu yang artinya ‘berubah-ubah,berbolak-balik, tidak konsisten,berganti-ganti’. Pokok qalbu merepukan lokus atau tempat didalam wahana jiwa manusia yang merupakan titik  sentral atau awal dari segala awal yang menggerakan perbuatan manusia yang cenderung kepada kebaikan dan keburukan. Qalbu juga merupakan saghafa atau hamparan yang menerima suara hati  (conscience) yang berasal dari ruh dan sering pula disebut dengan nurani (bersifat cahaya) yang menerangi atau memberikan arah kepada manusia untuk bertindak dan bersikap berdasarkan keyakinan atau prinsip yang dimilikinya.
      Dengan qalbu itulah, Allah ingin memanusiakan manusia, memuliakannya dari segala makhluk yang diciptakan–Nya. Sebaiknya, karena qalbu itu pula,manusia membinatangkan dirinya sendiri. Hal ini biasa terjadi dikarenakan bagi manusia. Itulah sebabnaya, Allah menepatkan qalbu sebagai sentral kesadaran manusia sehingga Allah sendiri tidak memperdulikan tindakan yang tampak kasat mata, bahkan Allah memaafkan kesalahan yang tidak dengan sengaja disuruhkan oleh hati nuraninya perbuat.
      Salah satu fungsi qalbu adalah merasakan dan mengalami; yang artinya dia mampu menangkap fungsi indrawi yang dirangkaum dan dipantulkan kehati ke dunia luar,dan proses ini kita sebut saja sebagai menghayati.Dengan demikian,didalam qalbu, selain memiliki fungsi indrawi, didalamnya ada ruhani, yaitu moral dan nilai-nilai etika; artinya dialah yang menentukan tentang rasa bermasalah, baik buruk, serta mengambil keputusan berdasarkan tanggung jawab moralnya tersebut.[1]

 B. Pengertian  Nafs
        Nafs adalah  muara yang menampung  hasil oleh fu’ad, shadr, dan hawaa yang kemudian menampakkan  dirinya dalam bentuk  perilaku nyata dihadapan manusia lainnya. Nafs yang  mempresentasikan dari ada (being) menjadi mengada (becoming). Dengan Nafas itulah manusia menampakkan dirinya di hadapan dunia. Ali r.a. berkata,’Tidak ada sesorang pun mampu menyembuyikan  sesuatu, kecuali akan tampak dari ucapan dan air mukanya.’’
      Apabila nafs mendapatkan pencerahan dari cahaya qalbu, maka dinding biliknya benderang memantulkan binar-binar kemulian. Jiwa nafs yang melangit, merindu, dan menemukan wajah tuhan akan stabil merasakan kehangatan cinta ilahi.
      Pantaslah bahwa orang yang berhak mendapatkan cinta Allah hayalah mereka yang  jiwanya tenang (nafsul muthmainah).
     “Hai yang jiwa yang tenang.kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi dhiridhai-Nya.maka,masuklah kedalam jamaah hamba-hamba-ku, dan masuklah ke dalam surga-ku.”(al-fajar:27-30)
      Nafsul muthmainah adalah gelora batin yang menampakan fu’ad dan shadar dalam bentuk nya yang yata,membumi ,dan memberikan pantulan kepada lingkungan diri dan orang lain. Nafs berhak mendapatkan gelar”mutmainah”,selama cara dirinya mempresentasikan perilaku ilahi dalam bentuk satu garis lurus (shirathal mustakim),qalbuya salim penuh peyerahan diri kepada Allah,fu’ad-nya tajm untuk memilih yang baik dan yang buruk dan shadr-nya bermuatan keinginan cinta yang merindu. Nafs adalah penampakan wajah batin dan lahir yang penuh dengan pengharapan untuk mendapatkan rahmat Allah.
       Sebaliknys, nafs yang gelisah penuh api membakar hanya akan mendapatkan gelar ammarotum bis suu’ ‘jiwa angkara’ apabila dia menjadi muara kejahatan karena menampung   fu’ad dan shadr yang cacat, rusak dan busuk (defect,decay).
       “Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, Sesungguhnya Tuhanku maha pengampun dan maha penyayang .”(Yusuf:53)
       Apabila fu’ad disimbolkan berada dalam kepala (otak hypothalamus), shadr dalam dada dan detak jantung, serta dalam hawaa dalam rongga perut dan kelamin, maka nafs merupakan perpanduan atau cakupan dari semuanya. Nafs adalah diri manusia itu sendiri.
      Kewajiban fu’ad dan shadr terlebih dahulu harus mampu mengendalikan dan menempatkan hawaa pada posisi positif, serta mendorong seluruh saluran nya yang terbuka untuk diisi oleh hub yang memancar dari qalbu, karena potensi hawaa yang negatif dan sudah dikuasai oleh nyala api dunia, akan menjadi faktor pengurang bahkan menghapuskan seluruh potensi qalbu lain menampung berbagai sinyal dan energy dan dari fu’ad dan shadr..
     Hanyalah saja harap diperhatikan bahwa walaupun hawaa sudah dikuasai, kulitas penampakan nafs akan ditentukan pula oleh positif atau negatifnya diantara kedua potensi tersebut.Sehingga ,dapat dikategorikan ke dalam empat kepribadian nafs yang tampak di presepsi luar (dengan asumsi potensi hawaa adalah positif), yaitu sebagai berikut:[2]
a.       Saghafa sa’adah (kebahagiaan).
b.      Saghafa hazn (kesedihan).
c.       Saghafa hammi (kebimbangan).
d.      Saghafa majnun (kegilaan).

