Friday, 28 December 2018

MAKALAH BELAJAR DALAM PERSPEKTIF PSIKOLOGI / MAKALAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN


BELAJAR DALAM PERSPEKTIF PSIKOLOGI
MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Psikologi Pendidikan
Dosen Pengampu: MIRNA WAHYU AGUSTIN, M.Psi

Disusun oleh:
Kelompok I

3. Nova Santoso                                          

Kelas: II-B
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI)
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
TULUNGAGUNG
MARET 2015


KATA PENGANTAR

            Alhamdulillah, bahwa hanya dengan petunjuk dan hidayah-Nya penulisan makalah ini dapat terselesaikan dan sampai di hadapan para pembaca yang berbahagia. Semoga kiranya membawa manfaat yang sebesar-besarnya dan memberikan sumbangan yang berarti bagi pendidikan pada masa sekarang dan yang akan datang. 
            Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw. Yang telah membawa kita ke dunia yang penuh dengan kedamaian.
            Dengan terselesaikannya pembuatan makalah ini penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada:
1.    Dr. Maftukhin, M.Ag selaku rektor IAIN Tulungagung yang telah memberi izin kepada penyusun untuk mengumpulkan data sebagai penyusun makalah ini.
2.    Mirna Wahyu Agustin, M.Psi selaku dosen pengampu yang telah memberikan pengarahan dan koreksi sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai waktu yang telah ditentukan.
3.    Teman-teman dan civitas akademika yang telah memberikan motivasinya serta semua pihak yang telah membantu terselesainya penyusun makalah ini.
Sebagaimana pepatah yang menyatakan tiada gading yang tak retak, maka penulisan makalah inipun tentunya banyak dijumpai kekurangan dan kelemahannya. Untuk itu kami mohon maaf yang sebesar-besarnya dan mengharap tegur sapa serta saran-saran penyempurnaan, agar kekurangan dan kelemahan yang ada tidak sampai mengurangi nilai dan manfaat bagi pengembangan studi Islam pada umumnya.

Tulungagung,    Maret  2015


Penyusun



DAFTAR ISI
Cover.......................................................................................................        i
Kata Pengantari.......................................................................................        ii
Daftar Isi.................................................................................................        iii
BAB I PENDAHULUAN
A.       Latar Belakang Masalah............................................................        1
B.       Rumusan Masalah.....................................................................        2
C.       Tujuan.......................................................................................        2
D.       Batasan Masalah.......................................................................        2
BAB II PEMBAHASAN
A.       Pengertian belajar......................................................................        3
B.     konsep Belajar...........................................................................       5
C.     teori-teori tentang belajar..........................................................       6
D.    factor-faktor yang mempengaruhi belajar ...............................        9
E.     proses dan fase dalam belajar....................................................      12
F.      macam macam perwujudan belajar...........................................      14
G.    B................................................................................................      18
H.    B ...............................................................................................       20
BAB III PENUTUP
A.       Kesimpulan...............................................................................        25
B.       Saran.........................................................................................        26

DAFTAR RUJUKAN           


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang Masalah
Dalam dunia yang serba cangggih ini, pendidikan adalah suatu hal yang sangat vital dalam kehidupan manusia. Segala aspek kehidupan berupa profesi,.  keahlian, dan kemasyarakatan menjadikan pendidikan sebagai acuan dalam menilai taraf kehidupan dan kelayakan seseorang. Dalam pendidikan terdapat komponen yang sangat mendasar yairu belajar. Belajar adalah suatu key term “istilah kunci” yang sangat vital dalam setiap usaha pendidikan. Sehingga tanpa adanya belajar maka tidak pernah ada suatu pendidikan. Sebagai suatu proses, belajar hamper selalu mendapat tempat yang luas dalam hal disiplin ilmu yang berkaitan dengan usaha kependidikan. Misalnya psikologi belajar dan psikologi pendidikan. Maka bagian terbesar upaya riset dan eksperimen psikologi belajarpun diarahkan pada tercapainya pemahaman lebih luas dan mendalam mengenai proses perubahan manusia.
Sebagian orang beranggapan bahwa belajar semata mata mengumpulkan atau menghafal fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk informasi, materi ataupun pelajaran. Disamping itu ada pula sebagian yang mengartikan belajar hanyalah sebagai latihan belakaseperti yang tampak pada latihan membaca dan menulis.dalam persepsi seperti ini biasanya pendidik/ orang tua akan merasa cukup puas dengan memperlihatkan keterampilan jasmaniah tertentu tanpa memahami arti, makna,hakikat, dan tujuan keterampilan tersebut.
Berdasarkan pertimbangan pertimbangan tersebut. Sebagai calon guru atau guru yang professional seyogyanya melihat hasil belajar peserta didik dari berbagai sudut kinerja psikologisyang utuh dan menyeluruh. Sehubungan dengan ini, pserta didik yang menempuh proses belajar, idealnya ditandai dengan perubahan_perubahan dan munculnya pengalaman_pengalaman psikologis baru yang berasifat positif.pengalaman pengalaman kejiwaan tersebut diharapkan dapat mengembangkan sifat, sikap dan kecakapan yang konstruktif dan bukan kecakapan yang destuktif (merusak). Untuk itu makalah ini disajikan sebagai referensi bagi calon guru dan guru professional sebagai acuan dalam memahami konsep belajar yang sebenarnya yang akan dibahas dalam bab berikutnya.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana Pengertian belajar...............................................        3
2.      Bagaimana konsep Belajar....................................................       5
3.      Bagaimana teori-teori tentang belajar....................................       6
4.      Bagaimana factor-faktor yang mempengaruhi belajar .........        9
5.      Bagaimana proses dan fase dalam belajar.............................      12
6.      Bagaimana macam macam perwujudan belajar.....................      14
7.      Bagaimana.............................................................................      18
8.      Bagaimana ............................................................................       20
1.      Tujuan Penulisan
1.      Mengetahui Pengertian Ilmu Pendidikan Islam
2.      Mengetahui Objek Ilmu Pendidikan Islam
3.      Mengetahui Ruang Lingkup Ilmu Pendidikan Islam
4.      Mengetahui Metode Dalam Pendidikan Islam
5.      Mengetahui Pendekatan Dalam Pendidikan Islam
6.      Mengetahui Tujuan Pendidikan Islam
7.      Mengetahui Kegunaan Ilmu Pendidikan Islam
8.      Mengetahui Urgensi Mata Kuliah Ilmu Pendidikan Agama Islam
 Bagi Mahasiswa Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan
2.      Batasan Masalah
Makalah ini hanya membahas pengertian ilmu pendidikan islam, ruang lingkup bahasan ilmu pendidikan islam,  dan urgensi ilmu pendidikan islam bagi mhasiswa fakultas tarbiyah.



