Search This Blog

Saturday 7 February 2015

BAIK DAN BURUK
MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Akhlak Tasawuf
Dosen Pengampu: Dr. Arif Faizin, M. Ag
Disusun oleh:
Kelompok  IV
1.  Ismatul Khoiriyah               (1725143132)
2.  Mochamad Awallukman T            (1725143178)
3.  Nindia Luluk’ul J                (1725143211)
Kelas: 1-B
Semester 1
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI)
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
TULUNGAGUNG
SEPTEMBER 2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Alloh SWT, atas segala limpahan rahmat, taufik, hidayah dan inayahNya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Baik dan Buruk” dengan hadirnya makalah ini dapat memberikan informasi bagi para pembaca, khususnya mahasiswa program studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI).
                 Sholawat dan salam tetap tercurahkan dan dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, serta keluarga, sahabat dan pengikutnya.
Penyusun menyadari tanpa bantuan dari semua pihak, penulisan makalah ini mungkin tidak dapat terlaksana. Oleh karena itu, penyusun mengucapkan terima kasih kepada :
1.      Bapak Dr. Maftukhin, M.Ag selaku rektor IAIN Tulungagung yang telah memberi izin kepada penyusun untuk mengumpulkan data sebagai penyusun makalah ini.
2.      Dr. Arif Faizin, M. Ag selaku dosen pengampu yang telah memberikan pengarahan dan koreksi sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai waktu yang telah ditentukan.
3.      Teman-teman semuanya yang telah memberikan motivasinya serta semua pihak yang telah membantu terselesainya penyusun makalah ini.
     Penyusun menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam penyusunan makalah ini, karena keterbatasan kemampuan yang penyusun miliki. Olehkarena itu, penyusun mohon kritik dan sarannya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semuanya.

Tulungagung, September  2014

                                                                                                                  Penyusun

DAFTAR ISI
Cover.......................................................................................................        i
Kata Pengantar........................................................................................        ii
Daftar Isi.................................................................................................        iii
BAB I PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang Masalah...................................................................        1
B.       Rumusan Masalah............................................................................        2
C.       Tujuan Pembahasan Masalah............................................................        2
D.      Batasan Masalah...............................................................................        2
BAB II PEMBAHASAN
A.      Pengertian Baik dan Buruk..............................................................        3
B.       Ukuran Baik dan Buruk...................................................................        4
C.       Aliran-aliran Tentang Baik dan Buruk.............................................        6
BAB III PENUTUP
A.      Kesimpulan.......................................................................................        9
B.       Saran.................................................................................................        9


DAFTAR RUJUKAN............................................................................        10

BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang Masalah
Manusia merupakan makhluk sosial yang saling membutuhkan antara  satu dengan yang lainnya dan tentunya di dalam hidup ini dikelilingi oleh banyak undang-undang yang mengatur hidupnya demi kebahagiaan manusia itu sendiri, dan agar memperoleh kebahagiaan itu ia harus patuh dan tunduk terhadap undang-undang tersebut. Diantara undang-undang tersebut antara lain undang-undang alam (seleksi alam), undang-undang negara dan undang-undang yang berhubugan dengan etika akhlak manusia itu sendiri.
Tidak dapat dipungkiri bahwa etika mampu menyelidiki segala perbuatan manusia kemudian menetapkan hukum baik atau buruk, benar atau salah, hak atau batil. Hukum ini merata diantara manusia, baik yang tinggi kedudukannya maupun yang rendah, baik yang dalam perbuatan yang besar maupun kecil, diucapkan oleh ahli hukum di dalam soal undang-undang atau oleh ahli perusahaan pada perusahaan mereka, bahkan oleh anak-anak dalam permainan mereka; maka apakah artinya “baik dan buruk?” dan dengan ukuran “apakah” kita mengukur perbuatan yang akan kita beri hukum “baik atau buruk?”.[1]
Dari segala yang diselidiki oleh Etika, suatu ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh setengah manusia kepada lainnya, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia di dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang harus diperbuat. [2]



B.       Rumusan Masalah
1.    Bagaimana pengertian baik dan buruk ?
2.    Bagaimana ukuran baik dan buruk ?
3.    Bagaimana pendapat aliran-aliran dalam menentukan baik dan buruk ?