C. Pengertian Akal
 Hal yang perlu di ingat adalah bahwa kata al-‘aql (sebagai kata dasar) tidak di jumpai di dalam Al-qur’an al- Karim sama sekali, melainkan kata devirasi atau bentuk jadian yang berupa kata kerjanya, semisal ya’qilu, na’qilu, ta’qiluna, ya’qiluna, ‘aqillu yang mencapai 50 kata.[3]
Ada beberapa pengertian tentang aql. Pertama, aql adalah potensi yang siap menerima pengetahuan teoritis. Kedua, aql adalah pengetahuan tentang kemungkinan sesuatu yang mungkin dan kemuhalan sesuatu yang mustahil yang muncul pada anak usia tamyiz, seperti pengetahuan bahwa dua itu lebih banyak dari pada satu dan kemustahilan seseorang dalam waktu yang bersamaan berada di dua tempat. Ketiga, aql adalah pengetahuan yang diperoleh melalui pengalaman empirik dalam berbagai kondisi. Keempat ,aql adalah potensi untuk mengetahui akibat sesuatu dan memukul syahwat yang mendorong pada kelezatan sesaat.
Dengan demikian orang yang berakal adalah orang yang didalam melalukan perbuatan atau tidak melakukan perbuatan didasarkan pada akibat yang akan muncul bukan didasarkan pada syahwat yang mendatangkan kelezatan sesaat. Aql yang pertama dan kedua merupakan bawaan sedangkan aql yang ketiga dan keempat merupakan usaha.
Di dalam al-Qur`an, kata aql dalam bentuk kata benda tidak ditemukan yang ditemukan di dalam al-Qur`an adalah kata kerjanya yakni ya’qilun, ta’qilun dan seterusnya. Aqala ( fi’il Madli, kata kerja lampau) berarti menahan atau mengikat. Dengan demikian al-A’qil (isim fail) berarti orang yang menahan atau mengikat hawa nafsunya sehingga nafsunya terkendali karena diikat atau ditahan. Sedangkan orang yang tidak mempunyai aql tidak mengikat nafsunya sehingga nafsunya liar tak terkendali.[4]

D. Pengertian Ar Ruh
Ruh adalah pusat yang didalamnya manusia tertarik dan kembali pada sumbernya. Ruh ini tidak bisa dilihat kecuali oleh orang yang telah melepaskan “kedua dunia” ini. Ruh tidak ada di dalam maupun di luar tubuh, tidak terikat maupun terlepas. Ia ada di dalam sekaligus di luar, terikat dan terlepas.[5]
Al-ruh dalam pengertian pertama adalah organik yang lembut yang kandungannya merupakan darah kental yang bersumber dari rongga al-Qalb al-Jasmani. Melalui nadi-nadi yang berdenyut (al-‘uraq ad-dawārib) didistribusikan mengalir ke seluruh tubuh. Sirkulasi darah ke seluruh tubuh menimbulkan berkas-berkas cahaya kehidupan, indera, persepsif, penglihatan, pendengaran, indera penciuman, dari sana, dapat dimisalkan dengan timbulnya berkas-bekas cahaya dari lampu dalam minyak lentera rumah. Para dokter, ketika menunjuk kata  al-ruh maksudnya adalah teminologi tersebut. Pengertian kedua, al-ruh bermakna latifah yang memiliki pengetahuan dan pemahaman yang ada pada manusia. Inilah salah satu makna diantara dua makna yang dimiliki kalbu.
Para ulama berbeda–beda dalam mengartikan ruh. Sebagaian mengartikan kehidupan (al-hayah). Sementara menurut al-Qusyairi, ruh adalah jisim yang halus bentuknya (sebagaimana malaikat, setan) yang merupakan tempat akhlak terpuji. Dengan demikian ruh berbeda dengan al-nafs dari sisi potensi positif dan negatif. Nafsu sebagai pusat akhlak tercela sementara ruh sebagai pusat akhlak terpuji. Ruh juga merupakan tempat mahabbah pada Allah. Dengan Ruh itulah Allah menciptakan manusia menjadi hidup dan kehidupan manusia tumbuh berkembang karena adanya cahaya ilahi yang memudahkan kita sebut dengan Hubb atau Cinta. Dengan cinta itulah seluruh alam semesta termasuk manusia di ciptakan sehingga seluruh kepribadian manusia pada awalnya di gerakkan oleh energi cahayatersebut mengisi seluruh pori dan syaraf qalbu dengan cinta yang meng-Ilahi.[6]

BAB III
PENUTUP

  1. Kesimpulan
1.      Qalbu yaitu Qalbu adalah hati nurani yang menerima limpahan cahaya kebenaran ilhaih, yaitu ruh. Sebagaimana sejak alam ruh, kita telah melakukan kesaksisan kebenaran.
2.      Nafs yaitu   muara yang menampung  hasil oleh fu’ad, shadr, dan hawaa yang kemudian menampakkan  dirinya dalam bentuk  perilaku nyata dihadapan manusia lainnya.
3.       Akal yaitu menahan atau mengikat hawa nafsunya sehingga nafsunya terkendali karena diikat atau ditaha,  sedangkan orang yang tidak mempunyai aql tidak mengikat nafsunya sehingga nafsunya liar tak terkendali.
4.      Ar-ruh yaitu  pusat yang didalamnya manusia tertarik dan kembali pada sumbernya.   


  1. Saran
1.      Diharapkan  para pembaca bisa memahami pengertian dari qalbu, nafs, akal, dan ar-ruh.
2.      Diharapkan kita dapat lebih dalam mempelajari akhlak tasawuf.
3.      Diharapkan para pembaca bisa mengambil pelajaran dari makalah ini.









DAFTAR RUJUKAN

Amatullah Amstrong, Kunci Memasuki Dunia Tasawuf, (Bandung: Mizan, 1998).
 Muhammad ‘Abdullah asy-Syarqawi, Sufisme dan Akal, (Bandung: Pustaka          Hidayah, 2003).
Toto Tasmara, Kecerdasan Ruhaniah (Transcendental Intelligence), (Jakarta:          Gema Insani, 2001).






[1] Toto tasmara, kecerdasan ruhaniah, gema insani, Jakarta, 2001, hal. 45-49
[2] Ibid., hal. 110-114
[3] Muhammad ‘abdullah asy-syarqawi, sufisme dan akal, pustaka hidayah, bandung, 2003, hal. 55
[5] Amatullah Amstrong, Kunci Memasuki Dunia Tasawuf, Mizan,Bandung, 1998, hal. 244
“TOKOH-TOKOH TASAWUF”
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas :
AKHLAK TASAWUF
Dosen Pengampu
Dr. H. M.Arif Faizin, M.Ag.
NIP.