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Belajar
1.      Belajar Menurut Para Ahli
Belajar merupakan kegiatan yang berproses dan merupakan unsure yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan dari suatu pendidikan  salah satunya sanyat bergantung pada proses belajar yang dialami oleh peserta didik baik ketika ia didalam lingkungan sekolah maupun dalam lungkungan rumah atau keluarga.[1]
Dalam memberikan arti dari belajar, banyak ahli mengartikan belajar  dengan persepsi masing masing antara lain :
Menurut Cronbach, dalam bukunya Edicational Psychology, mengatakan bahwa “Learning is shown by a change in the behavior as a result of experience.” Jadi menurut Cronbach, belajar yang sebaik-baiknya adalah dengan mengalami. Dan dengan mengalami itu si pelajar menggunakan panca inderanya.[2]
Menurut James O. Whittaker, “Learning may be difined as the process by which behavior originates or is altered through training or experience”. Bahwa belajar dapat didefinisikan sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.[3]
Sedangkan menurut Howard L. Kingsley “learning is the process by which behavior (in the broader sense) is originated or changed through practice or training”. (Belajar adalah proses dimana tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan).[4]
Hal lain dikemukakan oleh Ahmad Mudzakir dan Joko Sutrisno bahwa: “belajar merupakan suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri seseorang, mencakup perubahan tingkah laku, sikap kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan, dan lain sebagainya.” [5]
Menurut skinner, seperti yang dikutip muhibbin syah bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi (penyesuaian tingkah laku) yang berlangsung secara progresif. Pendapat ini diungkapkan dari ungkapa ringkasnya  bahwa belajar adalah: “a process of progressive behavior adaptation”. Berdasarkan penelitiannya skinner percaya bahwa proses adaptasi tersebut akan mendatangkan hasil yang optimal apabila diberi penguat atau reinforce.[6]
Chaplin dalam dictionary of psicholigy membatasi belajar dalam dua macam rumusan. Pertama, belajar adalah “acquisition of any relatively permanent change in behavior as a result of  practice and experience” (belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relative melekat sebagai akibat latihan dan pengalaman). Kedua, belajar adalah “procces of acquiring responses as a result of species practice” belajar adalah proses memperoleh respon_respon sebagai akibat adanya latihan khusus.[7]
Biggs dalam pendahuluan “teaching for learning: the view from cognitive psychology” mendefinisikan belajar dalam tiga rumusan. yaitu rumusan kuantitatif (dari sudut pandang jumlah) belajar berarti pengisian atau pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta yang sebanyak-banyaknya. Jadi, belajar dalam persepsi ini di pandang dari sudut berapa banyak materi yang dikuasai siswa.
 Rumusan institusional, (tinjauan kelembagaan) yaitu belajar dipandang sebagai validasi atau pengabsahan siswa atas materi-materi yang telah dipelajari. Bukti institusional ynag menunjukan siswa telah belajar dapat diketahui dengan hubungannya dengan proses mengajar. Dengan demikian, ukurannya ialah semakin baik mutu mengajar yang dilakukan pendidik maka akan semakin baik pula mutu perolehan siswa yang kemudian dinyatakan dengan nilai atau skor.
Adapun Rumusan kualitatif (tinjauan mutu) ialah mproses memperoleh arti-arti dan pemahaman-pemahaman serta cara-cara menafsirkan dunia di sekitar peserta didik. Belajar pada pengertian ini difokuskan pada tercapainya daya pikir dan tindakan yang berkualitas untuk memecahkan masalah-masalah yang kini dan nanti dihadapi oleh peserta didik.[8]
2.      Belajar Menurut Aliran-Aliran Psikologi
a.       Konsep Belajar Kognitivisme
Salah satu aliran yang mempunyai pengaruh terhadap praktik belajar yang dilaksanakan di sekolah adalah aliran psikologi kognitif. Aliran ini telah memberikan konstribusi terhadap penggunan unsur kognitif atau mental dalam proses belajar sebagai kegiatan yang bersifat mekanistik antara stimulus dan respons. Menurut aliran kognitif belajar adalah sebuah proses mental yang aktif untuk mencapai, mengingat, dan menggunakan pengetahuan.
b.      Konsep Belajar Konstukvisme
1)      Pandangan Konstrukvisme tentang belajar
Pendekatan konstuvistik dalam belajar dan pembelajaran didasarkan pada perpaduan antara beberapa penelitian dalam psikologi kognitif dan psikologi sosial, sebagaimana teknik – teknik dalam modifikasi perilaku yang didasarkan pada teori operant conditioning dalam psikologi behavioral. Konstrukvisme memahami hakikat belajar sebagai kegiatan manusia membangun atau menciptakan pengetahuan dengan cara mencoba memberi makna pada pengetahuan dengan cara mencoba memberi makna pada pengetahuan sesuai pengalamanya.
2)      Strategi Belajar Konstrukvisme
a)      Top-down processing. Siswa belajar dimulai dari masalah yang kompleks untuk dipecahkan, kemudian menghasilkan atau menemukan keterampilan yang dibutuhkan.
b)      Cooperative learning, yaitu strategi yang digunakan untuk proses belajar, dimana siswa akan lebih mudah menemukan secara komprehensip.dalam strategi ini siswa belajar dalam pasangan-pasangan atau kelompok untuk saling memcahkan masalah.
c)      Generative learning, strategi ini menenkankan pada intregrasi yang aktif antara materi atau pengetahuan.
3)      Model-model pembelajaran berdasarkan prinsip-prinsip konstrukvisme
a)      Discovery Learning ( Jerone Bruner ) siswa didorong untuk belajar dengan diri mereka sendiri. Siswa belajar melalui aktif, guru mendorong siswanuntuk mempunyai pengalaman-pengalaman.
b)      Active learning , adalah pembelajaran aktif.
c)      Quantum learning, adalah cara pengubahan bermacam-macam interaksi, hubungan, dan inspirasi yang ada  di dalam dan di sekitar momen belajar.
d)     Contextual teaching and learning ( CTL ), adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkanya.
c.       Pandangan Humanism Tentang Belajar
Dalam prinsip aliran ini salah satu ide yang penting dalam ide humanistic adalah siswa

3.      Belajar Dalam Perspektif Islam
Dalam prespektif Islam tidak di jelaskan secara rinci dan operasional mengenai proses belajar (belajar), proses kerja sistem memori akal dan proses dikuasainya pengetahuan dan ketrampilan manusia. Namun Islam menekankan dalam signifikasi fungsi kognitif (akal) dan fungsi sensori (indera-indera) sebagai alat-alat penting untuk belajar sangat jelas.  Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat An-Nahl ayat 78:
وَٱللَّهُ أَخۡرَجَكُم مِّنۢ بُطُونِ أُمَّهَٰتِكُمۡ لَا تَعۡلَمُونَ شَيۡ‍ٔٗا وَجَعَلَ لَكُمُ ٱلسَّمۡعَ وَٱلۡأَبۡصَٰرَ وَٱلۡأَفۡ‍ِٔدَةَ لَعَلَّكُمۡ تَشۡكُرُونَ ٧٨
Artinya : ”Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”.
            Dari ayat tersebut dapat diketahui bahwa  ragam alat fisio-psikis dalam proses belajar yang terungkap dalam beberapa firman Allah SWT adalah sebgaai berikut :
  1. Indera penglihat (mata), yakni alat fisik yang berguna untuk menerima informasi visual.
  2. Indera pendengar (telinga) yakni alat fisik yang berguna untuk menerima informasi verbal.
  3. Akal, yakni potensi kejiwaan manusia berupa sistem psikis yang kompleks untuk menyerap, mengolah, menyimpan dan memproduksi kembali item-item informasi dan pengetahuan, ranah kognitif.
            Selain itu dalam beberapa ayat Al-Qur’an juga terdapat kata-kata kunci seperti ya’qilun, yatafakkarun, yubshirun, yasma’un dan sebagainya terdapat dalam Al-Qur’an merupakan bukti betapa pentingnya penggunaan fungsi ranah cipta dan karsa manusia dalam belajar dan meraih ilmu pengetahuan. Dari kata kunci tersebut Kegiatan belajar   menurut Islam dapat berupa menyampaikan, menelaah, mencari, dan mengkaji, serta meniliti. [9]
            Sedemikian pentingnya arti belajar, terutama dalam menuntut ilmu. Didalam Al-Quran dan Al-Hadist  banyak dijelaskan mengenai hal tersebut. Salah satu surat yang berkaitan tentang belajar adalah dalam surat Al-‘Alaq ayat 1-5 sebagai berikut:
ٱقۡرَأۡ بِٱسۡمِ رَبِّكَ ٱلَّذِي خَلَقَ ١  خَلَقَ ٱلۡإِنسَٰنَ مِنۡ عَلَقٍ ٢  ٱقۡرَأۡ وَرَبُّكَ ٱلۡأَكۡرَمُ ٣  ٱلَّذِي عَلَّمَ بِٱلۡقَلَمِ ٤ عَلَّمَ ٱلۡإِنسَٰنَ مَا لَمۡ يَعۡلَمۡ ٥
Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah.Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya

            Ayat tersebut menunjukkan bahwa manusia tanpa belajar, niscaya tidak akan dapat mengetahui segala sesuatu yang ia butuhkan untuk kelangsungan hidupnya di dunia dan akhirat. Pengetahuan manusia akan berkembang jika diperoleh melalui proses belajar yakni dengan membaca dalam arti luas, yaitu tidak hanya membaca tulisan melainkan membaca segala yang tersirat didalam ciptaan Allah SWT. Demikian, Dr. Moh. Fadil Al-Djamaly, dalam menginterpretasikan Surat Al-‘Alaq diatas.[10]


B.     OBJEK ILMU PENDIDIKAN ISLAM
Pendidikan islam mengidentifikasi sasaran pada tiga pengembangan fungsi manusia yang mana semua itu berjalan dengan misi agama islam yang bertujuan memberikan rahmat bagi sekalian makhluk di alam ini.[11]
1.    Menyadarkan manusia sebagai makhluk individu, yaitu makhluk yang hidup di tengah-tengah makhluk lain, manusia harus memerankan fungsi dan tanggung jawabnya, manusia akan mampu berperan sebagai makhluk Allah yang paling utama diantara makhluk lainnya dan memfungsikan sebagai kholifah di muka bumi ini.
2.    Menyadarkan manusia sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial manusia harus mengadakan interaksi dengan sesamanya dalam kehidupan bermasyarakat. Itulah sebabnya islam mengajarkan persamaan, persaudaraan, gotong royong, dan bermusyawarah dengan upaya membentuk masyarakat menjadi persekutuan hidup yang utuh.
3.    Menyadarkan manusia sebagai hamba Allah SWT. Manusia sebagai makhluk berketuhanan, sikap dan watak religiusitasnya perlu dikembangkan sedemikian rupa sehingga mampu  menjiwai dan mewarnai kehidupannya. Dalam fitrah manusia telah diberikan kemampuan beragama. Dengan kesadaran demikian, manusia sebagai kholifah dimuka bumi dan yang terbaik diantara makhluk lainnya akan mendorong untuk melakukan pengelolaan serta mendayagunakan ciptaan Allah untuk kesejahteraan hidup bersama dengan yang lainnya.
C.    RUANG LINGKUP ILMU PENDIDIKAN ISLAM
Bahwasanya ada beberapa ruang lingkup pendidikan Islam antara lain :[12]
1.    Tujuan Pendidikan Ilmu
Secara umum, pendidikan Islam bertujuan untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengalaman peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. (GBPP PAI, 1994). Tujuan pendidikan Islam harus berorientasi pada hakekat pendidikan yang meliputi beberapa aspeknya, misalnya tentang :  
a.       Memperhatikan sifat-sifat dasar manusia yaitu konsep tentang manusia sebagai makhluk unik yang mempunyai potensi bawaan seperti fitrah, bakat minat, dan karakter yang berkecenderungan pada Al-Hanif (rindu akan kebenaran dari Tuhan) berupa agama Islam sebatas kapasitas dan ukuran yang ada. Allah SWT. Bersabda :
وَقُلِ ٱلۡحَقُّ مِن رَّبِّكُمۡۖ فَمَن شَآءَ فَلۡيُؤۡمِن وَمَن شَآءَ فَلۡيَكۡفُرۡۚ إِنَّآ أَعۡتَدۡنَا
 لِلظَّٰلِمِينَ نَارًا أَحَاطَ بِهِمۡ سُرَادِقُهَاۚ وَإِن يَسۡتَغِيثُواْ يُغَاثُواْ بِمَآءٖ كَٱلۡمُهۡلِ يَشۡوِي
 ٱلۡوُجُوهَۚ بِئۡسَ ٱلشَّرَابُ وَسَآءَتۡ مُرۡتَفَقًا ٢٩
Artinya : “Dan katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir". Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek”. ( QS. Al Kahfi : 29).[13]
b.   Dimensi-dimensi kehidupan ideal Islam. Dimensi-dimensi kehidupan ideal Islam mengandung nilai yang dapat meningkatkan kesejahteraan hidup manusia di dunia untuk mengelola dan memanfaatkan dunia sebagai bekal kehidupan di akherat.