IAIN T.A.jpg


Disusun Oleh :
1.   Mala Khurotul Ula       (1725143167)
2.   Mimin Eka Fitantri       (1725143177)
3.   Moh. Mahmud Fauzi    (1725143180)

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH 1 B
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN )
TULUNGAGUNG

NOVEMBER 2014

 DAFTAR ISI

Judul   ......................................................................................................      i
Kata pengantar  .......................................................................................       ii
Daftar isi  .................................................................................................      iii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar belakang masalah ..............................................................        1
B.     Rumusan masalah .......................................................................       1
C.     Tujuan pembahasan masalah .......................................................       1
D.    Batasan masalah ..........................................................................       2
BAB II PEMBAHASAN
A.    Tokoh-Tokoh Tasawuf pada Abad Pertama dan Kedua Hijriah...........................................................................................      3
B.     Tokoh-Tokoh Taasawuf Terkemuka Abad Ketiga dan Keempat Hijriah ......................................................................................................      5
C.     Tokoh-Tokoh Tasawuf Terkemuka Abad Kelima Hijriah...........................................................................................      11
D.     Tokoh-Tokoh Tasawuf Terkemuka Abad Keenam Hijriah dan
Seterusnya....................................................................................       13

BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan...................................................................................      18
B.     Saran ............................................................................................      19
Daftar Rujukan


 KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat, taufik, hidayah dan inayahNYA, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “TOKOH-TOKOH TASAWUF”.Shalawat dan salam tetap tercurahkan dan dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, serta keluarga, sahabat, dan pengikutnya.
Kiranya dalam penyusunan makalah ini, kami menghadapi  cukup banyak rintangan dan selesainya makalah ini tak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu tak lupa kami ucapkan terima kasih pada pihak-pihak yang telah membantu, yaitu :
1.    Bapak Dr. Maftukhin, M.Ag. selaku rektor IAIN Tulungagung yang telah memberi kesempatan untuk belajar di IAIN Tulungagung.
2.    Bapak Dr. H. M.Arif Faizin, M.Ag, selaku dosen pengampu mata kuliah Profesi Keguruan yang telah membimbing kami dalam penyusunan makalah ini.
3.    Dan semua pihak yang telah membantu proses pembuatan yang tidak dapat disebutkan satu-satu, kami ucapkan terimakasih.
Penyusun yakin bahwa berbagai kelemahan dan keterbatasan dapat terjadi didalam makalah ini. Oleh karenanya, kritik yang sehat dan membangun, serta saran dan masukan yang konstruktif sangat kami harapkan dari dosen pembimbing Bapak Dr. H. M.Arif Faizin S.Ag. Dan juga dari para pembaca untuk kesempurnaan makalah ini. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Tulungagung,  November 2014

Penyusun


BAB I

PENDAHULUAN

A.          Latar Belakang

            Tasawuf merupakan salah satu aspek asoterik Islam, sekaligs sebagai perwujudan dari ihsan yang menyadari adanya komunikasi langsung antara seorang hamba dan Tuhannya. Sufisme bertujuan memperoleh hubungan langsung dengan Tuhan. Sementara itu, intisarinya adalah kesadaran akan adanya komunikasi rohaniah antara manusian dan Tuhan melalui kontemplasi. Dengan bertasawuf, seseorang akan menjadi bersih hati dan jiwanya, berarti pula ia akan dibimbing oleh cahaya Ilahi.di dalam ajaran Tasawuf pun terdapat beberapa tokoh yang terkemuka. Dimana tokoh-tokoh tersebut juga memiliki ajaran Tasawuf nya masing-masing.
B.    Rumusan Masalah
1.      Siapakah tokoh-tokoh Tasawuf pada abad pertama dan kedua ?
2.      Siapakah tokoh-tokoh Tasawuf terkemuka abad ketiga dan empat hijriah ?
3.      Siapakah tokoh-tokoh Tasawuf terkemuka abad kelima hijriah ?
4.      Siapakah tokoh-tokoh Tasawuf terkemuka abad ke enam hijriah hingga seterusnya ?
C.   Tujuan Pembahasan Masalah
1.      Untuk mengetahui tokoh-tokoh Tasawuf pada abad pertama dan kedua.
2.      Untuk mengetahui tokoh-tokoh Tasawuf terkemuka abad ketiga dan empat hijriah
3.      Untuk mengetahui tokoh-tokoh Tasawuf terkemuka abad kelima hijriah.
4.      Untuk mengetahui tokoh-tokoh Tasawuf terkemuka abad ke enam hijriah hingga seterusnya
D.  Batasan Masalah
            Adapun permasalahan yang dibahas dalam proses penyusunan makalah ini adalah tentang tokoh-tokoh tasawuf . untuk memberikan kejelasan materi dan menghindari meluasnya pembahasan, maka pembahasan dibatasi pada :
1.      Tokoh-tokoh Tasawuf pada abad pertama dan kedua.
2.      Tokoh-tokoh Tasawuf terkemuka abad ketiga dan empat hijriah
3.      Tokoh-tokoh Tasawuf terkemuka abad kelima hijriah.
4.      Tokoh-tokoh Tasawuf terkemuka abad ke enam hijriah.







BAB II
PEMBAHASAN
A.    TOKOH-TOKOH  TASAWUF PADA ABAD I DAN II HIJRIAH
1.      Hasan al-Basri
            Nama lengkapnya al-Hasan bin Abi al-Hasan Abu Sa’id. Dia dilahirkan di Madinah pada tahun 21 Hijriah/642 masehi dan meninggal di Basrah pada tahun 110 Hijriah/728 Masehi. Ia adalah putra Zaid bin Sabit, seorang budak yang tertangkap di Maisan kemudian menjadi sekretaris Nabi Muhammad SAW.
            Ibunya adalah hamba sahaya Ummu Salamah, isteri Nabi. Ia tumbuh dalam lingkungan orang saleh yang mendalam pengetahuan agamanya. Dalam ajaran Sufi Hasan al-Basri diakui sebagai salah satu tokoh yang paling besar pada masa awal sejarahnya. Ia juga dikenal sebagai orator piawai sehingga berbagai kata dan ungkapan yang disampaikan banyak dikutip oleh pengarang-pengarang arab.
            Hasan al-Basri adalah seorang zahid yang termashur dikalangan tabi’in. Prinsip ajarannya yang berkaitan dengan hidup kerohanian senantiasa diukurnya dengan sunnah Nabi. Di antara ucapan yang terkenal ialah :”Seorang faqih ialah orang yang bersikap zuhd terhadap kehidupan duniawi yang tahu terhadap dosanya dan yang selalu beribadah kepada Alloh.”

2.      Ibrahim bin Adham
Namanya adalah Abu Ishaq Ibrahim bin Adham, lahir di Balkh dari keluarga bangsawan Arab. Dalam legenda sufi, ia dikatakan sebagai seorang pangeran yang meninggalkan kerajaannya, lalu mengembara ke arah Barat untuk menjalani hidup sebagai seorang petapa sambil mencari nafkah yang halal hingga meninggal di negeri Persia kirs-kira pada tahun 160H/777M.
Ibrahim bin Adham adalah salah seorang zahid di Khurasan yang sangat menonjol di zamannya. Dia lebih suka memakai baju bulu domba yang kasar dan mengarahkan pandangannya ke negeri Syam (Syria)., dimana ia hidup sebagai penjaga kebun dan kerja kasar lainnya.
Kemudian diantara ucapan-ucapannya, dia pernah mengatakan : “Ketahuilah, kamu tidak akan bias mencapai peringkat orang-orang saleh kecuali setelah kamu melewati enam pos penjagaan”.
Demikiannya semua zahid semasanya, berusaha sungguh-sungguh demi akhirat, sikap zahid terhadap dunia dan tindakan yang tidak mengenal kompromi dalam ketataan yang dilakukannya.

3.      Sufyan al-Sauri
Namanya adalah Abu Abdullah Sufyan bin Sa’id bin Masruq al Sauri al-Kuhfi. Dia dilahirkan di Kufah pada tahun 97H/175M, dan meninggal di Basrah pada tahun 161H/778M. dia adalah seorang tabi’in pilihan dan seorang zahid yang jarang ada tandingannya, bahkan merupakan seorang bulama hadits yang terkenal, sehingga dalam merawah hadits dia dijuluki amir al-mu’minin dalam hal hadits.
Mula-mula ia belajar dari ayahnya sendiri, kemudian dari banyak orang-orang pandai di masa itu sehingga akhirnya ia menjadi seorang ahli dalam bidang hadits dan biologi.
Sufyan al-Sauri sempat berguru kepada Hasan al-Basri, sehingga fatwa-fatwa gurunya tersebut banyak mempengaruhi jalan hidupnya. Dia menyampaikan ajaran agama kepada murid-muridnya agar jangan terpengaruh oleh kemewahan dan kemegahan duniawi, jangan suka menjilat kepada raja-raja dan penguasa.
Sufyan al-Sauri termasuk zahid yang sangat berani, tidak takut dibunuh dalam mengemukakan kritik terhadap penguasa, beliau sangat mencela kehidupan penguasa yang sangat bergelimang dalam kemewahan. Diantara ucapan-ucapannya dalam member nasihat itu ialah “supaya jangan rusak agamamu”.
4.      Robi’ah al-Adawiyah
Nama lengkapnya ialah Ummu al-Khair Rabi’ah binti Isma’il al-Dawiyah al-Qisiyah. Dia lahir di Basrah pada tahun 97H/713M, lalu hidup sebagai hamba sahaya keluarga Atik. Dia berasal darikeluarga miskin dan dari kecil ia tinggal di kotra kelahirannya.
Robi;ah al-Adawiyah yang seumur hidupnya tidak penah menikah, dipadang mempunyai saham yang besar dalam memperkenalkan konsep cinta khas sufi kedalam mistisisme dalam Islam.
Isi pokok ajaran tasawuf Rabi’ah adalah tentang cinta. Karena itu, dia mengabdi, melakukan amal shaleh bukan karena takut masuk neraka atau mengharap masuk surge, tetapi karena cintanya kepada Allah. Cintalah yang mendorongnya ingin selalu dekat dengan Allah, dan cinta itupula yang membuat ia sedih dan menangis karena takut terpisah dari yang dicintainya.

B.     TOKOH-TOKOH SUFI TERKEMUKA ABAD III DAN IV HIJRIAH
1. Ma’ruf al-Karkhi
Namanya adalah Abu Mahfuz Ma’ruf bin Firuz al-Karkhi. Ia berasal dari Persia, namun hidupnya lebih lama di Bagdad, yaitu pada masa pemerintahan Harun al-Rasyid. Ia meninggal di kota ini juga pada tahun 200H/815M.
Ma’ruf dikenal sebagai sufi yang selalu diliputi rasa rindu kepada Allah sehinnga ia digolongkan kedalam kelompok auliya’. Dia dipandang sangat berjasa dalam meletakkan dasar-dasar tasawuf. Dan dia adalah orang pertama yang mengembangkan tasawufnya dari paham cinta yang dibawa oleh Rabi’ah al-Adawiyah.
Diantara ajaran tasawufnya, al-Karkhi pernah berkata :”Seseorang sufi adalah tamu Tuhan di dunia ini, dan oleh karena itu ia berhak mendapat sesuatu yang diberikan kepada tamu, ia berhak dilayani sebagai tamu, tetapi tidak sekali-kali berhak mengemukakan kehendak keinginannya.

2.  Abu al-Hasan Surri al-Saqti
Nama lengkapnya ialah Abu al-Hasan Surri al-Muglisi al-Saqti. Dia adalah murid Ma’ruf al-Kahrki dan paman al-Junaidi dan merupakan seorang tokoh sufi terkemuka di Bagded. Dia mencari nafkah dengan berdagang barang-barang bekas dan meninggal pada tahun 253H/867M dalam usia 98 tahun.
Dalam sejarah sufi ia terkenal sebagai pelopor dalam membahas soal “tauhid”. Disamping itu ia pun menjadi imam masjid Bagdad. Diantara kata-katanya yang menggambarkan tentang akhlak dan pendidikan moral ialah :”Kekuatan paling dahsyat adalah nafsu, karena itu hendaklah kau mampu mengendalikannya. Dan barang siapa tidak mampu mengendalikan dirinya, niscaya dialebih tidak mampu lagi mengendalikan orang lain.”
Al-Saqti berpendapat bahwa untuk pendidikan moral hingga tercapai keselamatan lahir dan batin, orang harus menyendiri dari orang banyak dan untuk mengkonsentrasikan perhatian dan memusatkan tujuan”. Dengan terkonsentrasinya pikiran dan perasaan, hilangnya tabir antara seorang sufi dengan Tuhan, maka tidak ada lagi yang dirasa dan dipikirkannya kecuali wujud Tuhan.