2.    Pendidik
Saat ini pendidik diposisikan sebagai fasilitator/mediator yang bertugas menfasilitasi atau membantu siswa selama proses penbelajaran berlangsung. Pendidik tidak lagi dianggap sebagai satu-satunya sumber informasi, sebab informasi juga bisa diperoleh dari peserta didik. Penciptaan suasana menyenangkan dan adanya kesadaran emosional yang tidak dalam keadaan tertekan akan mengaktifkan potensi otak dan menimbulkan daya berpikir yang intuitif dan holistik.
3.    Peserta Didik
Siswa sebagai objek utama dalam pendidikan memegang peranan yang sangat strategis. Artinya bahwa siswa dapat dijadikan sebagai salah satu indikator terwujudnya sekolah berkualitas. Siswa sebagai salah satu input di sekolah, sangat mempengaruhi pembentukan sekolah yang berkualitas. Hal ini tentunya dipengaruhi oleh banyak faktor, misalnya latar belakang peserta didik, kemampuan peserta didik, prinsip hidup, dan sebagainya.
4.    Model Pendidikan Islam
Model-model pembelajaran :
1.    Model pemprosesan informasi guru menjelaskan bagaimana siswa selaku individu memberi respon yang datang dari lingkungannya.
2.    Model pribadi diorientasikan kepada perkembangan diri siswa selaku individu.
3.    Model interaksi sosial menekankan hubungan siswa dengan lingkungannya di sekolah, terutama di dalam kelas.
4.    Model perilaku siswa diarahkan kepada suatu pola belajar yang lebih terfokus pada hal-hal yang spesifik.
5.    Materi Pendidikan Islam
Materi pendidikan Islam yang harus dipahami oleh peserta didik adalah Al-Qur’an. Baik ketrampilan membaca, menghafal, menganalisa, dan sekaligus mengamalkan ajaran-ajarannya dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dimaksudkan agar ajaran yang terkandung di dalam Al-Qur’an tertanam dalam jiwa anak didik sejak dini.
6.    Alat Pendidikan Islam
Merupakan alat-alat yang dapat digunakan selama melaksanakan pendidikan Islam, agar tujuan pendidikan Islam tersebut lebih berhasil.
7.    Evaluasi
Evaluasi merupakan salah satu komponen sistem pembelajaran pada khususnya, dan sistem pendidikan pada umumnya. Artinya evaluasi merupakan suatu kegiatan yang tidak mungkin dielakkan dalam setiap proses pembelajaran. Dengan kata lain, kegiatan evaluasi, baik evaluasi hasil belajar maupun evaluasi pembelajaran, merupakan bagian integral yang tidak terpisahkan dari kegiatan pendidikan.
D.    METODE DALAM PENDIDIKAN ISLAM[14]
Metode dalam pendidikan islam (Umum dan Agama Islam) mempunyai peranan penting dalam mewujudkan tujuan-tujuan yang diciptakan bersama. Karena itu metode menjadi sebuah sarana yang bermakna dalam menyajikan pelajaran, sehingga dapat membantu siswa memahami bahan-bahan pelajaran untuk mereka. Arifin Muzayin mengingatkan, bahwa tanpa metode suatu materi pelajaran tidak akan dapat memproses secara efisien dan efektik dalam pendidikan.
Ada tiga pendekatan dalam kajian pendidikan yaitu pendekatan historis, filosofis, dan sosiologis. Pendekatan historis adalah pendekatan keilmuan dengan sejarah. Pendidikan ini di komparasikan dengan fakta yang terjadi dan berkembang dalam waktu dan tempat-tempat tertentu un tuk mengetahui persamaan dan perbedaan dalam suatu permasalahan pendekatan filosofis adalah pendekatan yang berhubungan dengan kehidupan sosial. ketiga pendekatan ini sangat berguna untuk mempelajari data yang relevan dengan permasalahan pendidikan.
Ada beberapa metode dalam melaksanakan pendidikan islam, setidaknya ada 15 metode, yaitu : ceramah, tanya, kunjungan ilmiah, korespondensi, hafalan, memberi pemahaman, memberikan jawab, mengambil pelajaran, mengkongkritkan masalah, penugasan, peragaan, diskusi, mmemberi perumpamaan pengalaman, mempermudah, dan mengembirakan. Arifin Muzain, membagi metode-metode pendidikan Islam menjadi 16 macam, yaitu : berfikir, induktif deduktif, praktik, jihad, situasional, kelompok, intruksional, cerita, bimbingan, dan penyuluhan, pemberian contoh dan teladan, diskusi, soal-jawab, imstal, khitbah, targhib dan tarhieb, dan acquistion selaf education, serta taubat dan ampunan.
Dari dua teori diatas tampaknya metode-metode pendidikan islam cukup banyak, namun dalam keragaman metode tersebut antara yang satu dengan yang lainnya memiliki kesamaan. Jika dikombinasikan berdasarkan dua teori diatas, maka metode-metode pendidikan Islam dan dibagi kedalam 11 macam, sesuai dengan metode-metode tersebut adalah :
1.      Metode ceramah adalah cara penyampaian materi pendidikan melalui komunikasi satu arah yaitu dari pendidik kepada peserta didik (one way traffic comunication). Metode ini agak identik dengan tausiyah (memberi nasihat), dan khutbah.
2.      Metode soal jawab adalah dengan cara, satu pihak memberikan pertanyaan sementara piahak lainnya memberikan jawaban. Dalam pengajaran, guru dan atau peserta didik dapat memberikan pertanyaan ataupun jawaban.
3.      Metode I’tibar adalah pendidikan yang dilakukan dengan cara mengambil pelajaran, hikmah, dan pengartian dari sebuah peristiwa dan atau kisah yang terjadi. Biasanya metode ini terkait dengan penyampaian metode Cerita atau Ceramah.
4.      Metode Resitasi adalah metode pendidikan dengan pemberian tugas. Biasanya metode ini terdiri dari tugas individu dan kerja kelompok. Metode ini dimaksudkan agar proses mengetahui dan memahami ilmu pengetahuan lebih efektif.
5.      Metode diskusi adalah pendidikan yang dilakukan dengan cara bertukar pikiran, pendapat dengan menetapkan pengertian dan sikap terhadap suatu masalah. Dengan metode ini peserta didik akan mencapai titik kebenaran.
6.      Metode tamsiliyah adalah cara memberikan perumpamaan kepada yang lebih faktual. Pendidikan dengan metode ini dapat memberikan pelajaran-pelajaran berharga dari perumpamaan-perumpamaan kepada peserta didik.
7.      Metode mukatabah adalah pendidikan dengan cara korespondensi atau membuat surat-menyurat dalam berbagai tema (bahan pelajaran). Dengan metode ini hasil pengajaran yang disampaikan oleh pendidik akan lebih berkesan dan terkumpul dalam tulisan.
8.      Metode tafhim adalah pendidikan dengan cara memahami apa-apa yang telah diperoleh dari belajar sendiri atau dengan  guru pendidik. Dengan metode ini peserta didik dituntut untuk lebih aktif mendapatkan makna secara mendalam terhadap bahan yang diterimanya.
9.      Metode cerita adalah pendidikan dengan membacakan sebuah cerita yang mengandung pelajaran baik. Dengan metode ini peserta didik dapat menyimak kisah-kisah yang diceritakan oleh guru, kemudian mengambil pelajaran dari cerita tersebut.
10.  Metode pemberitahuan contoh dan tauladan adalah pendidikan yang dilakukan dengan cara memberikan contoh-contoh yang baik (uswahtun al-hasanah) berupa prilaku nyata, khususnya ibadah dan akhlak. Contoh tauladan ini merupakan pendidikan yang mengandung nilai paradadogis tinggi bagi peserta didik.
11.  Metode aquistion atau self education adalah metode pendidikan diri sendiri. Pendidikan dengan metode Self Education dilakukan dengan memberikan dorongan agar peserta didik dapat belajar dan membina diri mereka sendiri, setelah itu barulah dapat membina orang lainnya.
Berdasarkan dari penjelasan diatas jelaslah bahwa pentingnya metode dalam pendidikan. Karena dalam melakukan kegiatan belajar mengajar seorang guru menjalankan metode pembelajaran yang beraneka ragam akan membuat sarana kelas menjadi baik dan kelangsungan pembelajaran menjadi nyaman. Khususnya dalam pendidikan Islam.
E.     PENDEKATAN DALAM PENDIDIKAN ISLAM[15]
Pendekatan berarti proses, perbuatan, dan cara mendekati. Dari pengertian ini pendekatan pendidikan' dapat diartikan sebagai suatu proses, perbuatan, dan cara mendekati dan mempermudah pelaksanaan pendidikan. Jika dalam kegiatan pendidikan, metode berfungsi sebagai cara mendidik, maka pendekatatan berfungsi sebagai alat bantu agar penggunaan metode tersebut mengalami kemudahan dan keberhasilan. Selain metode-metode memiliki peranan penting dalam kegiatan pendidikan Islam, pendekatan-pendekatan juga menempati posisi yang berarti pula untuk memantapkan penggunaan metode-metode tersebut dalam proses pendidikan, terutama proses belajar mengajar.
Pendekatan pendidikan Islam yang seharusnya dipahami dan dikembangkan oleh para pendidik adalah meliputi:
1.      Pendekatan Psikologis. Yang tekanannya diutamakan pada dorongan-dorongan yang bersifat persuasif dan motivatif, yaitu suatu dorongan yang mampu menggerakan daya kognitif (mencipta hal-hal baru), konatif (daya untuk berkemauan keras), dan afektif (kemampuan yang menggerakkan daya emosional). Ketiga daya psikis tersebut dikembangkan dalam ruang lingkup penghayatan dan pengamalan ajaran agama di mana faktor-faktor pembentukan kepribadian yang berproses melalui individualisasi dan sosialisasi bagi hidup dan kehidupannya menjadi titik sentral perkembangannya.
2.      Pendekatan sosial-kultural: yang ditekankan pada usaha pengembangan sikap pribadi dan sosial sesuai dengan tuntutan masyarakat, yang berorientasi kepada kebutuhan hidup yang semakin maju dalam berbudaya dan berperadaban. Hal ini banyak menyentuh permasalahan-permasalahan inovasi ke arah sikap hidup yang alloplastis (bersifat membentuk lingkungan sesuai dengan ide kebudayaan modern yang dimilikinya), bukannya bersifat auto plastis (hanya sekedar menyesuaikan diri dengan lingkungan yang ada)
3.      Pendekatan Religik. Yakni suatu pendekatan yang membawa keyakinan (aqidah) dan keimanan dalam pribadi anak didik yang cenderung ke arah komprehensif intensif dan ekstensif (mendalam dan meluas). Pandangan yang demikian, terpancar dari sikap bahwa segala, ilmu pengetahuan itu pada hakikatnya adalah mengandung nilai-nilai ke-Tuhanan. Sikap yang demikian harus di internalisasikan (dibentuk dalam pribadi) dan di eksternalisasikan (dibentuk dalam kehidupan di luar diri pribadinya.
4.      Pendekatan historis, yang ditekankan pada usaha pengembangan pengetahuan, sikap dan nilai keagamaan melalui proses kesejarahan. Dalam hubungan ini penyajian serta faktor waktu secara kronologis menjadi titik tolak yang dipertimbangkan dan demikian pula faktor keteladanan merupakan proses identifikasi dalam rangka mendorong penghayatan dan pengamalan agama.
5.     Pendekatan komparatif. Yaitu pendekatan yang dilakukan dengan membandingkan suatu gejala sosial keagamaan dengan hukum agama yang ditetapkan selaras dengan siatuasi dan zamannya. Pendekatan komparatif ini sering diwujudkan dalam bentuk komparatif  studi, baik di bidang hukum agama maupun j uga antara hukum agama itu sendiri dengan hukum lain yang berjalan, seperti hukum adat, hukum pidana/perdata, dan lain-lain.
6.      Pendekatan filosofis. Yaitu pendekatan yang berdasarkan tinjauan atau pandangan falsafah. Pendekatan demikian cenderung kepada usaha mencapai kebenaran dengan memakai akal atau rasio. Pendekatan filosofis sering dipergunakan sekaligus dengan pola berpikir yang rasional dan membandingkan dengan pendapat-pendapat para ahli filsafat dari berbagai kurun zaman tertentu beserta aliran filsafatnya.
Pendekatan dalam pendidikan Islam merupakan suatu cara untuk mempermudah dalam kelangsungan belajar mengajar. Sehingga tercapai tujuan pendidikan yang diharapkan dan lebih bisa menunjukkan keberhasilan pendidikan anak didik yang berdasarkan Skill yang dimilikinya.
F.     TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM
Islam menghendaki agar manusia dididik supaya ia mampu merealisasikan tujuan hidupnya sebagaimana yang telah digariskan oleh Allah. Tujuan hidup menusia itu menurut Allah ialah beribadah kepada Allah. Seperti dalam surat adz Dzariyat ayat 56 :
Dan Aku menciptakan Jin dan Manusia kecuali supaya mereka beribadah kepadaKu”.
a.    Dr. Ali Ashraf; ‘tujuan akhir pendidikan Islam adalah manusia yang menyerahkan diri secara mutlak kepada Allah pada tingkat individu, masyarakat dan kemanusiaan pada umunya”.
b.    Muhammad Athiyah al-Abrasy. “the fist and highest goal of Islamic is moral refinment and spiritual, training” (tujuan pertama dan tertinggi dari pendidikan Islam adalah kehalusan budi pekerti dan pendidikan jiwa)”
c.    Syahminan Zaini; “Tujuan Pendidikan Islam adalah membentuk manusia yang berjasmani kuat dan sehat dan trampil, berotak cerdas dan berilmua banyak, berhati tunduk kepada Allah serta mempunyai semangat kerja yang hebat, disiplin yang tinggi dan berpendirian teguh”.
d.   Menurut Abdul Fatah Jalal, tujuan umum pendidikan Islam ialah terwujudnya manusia sebagai hamba Allah. Jadi menurut Islam, pendidikan haruslah menjadikan seluruh manusia yang menghambakan kepada Allah. Yang dimaksud menghambakan diri ialah beribadah kepada Allah.
Tujuan pendidikan Islam adalah untuk mencapai keseimbangan pertumbuhan kepribadian manusia. Secara menyeluruh dan seimbang yang dilakukan melalui latihan jiwa, akal pikiran, diri manusia yang rasional, perasaan dan indra, karena itu, pendidikan hendaknya mencakup pengembangan seluruh aspek fitrah peserta didik, aspek spiritual, intelektual, imajinasi, fisik, ilmiah dan bahasa, baik secara individual maupun kolektif, dan mendorong semua aspek tersebut berkembang ke arah kebaikan dan kesempurnaan. Tujuan terakhir pendidikan muslim terletak pada perwujudan ketundukan yang sempurna kepada Allah SWT, baik secara pribadi kontinuitas, maupun seluruh umat manusia.
Dalam  hal ini peserta didik agar mereka mampu menjadi manusia atau mengembalikan manusia kepada fitrahnya yaitu kepada Rubbubiyah Allah sehingga mewujudkan manusia yang :
1.      Berjiwa Tauhid
Tujuan pendidikan Islam yang pertama ini harus ditanamkan pada peserta didik,sesuai dengan firman Allah yang artinya:
"Dan ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya diwaktu ia memberikan pelajaran kepadanya,Hai Anakku janganlah kamu mempersekutukan ALLAH,sesungguhnya mempersekutukan Allah itu adalah benar-benar kezhaliman yang besar. (QS.Luqman :13)
Manusia yang mengenyam pedidikan seperti ini sangat yakin bahwa ilmu yang ia miliki adalah bersumber dari Allah, dengan demikian ia tetap rendah hati dan semakin yakin akan bebesaran Allah.
2.      Takwa Kepada Allah SWT
Mewujudkan manusia yang bertaqwa kepada Allah merupakan tujuan pendidikan Islam, sebab walaupun ia genius dan gelar akademiknya sangat banyak, tapi kalau tidak bertaqwa kepada Allah maka ia dianggap belum/tidak berhasil. Hanya dengan ketaqwaan kepada Allah saja akan terpenuhi keseimbangan dan kesempurnaan dalam hidup ini. Allah berfirman yang artinya :
"Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah adalah orang paling Taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi  Maha Mengenal" (QS.Al-Hujurat : 13)
3.      Rajin Beribadah dan Beramal Saleh
Tujuan pendidikan islam juga adalah agar pesdik lebih rajin dalam beribadah dan beramal saleh, apapun aktivitas dalam hidup ini haruslah didasarkan untuk beribadah kepada Allah, karena itulah tujuan Allah menciptakan manusia di muka bumi ini. Firman Allah yang artinya :
"Dan aku tidak menciptakan Jin dan manusia melainkan supaya beribadah kepadaKU” (QS.Adz-Dzariyaat : 56)
Termasuk dalam pengertian beribadah tersebut adalah beramal shalih(berbuat baik)kepada sesama manusia dan semua mahkluk yang ada dialam ini,karena dengan demikian akan terwujud keharmonisan dan kesempurnaan hidup.
4.      Ulil Albab
Tujuan pendidikan Islam berikutnya adalah mewujudkan Ulil albab yaitu orang-orang yang dapat memikirkan dan meneliti keagungan Allah melalui ayat-ayat qauliyah yang terdapat di dalam kitab suci Al-Qur'an dan Ayat-ayat kauniyah (tanda-tanda kekuasaan Allah) yang terdapat di alam semesta, mereka ilmuan dan intelektual, tetapi mereka juga rajin berzikir dan beribadah kepada Allah SWT. Firman Allah yang artinya:
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka”. (QS.Ali Imran :190-191)
5.      Berakhlakul Karimah
Pendidikan dalam Islam tidak hanya bertujuan untuk mencetak manusia yang memiliki kecerdasan saja, tapi juga berusaha mencetak manusia yang berahklak mulia. Ia tidak akan menepuk dada atau bersifat arogan (congkak) dengan ilmu yang dimilikinya, sebab ia sangat menyadari bahwa ia tidak pantas bagi dirinya untuk sombong bila dibandingkan ilmu yang dimiliki Allah, malah ilmu yang ia miliki pun serta yang membuat ia sampai pandai adalah berasal dari Allah. Apabila Allah berkehendak Dia bisa mengambil ilmu dan kecerdasan yang dimiliki mahkluknya (termasuk Manusia) dalam waktu seketika. Allah mengajarkan manusia untuk bersifat rendah hati dan berakhlak mulia. Allah berfirman yang artinya :
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri”. (QS.Luqman :18)
G.     KEGUNAAN ILMU PENDIDIKAN ISLAM