3. Abu Sulaiman al-Darani
Nama lengkapnya ialah Abu Sulaiman Abdurrahman bin Uthbah al-Darani. Dia lahir di Daran, sebuah kampong di kawasan Damaskus, dan meninggal pada tahun 215H/830H. Dia adalah murid Ma’ruf dan merupakan tokoh sufi terkemuka.
Dalam sejarah, al-Darami dikenal sebagai salah seorang sufi yang banyak membahas tentang ma’rifah dan hakikah. Hakikah menurut Abu Sulaiman al-Darani, berkaitan erat dengan syariah. Hal ini ditegaskan dalam upayanya :”Selama beberapa waktu aku tertimpa persoalan ini (para sufi), sementara aku tidak bias menerimanya (menerima dengan yakin), kecuali disertai dua saksi yang adil:al-Qur’an dan al-Sunnah.

4. Haris al-Muhasibi
Nama lengkapnya ialah Abu Abdillah al-Haris bin Asad al-Basri al-Muhasibi. Dia lahir di Basrah pada tahun 165H/781M. Selagi masih kecil ia pindah ke Bagdad, di sana dia kemudian belajar hadits dan teologi. Iameninggal di sana 243H/857M. Ajaran-ajaran dan tulisan-tulisannya memberikan pengaruh yang kuat dan luas kepada ahli-ahli sufi sesudahnya, khususnya kepada Abu Hamid al-Ghazali.
Dia adalah seorang ulama yang termasyhur  dalamilmu usul dan ilmu akhlak. Menurut al-Taftazani, dalam kalangan para sufi barangkali dialah yang pertama kali membahas masalah moral dan hal-hal yang berkaitan dengannya seperti jiwa, lautan, sabar, reda, tawakal, takwa, takut dan lain-lain.
Dia digelari al-Muhasibi karena suka mengadakan intropeksi. Menurut al-Qusyairi dalam hal ilmu, sifat wara’ dan pergaulannya yang terpelihara baik.

5.      Zu al-Nun al-Misri
Nama lengkapnya adalah Abu al-Faid Sauban bin Ibrahim Zu al-Nun al-Misri.dia lahir di Ekhmim yang terletak dikawasan Mesir Hulu pada tahun 155H/770M. Banyak guru-guru yang telah didatanginya dan banyak pengembaraan yang telah dilakukannya baik di negeri Arab maupun Syiria. Pada tahun 214H/829M, dia ditangkap dengan tuduhan membuat bid’ah dan dikirim ke kota Bagdad untuk dipenjarakan disana.
Setelah diadili khalifah memerintahkan agar dia dibebaskan dan dikembalikan ke Cairo. Di kota ini diameninggal pada tahun 245H/860M. menurut biografi-biografi para sufi, dia adalah seorang pada masanya terkenal keluasan ilmunya, kerendahan hatinya, dan budi pekertinya yang baik.
Dalam tasawuf posisinya dipandang penting, karena dia itulah yang pertama di Mesir yang memperbincangkan masalah awal dan maqamat para wali. Selanjutnya, Zu al-Nun al-Misri cenderung mengkaitkan ma’rifah dengan syariah, sebagaimana katanya: “Tanda seorang ‘arif  itu ada tiga: cahaya ma’rifahnya tidak memudarkan cahaya sifat wara’nya, secara batiniah tidak memegangi ilmu yang menyangkal hokum lahiriah dan banyaknya karunia Allah tidak menjadikannya melanggar tirai-tirai larangannya”.

6.      Abu Yazid al-Bustami
Nama lengkapnya ialah Abu Yazid bin Isa bin Syurusan al-Bustami. Dia lahir sekitar tahun 200H/814M di Bustam, bagian Timur Laut Persia. Di Bustam ini pula ia meninggal pada tahun 261H/875M.
Sebelum Abu Yazid mempelajari tasawuf, ia belajar agama islam menurut masbah Hanafi. Abu Yazid adalah seorang zahid yang terkenal. Baginya zahid itu adalah seseorang yang telah menyediakan dirinya untuk hidup berdekatan dengan Allah. Kepribadiannya menjadi sangat menonjol dikalangan kaum sufi Persia pertama. Tidak banyak orang sufi yang mengesankan sekaligus membingungkan orang-orang sezamannya dan zaman-zaman sesudahnya. Abu Yazid lah yang pertamakali menimbulkan paham fana’ dan baqa’ dalam tasawuf.
Yang biasanya dirujukkan kepada Abu Yazid sebaga ipembawanya terdapat pula, ucapan-ucapannya tentang hidup kerohaniannya, yang menjadi perhatian bagi pengagumnya, terutama dikalangan kaum syufi. Misalnya: “Pertikaian para ulama adalah rahmat kecuali dalam kehidupan”.

7.      Junaid al-Bagdadi
Nama lengkapnya adalah Abu al-Qasim sl-Junaid bin Muhammad al-Khazzaz al-Nihawandi. Dia adalah putra eorang pedagang dan keponakan Surri al-Saqti serta teman akrab Haris al-Musabihi. Dia meninggal di Bagdad pada tahun 297H/910M.
Al-Junaid dikenal dalam sejarah tasawuf sebagai seorang sufi yang banyak membahas tentang tauhid. Tauhid yang hakiki menurut al-Junaid adalah buah dari fana’ terhadap semua yang selain Allah. “Ketika menyampaikan suatu hadits.
Dari pendapat al-Junaid tampak jelas isyarat-isyarat pada tauhid bentuk khusus yang berdasarkan kefanaan.dan kefanaan dalam tauhid adalah pengetahuan yang dapat dicapai jiwa manusia dalam alam lain.
Al-Junaid menandaskan bahwa tasawuf berarti bahwa “Allah akan menyebabkan kau mati dari dirimu sendiri dan hidup di dalamNya”. Al-Junaid menganggap bahwa tasawuf merupakan penyucian dan perjuangan kejiwaan yang tak habis-habis.

8.      Al-Hallaj
Nama lengkapnya adalah Abu al-Mugis al-Husain bin Mansur bin Muhammad al-Baidawi, lebih dikenal dengan nama al-Hallaj. Dia lahir pada tahun 244H/858M di Tur.
Pada waktu umur 16 tahun ia pernah berguru kepada Sahl bin Abdullah al-Tusturi, salah seorang tokoh sufi terkenal pada abad ke tiga hijriah. Tetapi setelah dua tahun belajar kepadanya, dengan latihan-latihan berat, ia pergi ke Basrah dan dari sini pergi ke Bagdad.
Al-Hallaj adalah seorang alim dalam ilmu agama islam.sebagaimana dikatakan oleh ibn suraij,ia adalah seorang yang hapal al-qur’an dan sarat dengan pemahamannya,menguasai ilmu fiqh dan hadits,serta tidak diragukan lagi keahliannya dalam ilmu tasawuf. dia adalah seorang zabid yang terkenal pada masanya;dan banyak lagi sifat-sifat kesalehannya.keahlian dan kepribadiaanya yang demikian itulah yang menjadikannya mampu melahirkan karya-karya gemilang,terutama tentang tasawuf.

9.      Abu Bakr Al-Syibli
Nama lengkapnya Abu Bakr Dulaf bin Jahdar Al-Syibli. Keluarganya berasal dari Khurasan, tetapi dia sendiri dilahirkan di Bagdad. Al-Syibli meninggal pada tahun 334 H./946 M.Dalam usia 87 tahun.
Al-Syibli adalah srorang yang tidak pernah mengeluh menghadapi kehidupan, dia hidup penuh kegembiraan . bagaimana  sikap seseorang dalam hidup dan kehidupan bermasyarakat, dia berkata”Hidupla seperti pohon kayu yang lebat buahnya, tumbuh di tepi jalan.Dilempar orang dengan batu lalu dibalasnya dengan buah.”
Kemudian tentang arti dan hakikat tasawuf dan sufi ,Al-Syibli mengatakan:tasawuf ialah duduk bersama allah tanpa ada rasa duka”. Dan katanya pula “tasawuf adalah kehalusan yang  membakar”. Selanjutnya ,katanya :’’sufi ialah orang yang terputus hubungannya dengan makhluk dan senantiasa berhubungan dengan khalik.”dan katanya pula :”orang-orang sufi ialah anak-anak kecil dalam pangkuan tuhan.”[1]
C. TOKOH-TOKOH TASAWUF TERKEMUKA ABAD KELIMA HIJRIAH
1.      Al-Qusyairi An-Naisabury
                  Nama lengkapnya adalah Abdul karim bin Hawazin bin Abdul Malik bin Thalhah bin Muhammad An-Naisaburi. Ia lebih dikenal dengan nama Abdul Karim Al-Qusyairi karena ia berasal dari keturunan kabilah Arab Al-Qusyairi bin Ka’ab yang pindah ke kurasan pada masa dinasti Umawi.[2] Al-Qusyairi, lahir tahun 376 H. di Istiwa, kawasan Nishafur, salah satu pusat ilmu pengetahuan  pada masanya. Disini lah ia bertemu dengan gurunya, abu Ali Ad-Daqqaq, seorang sufi terkenal. Al-Qurairi selalu menghadiri majelis gurunya dan dari gurunya itulah ia menempuh jalan tasawuf. Sang  guru menyarankannya untuk pertama-tama mempelajari syariat. Oleh karena itu, dia selalu mempelajari fiqih dari seorang  faqih, Abu Bakr Muhammad  bin Abu Bakr Ath-Thusi (wafat tahun 405 H), dan mempelajari ilmu kalam serta ushul fiqih Abu Bakr bi Farauk (wafat tahun 406 H).
              Pemikiran Al-Qusyairi
1)      Mengembalikan Tasawuf ke Landasan Ahlussunnah
2)      Selain itu, Al-Qusyairi pun mengecam keras para sufi pada masanya.
3)      Penyimpangan Para Sufi.[3]