Kegunaan dapat diartikan dengan manfaat atau sumbangan positif yang diberikan kepada manusia dan lingkungan pendidikannya. Kalau berpatokan pada pandangan pragmatisme, setiap kebenaran hanya ada apabila memberikan kegunaan dan manfaat. Dengan demkian, apabila pendidikan Islam tidak memberikan kegunaan dan manfaat, lebih baik ditinggalkan atau jangan dipraktikan. Untuk mengetahui bahwa ilmu pendidikan Islam itu patut dan layak dikembangkan, harus diketahui kegunaannya.
Dilihat dari tujuan ilmu pendidikan Islam, yakin menciptakan manusia yang beriman dan bertakwa, kegunaan pendidikan Islam adalah sebagai berikut.[16]
  1. Menambah wawasan keilmuan yang berkaitan dengan eksistensi Allah dan seluruh ciptaan-Nya kepada anak didik.
  2. Menguatkan iman dan memperkaya pandangan anak didik tentang ajaran-ajaran Islam yang menjadi sumber kehidupan manusia dan sumber ilmu pengetahuan.
  3. Menjadi jihad dijalan Allah karena mengembangkan ilmu pendidikan Islam merupakan ibadah.
  4. Memperluas penafsiran dan memperdalam pemaknaan ayat-ayat Al-Quran dan as-Sunah tentang berbagai hal yang menyangkut hal yang universal
  5. Meyakinkan anak didik bahwa al-Quran tidak melewatkan satu masalah yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan
  6. Menunjukan kepada dunia barat bahwa ajaran islam merupakan sumber ajaran beragama dan ide-ide dasar dari seluruh pengetahuan yang perkembangannya tidak mengenal waktu.
  7. Secara praktis, ilmu pendidikan islam berguna untuk memberikan keterampilan hidup yang islami.
  8. Mencerdaskan anak didik.
  9. Membentuk anak didik.
  10. Membentuk akhlak yang mulia.
  11. Membentuk manusia yang memiliki kepedulian sosial, meneakan amar ma’ruf nahyi munkar.
  12. Mengembangkan lembaga pendidikan Islam agar bersaing dengan lembaga pendidikan umum atau sekuler.
  13. Mengkaji al-Quran dan as-Sunnah dan merumuskan teori-teori yang berkaitan dengan ilmu pendidikan islam.
  14. Mengembangkan teori dan menguji teori dengan paradigma pendidikan Ilsam.
  15. Mengkaji berbagai teori pendidikn barat dengan pendekatan ilmu pendidikan Islam.
  16. Menciptakan lembaga pendidikan islam yang bonafide.
  17. Membangun citra lembaga pendidikan Islam yang karismatik dan digandringi oleh umat Islam.
  18. Menyiapkan kader ulama yang mempuni dalam pendidikan Islam.
  19. Membuktikan berbagai ide dasar ilmu pengetahuan yang terapat dalam al-Quran dan as-Sunnah kedalam realitas kehidupan dunia.  
         Semua kegunaan ilmu pendidikan islam di atas merupakan cambuk bagi umat Islam, terutama bagi para pendidik dan para pengurus lembaga prndidikan islam agar terus meningkatkan kualitas materi pendidikan Islam, sumber daya manusia, sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk kemajuan pendidikan Islam.
        Manfaat dan kegunaan pendidikan Islam merupan kenikmatan atau sesuatu yag akan mengantarkan pada kenikmatan. Dengan bahasa lain merupakan tahshil al-ibqa. Maksudnya adalah penghimpunan kenikmatan secara langsung dan penjagaan terhadap kenikmatan tersebut dengan cara menjaganya dari kemudaratan dan sebab-sebabnya. Kemaslahatan dn kegunaan pendidikan Islam merupakan dampak yang positif yang diterima oleh pihak pelaku dan pihak lain yang memilki karakter yang sama, sebagaimana pelakunya seorang diri, tetapi manfaatnya atau dampaknya dapat menyeluruh.
H.    URGENSI MATA KULIAH ILMU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BAGI MAHASISWA FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
    Sebenarnya agama Islam mengajarkan bahwa setiap umat islam wajib mendakwahkan dan mendidikkan ajaran agama islam kepada yang lain. Sebagaimana di pahami dari firman allah berikut ini :
ٱدۡعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِٱلۡحِكۡمَةِ وَٱلۡمَوۡعِظَةِ ٱلۡحَسَنَةِۖ وَجَٰدِلۡهُم بِٱلَّتِي هِيَ أَحۡسَنُۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعۡلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِۦ وَهُوَ أَعۡلَمُ بِٱلۡمُهۡتَدِينَ ١٢٥
Artinya :
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”  ( QS. An-Nahl :125)[17]
قَالَ كَلَّاۖ فَٱذۡهَبَا بِ‍َٔايَٰتِنَآۖ إِنَّا مَعَكُم مُّسۡتَمِعُونَ ١٥
Artinya :
Allah berfirman: "Jangan takut (mereka tidak akan dapat membunuhmu), maka pergilah kamu berdua dengan membawa ayat-ayat Kami (mukjizat-mukjizat); sesungguhnya Kami bersamamu mendengarkan (apa-apa yang mereka katakan)” (QS. Asy-syuura :15)[18]
وَلۡتَكُن مِّنكُمۡ أُمَّةٞ يَدۡعُونَ إِلَى ٱلۡخَيۡرِ وَيَأۡمُرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَيَنۡهَوۡنَ عَنِٱ
لۡمُنكَرِۚ وَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ ١٠٤
Artinya : “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma´ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung” (QS. Ali Imron :104).[19]
وَٱلۡعَصۡرِ ١  إِنَّ ٱلۡإِنسَٰنَ لَفِي خُسۡرٍ ٢  إِلَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلۡحَقِّ وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلصَّبۡرِ ٣
Artinya : “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. (QS. Al-Ashr :1-3)[20]
Di dalam hadis Nabi SAW juga disebutkan “sampaikanlah ajaran dariku walaupun sekedar satu ayat”(H.R.Bukhori),dan lain-lain.
Berdasarkan ayat-ayat dan hadis di atas tersebut dapat dipahami bahwa siapapun dapat menjadi pendidik agama islam, asalkan dia memiliki pengetahuan (kemampuan) lebih, mampu mengimplisitkan nilai relevan atau  (dalam pengetahuannya itu), yakni sebagai penganut yang patut di contoh dalam agama serta nilainya kepada orang lain.
Namun demikian, pendidikan agama ternyata tidak hanya menyangkut masalah transformasi ajaran dan nilainya kepada pihak lain, tetapi sampai pada transinternsalisasi nilai ajaran islam. Karena itu, lebih merupakan masalah yang kompleks, dalam pengertian setiap kegiatan pembelajaran pendidikan agama akan berhadapan dengan permasalahan yang kompleks, misalnya masalah keyakinan, keilmuan, penghayatan dan pengamalan ajaran agama dari guru itu sendiri untuk dan ditransformasikan  dan disinternalisasikan kepada peserta didik dengan berbagai karakteristiknya, dengan berbagai kondisi dan situasi ,berbagai kendala yang perlu diperhitungkan, sarana yang diperlukan untuk mencapai keberhasilan pendidikan agama, cara atau pendekatan apa yang digunakan dalam pembelajarannya, bagaimana mengorganisasikan dan mengelola isi pembelajaran agama itu,hasil yang diharapkan dari kegiatan pendidikan agama itu, dan seberapa jauh tingkat efektivitas, efisiensinya, serta usaha-usaha apa yang dilakukan untuk menimbulkan daya tarik bagi peserta didik, demikian seterusnya.[21]
Karena itulah, setiap calon guru termasuk guru agama, perlu dipersiapkan dengan berbagai kemampuan tersebut di LPTK, dan untuk calon guru agama disiapkan di Fakultas/ jurusan Tarbiyah, sebagaimana tertuang dalam PP No.38 tahun 1992 bahwa calon tenaga pendidikan agama pada jenjang pendidikan dasar  dan menengah dididik sebagai calon guru mata pelajaran di lembaga pendidikan tenaga keguruan ( pasal 14 ayat 1). Sedangkan yang dimaksud dengan lembaga pendidikan tenaga keguruan dalam ayat tersebut adalah Fakultas Tsrbiyysh.
Sebagaimana diketahui bahwa dalam Undang-Undang Nomor 2/ 1989 Tentang Sistem Pendidikan nasional, pasal 39 ayat (2) dinyatakan bahwa isi kurikulum setiap jenis, jalur, dan jenjang pendidikan antara lain wajib memuat pendidikan agama. Dan tenaga pengajar pendidikan agama harus beragama sesuai dengan agama yang diajarkan dan agama peserta didik yang bersangkutan (baca UUSPN No. 2/1989 pasal 28 ayat 2). Bahkan didalam Tap MPR  Nomor II/MPR?1993 tentang GBHN ditegaskan bahwa agama dijadikan penuntun dan pedoman bagi pengembangan dan penerapan IPTEK. Mengapa demikian ? karena kemajuan IPTEK  akan menjadi boomerang bagi umat manusia tanpa diimbangi dengan nilai- nilai etik dan moral keagamaan.
Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa pendidikan agama mempunyai kedudukan penting dan strategis dalam pembangunan negara dan masyarakat Indonesia. Demikian strategisnya posisi pendidikan agama tersebut, sehingga Fakultas Tarbiyah masih sangat diperlukan eksistensinya untuk menyiapkan calon guru agama yang professional.
Hanya saja masalah menantang kita adalah mampukah Fakultas/Jurusan Tarbiyah menyiapkan lulusan yang siap pakai dan/atau yang mampu menjalankan tugas-tugas kependidikan dengan baik dan optimal.



BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
1.      Inti pokok pendidikan islam adalah usaha pendewasaan manusia seutuhnya (lahir dan batin) dalam arti tuntunan yang menuntut peserta didik untuk memiliki kemerdekaan berfikir, merasa, bertindak, dan berbicara serta percaya pada diri sendiri dengan penuh rasa tanggung jawab dalam setiap tindakan dan perilaku kehidupan sehari hari dengan berlandaskan ukuran-ukuran tertentu yang telah ditentukan dalam agama islam.
2.      Objek Ilmu Pendidikan Islam
a.       Menyadarkan manusia sebagai makhluk individu
b.      Menyadarkan manusia sebagai makhluk sosial
c.       Menyadarkan manusia sebagai hamba Allah SWT
3.      Ruang Lingkup Ilmu Pendidikan Islam
a.       Tujuan Pendidikan Ilmu
b.      Pendidik
c.       Peserta Didik
d.      Model Pendidikan Islam
e.        Materi Pendidikan Islam
f.       Alat Pendidikan Islam
g.      Evaluasi
4.      Metode-metode pendidikan Islam ada 16 macam, yaitu : berfikir, induktif deduktif, praktik, jihad, situasional, kelompok, intruksional, cerita, bimbingan, dan penyuluhan, pemberian contoh dan teladan, diskusi, soal-jawab, imstal, khitbah, targhib dan tarhieb, dan acquistion selaf education, serta taubat dan ampunan
5.      Pendekatan Dalam Pendidikan Islam
a.       Pendekatan Psikologis
b.      Pendekatan sosial-kultural
c.       Pendekatan Religik
d.      Pendekatan historis
e.       Pendekatan komparatif
f.       Pendekatan filosofis
6.      Tujuan Pendidikan Islam yaitu mengembalikan manusia kepada fitrahnya yaitu kepada Rubbubiyah Allah sehingga mewujudkan manusia yang :
a.       Berjiwa Tauhid
b.      Takwa Kepada Allah SWT
c.       Rajin Beribadah dan Beramal Saleh
d.      Ulil Albab
e.       Berakhlakul Karimah
7.      Kegunaan Ilmu Pendidikan Islam :
a.       Menambah wawasan keilmuan yang berkaitan dengan eksistensi Allah dan seluruh ciptaan-Nya kepada anak didik.
b.      Menguatkan iman dan memperkaya pandangan anak didik tentang ajaran-ajaran Islam yang menjadi sumber kehidupan manusia dan sumber ilmu pengetahuan.
c.       Menjadi jihad dijalan Allah karena mengembangkan ilmu pendidikan Islam merupakan ibadah.
8.      Telah diketahui bahwa urgensi pembelajaran ilmu pendidikan islam sangatlah mendasar dan kompleks di setiap segi kehidupan, oleh karena itu mahasiswa fakultas tarbiyah dan ilmu keguruan diwajibkan mengikuti mata kuliah ini dengan dasar untuk bekal dalam penyebaran islam dan sebagai bahan belajar menghadapi masa depan sebagai profil guru dan panutan yang bernafaskan islam.