2.      Al-Harawi
Tokoh sufi yang lahir pada 396 H dan wafat pada 481 H/1088 M di Herat ini mempunyai nama lengkap Abu Isma'il Abdullah bin Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Ali bin Ja'far bin Manshur bin Matta al-Anshari al-Harawi. Adalah tokoh Khurasan, keturunan sahabat Nabi SAW, yaitu Abu Ayyub al-Anshari ra. Ia juga seorang pemuka dalam ilmu hadis, tafsir, bahasa, dan tasawuf dari kalangan mazhab Hambali yang penuh semangat.
            Manazilus-Sa'irin hanyalah satu saja dari sekian banyak karya yang sudah ditelorkan oleh tokoh yang penjelasannya mengenai hakikat diakui paling lurus dan dapat diterima oleh masyarakat awam maupun para spesialis.
            Karya lain yang juga bernilai sastra tinggi adalah Munajat (Doa), yang ditulis dalam prosa berirama bahasa Persia, yang diselang-seling dengan beberapa sajak yang dipergunakannya untuk mencurahkan cintanya, dambanya, dan nasihatnya. Karya yang bahkan dihargai oleh kaum Hindu di India ini menjadi literatur doa andalan di dunia berbahasa Persia.[4]
3.      Al-Ghazali
      Nama lengkapnya adalah Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Ta’us Ath-Thusi Asy-Syafi’I Al-Ghazali. Secara singkat dipanggil Al-Ghazali atau Abu Hamid Al-Ghazali. Ia dipanggil Al-Ghazali karena dilahirkan di Ghazlah, suatu kota di Khurasan, Iran, pada tahun 450 Hijriah (1085 M), tiga tahun setelah kaum Saljuk mengambil alih kekuasaan di Baghdad.[5] Setelah mengabdiakn diri untuk ilmu pengetahuan, menulis dan mengajar, maka pada usia 55 tahun al-Ghazali meninggal dunia di kota kelahirannya, Tus, pada tanggal 14 Jumadil Akhir 505 H /19 Desember 1111M, dalam pangkuan saudaranya Ahmad al-Ghazali
Ajaran-ajaran tasawuf al-Ghazali diantaranya :
a. Ma’rifah. Di dalam tasawufnya al-Ghazali memilih tasawuf sunni yang berdasarkan al-qur’an dan sunnah ditambah dengan doktrin ahlussunnah wal jamaah. Dari faham tasawufnya itu, ia menjauhkan semua kecenderungan gnotis yang mempengaruhi para filosof Islam, sekte Ismailiyyah, aliran Syi’ah, dan lain-lainnya. Mengenai ma’rifah, menurutnya, adalah mengetahui rahasia Allah dan mengetahui peraturan-peraturan tuhan tentang segala yang ada. Alat memperoleh ma’rifah bersandar pada sirr, qalb, dan ruh. Qalb dapat mengetahui hakekat segala yang ada. Jika dilimpahi cahaya tuhan, qalb dapat mengetahui rahasia-rahasia tuhan dengan sirr, qalb dan ruh yang telah suci dan kosong, tidak berisi apapun. Saat itulah ketiganya akan menerima iluminasi (kasyf) dari Allah. Pada waktui tu pulalah, Allah menurunkan cahaya –Nya kepada sang sufi sehinnga yang dilihat sang shufi hanyalah Allah. Di sini, sampailah ia ketingkat ma-rifah.
Ma’rifah seorang shufi tidak dihalangi hijab, sebagaimana ia melihat si Fulan ada di rumah dengan mata kepalanya sendiri. Ringkasnya, ma’rifah menurut al-Ghazali tidak seperti ma’rifah menurut orang awam maupun ma’rifah ulama mutakallimin, tetapi ma’rifah shufi yang dibangun atas dasar dzauq ruhani dan kasyf ilahi. Ma’rifah seperti ini dapat dicapai oleh para khawwas auliya tanpa melalui perantara, langsung dari Allah.
b. As-Sa’adah.
Menurut al-Ghazali kelezatan dan kebahagian yang paling tinggi adalah melihat Allah. Di dalam kitab kimiya as-sa’adah, ia menjelaskan bahwa as-sa’adah (kebahagian) itu sesuai dengan watak /tabiat, sedangkan watak sesuatu itu sesuai dengan ciptaannya. Nikmatnya mata terletak ketika melihat gambaryang bagus dan indah, nikmatnya telinga terletak ketika mendengar suara yang merdu.demikian jga seluruh anggota tubuh, masing-masing kenikmatan tersndiri. Kenikmatan hati –sebagai alat memperoleh ma’rifah-  terletak ketika melihat Allah. Melihat Allah merupakam kenikmatan yang paling agung yang tiada taranya karena ma’rifah itu sendiri agung dan mulia.
D. TOKOH-TOKOH TASAWUF TERKEMUKA ABAD KE ENAM HIJRIAH
1. Ibn Arabi
Nama lengkapnya Muhammad ibn Ali ibn Ahmad ibn Abdullah ath-Thai’ al-Haitami. Ia lahir di Murcia, Andalusia tenggara, Spanyol, pada tanggal 17 Ramadhan tahun 560 H / 28 Juli 1163 M,  dari keluarga berpangkat, hartawan, dan ilmuan. Tahun 620 H, ia tinggal di Hijaz dan meninggal di sana pada tanggal 28 Rabi’ul akhir 638 H / 16 November 1240 M. Namanya biasa disebut tanpa “al” (bukan Ibn al-Arabi) untuk membedakan dengan Abu Bakar Ibn al-Arabi, seorang qodhi dari sevilla yang wafat tahun 543 H. di Sevilla spanyol ia mempelajari al-qur’an, hadits serta fiqih pada sejumlah murid seorang faqih Andalusia terkenal, yakni Ibn Hazm az-Zahiri.
Diantara karya monumentalnya adalah Al-Futuh alMakiyah yang ditulis pada tahun 1201 tatkala ia sedang menunaikan ibadah haji. Karya lainnya adalah Turjuman al-Asywaq yang ditulisnya untuk mengenang kecantikan, ketaqwaan dan kepintaran seorang gadis cantik dari keluarga seorang shufi dari Persia. Karya lainnya : Masyahid al-Asrar, mathali’ al-anwar al-ilahiyyah, hilyat al-abdal, al-ma’rifah al-ilahiyah, al-isra’ ila maqam al-atsna, muhadharat al-abrar, kitab al-akhlaq, dan lain-lain.
2. Abdul Karim al-Jilli
Nama lengkapnya Abdul Karim ibn Ibrahim al-Jilli. Ia lahir pada tahun 767 H/1365 M. di JIlan (Gilan), sebuah propinsi di sebelah selatan Kaspia dan wafat pada tahun 805 H/1417 M. (riwayat lain tahun 1403 M). Nama al-Jilli diambil dari tempat kelahirannya di Gilan. Ia adalah seorang shufi terkenal dari Baghdad. Riwayat hidupnya tidak banyak diketahui oleh para ahli sejarah, tetapi sebuah sumber mengatakan bahwa ia pernah melaukan perjalanan ke India tahun 1387 M. kemudian belajar tasawuf di  bawah bimbingan Abdul Qadir al-Jaelani, seorang pendiri dan pemimpin tarekat Qadiriyah yang sangat terkenal.di samping itu berguru pula kepada Syeikh Syarafuddin Ismail ibn Ibrahim al-Jabarti di Jabid (Yaman0 tahun 1393-1403 M.
Kitab al-Jilli yang terkenal yang menggambarkan ajaran tasawufnya, khususnya tentang konsep al-insan al-kamil (mansia sampurna) berjudul Al-insan al-kamil fi ma’rifah al-awakhir wa alawali (dua juz untuk satu buku, yang memuat 63 bab : 41 bab untuk juz
pertama dan 22 bab untuk juz kedua). Kitab ini menurutnya, ditulis berdasarkan intruksi Allah yang diterimanya melalui ilham.[6]
4.      Suhrawardi
Nama beliau selengkapnya adalah Umar bin Muhammad bin Abdullah bin Muhammad Suhrawardi. Ia adalah seorang ahli fiqh yang terkemuka dalam madzhab syafi’I, seorang yang solih dan wara’, banyak berijtihad dalam urusan ibadat dan thariqat, terkenal di Irak sebagai orang yang sangat alim dan arif, berkelakuan baik, mempunyai sifat-sifat yang mulia, sehingga ia dimasukkan kedalam golongan wali.[7]
Karya-karya Suhrawardi
Suhrawardi adalah sosok pemuda yang cerdas, kreatif, dan dinamis. Ia termasuk dalam jajaran para filosof-sufi yang sangat produktif sehingga dalam usianya yang relatif pendek itu ia mampu melahirkan banyak karya. Hal ini menunjukkan kedalaman pengetahuannya dalam bidang filsafat dan tasawuf yang ia tekuni.
Dalam konteks karya-karyanya ini, Hossein Nasr mengklasifikasikan-nya menjadi lima kategori sebagai berikut :
a. Memberi interpretasi dan memodifikasi kembali ajaran peripatetik. Termasuk  dalam kelompok ini antara lain kitab : At-Talwihat al-Lauhiyyat al-‘Arshiyyat, Al-Muqawamat, dan Hikmah al-‘Ishraq.
b. Membahas tentang filsafat yang disusun secara singkat dengan bahasa yang mudah dipahami : Al-Lamahat, Hayakil al-Nur, dan Risalah fi al-‘Ishraq.
c. Karya yang bermuatan sufistik dan menggunakan lambang yang sulit dipahami : Qissah al-Ghurbah al Gharbiyyah, Al-‘Aql al-Ahmar, dan Yauman ma’a Jama’at al-Sufiyyin.
d. Karya yang merupakan ulasan dan terjemahan dari filsafat klasik : Risalah al-Tair dan Risalah fi al-‘Ishq.
e. Karya yang berupa serangkaian do’a yakni kitab Al-Waridat wa al-Taqdisat.
Banyaknya karya ini menunjukkan bahwa Suhrawardi benar-benar menguasai ajaran agama-agama terdahulu, filsafat kuno dan filsafat Islam. Ia juga memahami dan menghayati doktrin-doktrin tasawuf, khususnya doktrin-doktrin sufi abad III dan IV H. Oleh karena itu tidak mengherankan bila ia mampu menghasilkan karya besar serta memunculkan sebuah corak pemikiran baru, yang kemudian dikenal dengan corak pemikiran mistis-filosofis (teosofi).[8]
5.      Ibn Al Farid
 (Syarifuddin ‘Umar Abu Al Hasan ‘Ali). Lahir di Cairo tahun 576 H/1181 M  dan meninggal tahun 632 H/1233 M. Beliau adalah sufi cinta Illahi yang paling menonjol, uang mendedikasikan hidupnya untuk cinta dan menjadikan sebagai poros utama puisi – puisinya. Menurutnya, seorang pecinta hanya dapat menyaksikan kekasihnya, Alloh SWT, lewat fana’ dari segala pesona serta daya tarik kehidupan dunia, bahkan surga dan nikmat kehidupan akhirat. Paham tersebut menjadi titik tolak pahamnya tentang kesatuan berdasarkan penyaksian, qutb dan kesatuan – kesatuan agama. Kesatuan, menurutnya, bukan berarti suatu wujud telah menyatu dengan Wujud YME, tetapi bermakna penyatuan dengan penyaksian Wujud YME.