B.     SARAN
1.      Hendaknya makalah ini dapat dijadikan sebagai salah satu sumber pembelajaran bagi pembaca. Dan makalah ini bisa bermanfaat bagi banyak pihak, utamanya bagi penyusun dan pembaca


DAFTAR PUSTAKA

H. Ramayulis, 2002, Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : kalam mulia,
Ahmad d. marimba, 1974, pengantar filsafat pendidikan islam, bandung , PT.Al-maarif,
Munardji, 2004, ilmu pendidikan islam, Jakarta, PT. Bina ilmu, hal 7
Muhammad fadhil al-jumaly, 1996, tarbiyah al-insan al jaded, Tunisia, ma’tabad al ijtihad,
I.L. Parasibu dan Simanjuntak, 1978, pendidikan nasional, Bandung, Tarsito,
Omar Muhammad At Taurny Al Syaiban, 1979, Filsafat Pendidikan Islam, (Terjemah Hasan Lunggulung), Jakarta, Bulan Bintang,
 Arifin H.M., 2008Ilmu Pendidikan Islam tinjauan Teoritis dan Praktis berdasarkan pendekatan indisipliner,  Jakarta, PT. Bumi Aksara,
Al Muyasar, 2007, Al Quran Dan Terjemahannya, Bandung, Sinar Baru Algesindo,
M. Ridwan, http://oner497.blogspot.com/2013/01/blog-post.html, diakses pada 09/03/2015 pukul 09:09
Beni Ahmad Saebani & Hendra akhdhiyat, 2012, Ilmu Pendidikan Islam Jiid 1. Bandung,  Pustaka Setia,
Muhaimin, 2012, paradigm pendidikan islam, Bandung, Remaja Rosdakarya,



[1]     Muhibbin syah, psikologi belajar,( jakarta: rajagrafindo persada, 2003), h. 62
[2]      Tadjab, Ilmu Jiwa Pendidikan, (Jakarta: Karya Abditama, 1994), h. 47
[3]      Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), h. 126.
[4]      Ibid., h. 127.
[5]      Ahmad Mudzakir, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT.Pustaka Setia, 2001), h. 34.
[6]      Muhibbin syah, psikologi belajar,…h. 64
[7]      Muhibbin syah, psikologi belajar,…h. 65
[8]      Ibid., h.68
[9]      Muhibbin Syah, Psikologi Pendekatan Suatu Pendekatan Baru, h. 99.
[10]      Moch. Ishom Ahmadi, Kaifa Nurobbi Abnaa Ana, (Jombang: Samsara Press MMA BU, 2007), h. 85.
[11]  Arifin H.M., Ilmu Pendidikan Islam tinjauan Teoritis dan Praktis berdasarkan pendekatan indisipliner,  Jakarta, PT. Bumi Aksara, 2008
[13] Al Muyasar, Al Quran Dan Terjemahannya, Bandung, Sinar Baru Algesindo, 2007, Hal. 587
[14] M. Ridwan, http://oner497.blogspot.com/2013/01/blog-post.html, diakses pada 09/03/2015 pukul 09:09
[15] Ibid.,
[16] Beni Ahmad Saebani & Hendra akhdhiyat, Ilmu Pendidikan Islam Jiid 1. Bandung,  Pustaka Setia, 2012
[17]Al Muyasar, Al Quran Dan Terjemahannya, Bandung, Sinar Baru Algesindo, 2007, Hal. 553
[18] Ibid., Hal. 747
[19] Ibid., Hal 121
[20] Ibid., Hal 1360
[21] Muhaimin,paradigm pendidikan islam, Bandung, Remaja Rosdakarya,2012, Hal, 125

No comments:

Post a Comment