6.      Jalaluddin Al Rumi
      (Jalaluddin Muhammad Bin Muhammad Al Balkhi Al Qunuwi). Lahir di Balkh tahun 604 H/1217 M dan meninggal tahun 672 H/1273 M di Qunyah. Beliau dipandang sebagai pendiri tarekat al jalaliah atau al maulawiah, tarekat ini masih bisa didapatkan di daerah Turki dan syiria. Beliau merupakan sufi yang menganut faham kesatuan wujud yang didasari atas teori fana’ sebagaimana sufi – sufi sebelumnya. Beliau juga berpendapat tentang nur muhammad yang menjadi dasar ma’rifah semua nabi ataupun wali. Beliau juga seorang sufi yang diliputi rasa cinta sehingga mengantarkannya kepada kefanaan ataupun penyaksian kesatuan.[9]






BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
1.      Tokoh-tokoh Tasawuf pada abad pertama dan kedua.
a)      Hasan Al-Basri
b)      Ibrahim Bin Adham
c)      Sufyan Al Sauri
d)     Robi’ah Al-Adawiyah
2.      Tokoh-tokoh Tasawuf terkemuka abad ketiga dan empat hijriah
a)      Ma’ruf Al-Karkhi
b)      Abu Al-Hasan Surry Al-Saqti
c)      Abu Sulaiman Al-Darani
d)     Haris Al-Muhasibi
e)      Zu Alnun Al-Misri
f)       Abu Yazid Al-Bustami
g)      Junaid Al-Bagdadi
h)      Al-Hallaj
i)        Abu Bakar Al-Syibli
3.      Tokoh-tokoh Tasawuf terkemuka abad kelima hijriah.
a)      Al-Qusyairi
b)      Al-Harawi
c)      Al-Ghazali
4.      Tokoh-tokoh Tasawuf terkemuka abad ke enam hijriah.
a)      Al-Suhrawardi
b)      Muhyiddin Ibn 'Arabi
c)      ‘Abd Al-Karim Al-Jilli
d)     Ibn Al-Farid
e)      Jalaluddin Al-Rumi

B.     Saran
1.      Untuk para peserta didik seyogyanya makalah ini dapat dijadikan sebagai  pandangan fikiran yang nantinya dapat dijadikan sebuah referensi tentang keteladanan tokoh-tokoh tasawuf terkemuka yang memiliki tabiat baik dalam perjalanan hidupnya.
2.      Untuk para pembaca hendaknya harus lebih mengetahui dan mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari mengenai sifat-sifat para tokoh tasawuf.











DAFTAR RUJUKAN
Asmaran, Pengantar Study Tasawuf. Jakarta:PT Raja GFrafindo Persada,2002.
Labib, Memahami Ajaran Tasawuf, Surabaya, Bintang Usaha Jaya, 2001.
Munir Amin Samsul, Ilmu Tasawuf, Jakarta, Amzah, 2012.
http://iethafairuz.blogspot.com/2013/03/tasawuf-dan-perkembangannya.html diunduh pada tanggal 6 November 2014 pukul 15.15.
http://Islam Itu Indah  SEJARA DAN PEMIKIRAN AL-QUSYAIRI.htm diunduh pada tanggal 5 November 2014 pukul 17.49
http://Pemikiran Teosofis Suhrawardi al-Maqtul _ Bilik Falsafah.htm diunduh pada tanggal 5 November 2014 pukul 18.00


[1] Asmaran,Pengantar Study Tasawuf.jakarta:PT Raja GFrafindo Persada,2002.hal 265-326
[2] Samsul Munir Amin, Ilmu Tasawuf, (Jakarta:Amzah, 2012), hlm. 229.
[3]http://Islam Itu Indah  SEJARA DAN PEMIKIRAN AL-QUSYAIRI.htm diunduh pada tanggal 5 November 2014 pukul 17.49
[5] Samsul Munir Amin, Ilmu…, hlm. 233.
[7] Labib, Memahami Ajaran Tasawuf, (Surabaya:Bintang Usaha Jaya, 2001), hlm. 68.
[8] http://Pemikiran Teosofis Suhrawardi al-Maqtul _ Bilik Falsafah.htm diunduh pada tanggal 5 November 2014 pukul 18.00
[9]http://iethafairuz.blogspot.com/2013/03/tasawuf-dan-perkembangannya.html diunduh pada tanggal 6 November 2014 pukul 15.15.

MAKALAH KONSEP PENGEMBANGAN KURIKULUM / DOWNLOAD MAKALAH

KONSEP PENGEMBANGAN KURIKULUM MAKALAH DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH PENGEMBANGAN KURIKULUM MI DISUSUN OLEH: ...