C.    Tujuan Pembahasan Masalah
1.    Menjelaskan pengertian baik dan buruk.
2.    Menjelaskan ukuran baik dan buruk.
3.    Menjelaskan aliran-aliran tentang baik dan buruk.

D.    Batasan Masalah
Makalah ini hanya membahas tentang baik dan buruk.




















BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Baik dan Buruk
Kata “baik” dan “buruk” mengandung pengertian value (nilai). Artinya, kedua kata tersebut berfungsi sebagai keterangan kualitas, karena merupakan kata sifat yang bertugas menjelaskan atau menilai sesuatu. Secara harfiyah, kata “baik” berarti bagus, memuaskan, dan salut. Sebaliknya, kata “buruk” berarti jelek dan tidak memuaskan.[3]
Menurut terminologi etika (filsafat moral), konsep baik menunjukkan sesuatu yang bernilai bagi terwujudnya sebuah tujuan. Sedangkan konsep buruk adalah sesuatu yang tidak berharga, tidak berguna untuk suatu tujuan, sehingga merugikan, karena menyebabkan tidak tercapainya tujuan tersebut.[4]
Sedangkan menurut ahli-ahli filsafat ada dua pemikiran, yaitu golongan pertama berpendapat bahwa tiap-tiap manusia mempunyai kekuatan instinct yang dapat memperbedakan antara hak dan batil, baik dan buruk, berakhlak atau tidak. Kekuatan ini terkadang berbeda sedikit, karena perbedaan masa dan milieu, tetapi tetap berakar pada tiap-tiap manusia.[5] Maka tiap-tiap manusia mempunyai semacam ilham yang dapat mengenal nilai sesuatu akan baik dan buruknya. Ilham ini didapat oleh manusia diwaktu ia melihat kepada sesuatu, oleh karenanya kita dapat merasa bahwa itu baik atau buruk, meskipun kita tidak belajar ilmu pengetahuan atau menerima pendapat orang lain. Kekuatan ini bukan buah dari milieu, zaman atau pendidikan, tetapi instinct, bagian dari tabiat kita yang diberikan oleh Tuhan untuk memperbedakan baik dan buruk, sebagaimana kita diberi mata untuk melihat dan telinga untuk mendengar. Dan hukum berakhlak ini berhubungan rapat dengan kekuatan itu, sehingga dapat menyatakan baik dan buruk atas sesuatu perbuatan. Mereka yang menyatakan pendapat ini ada juga berselisih diantara mereka itu. Ada yang menyatakan bahwa kekuatan itu berasal dari kekuatan akal dan fikiran, setengahnya menyatakan bahwa ia berasal dari kekuatan perasaan.[6]
Sedangkan segolongan lagi berpendapat bahwa pengertian kita tentang baik dan buruk sama seperti pengertian kita tentang sesuatu hal lainnya, ialah tergantung kepada pengalaman. Dan ia tumbuh sebab kemajuan zaman, kecerdasan fikiran dan beberapa pengalaman. Mereka berkata: manusia tidak mempunyai instinct untuk mengetahui baik dan buruk, tetapi pengalamanlah yang dapat memberi ketentuan hukum baik pada sebagian perbuatan dan hukum buruk pada sebagian yang lain. Seseorang berbuat beberapa perbuatan dan melihat buah-buah dan akibatnya: maka ia mengetahui buah-buahan yang baik dari sebagian perbuatan-perbuatan itu, sehingga ia berkeyakinan akan kebaikannya: juga ia mengetahui akibat-akibat yang buruk dari sebagian perbuatan-perbuatan itu, sehingga ia memberi hukum akan keburukannya. Sebenarnya kekuatan akhlak yang dapat mengenal baik dan buruk itu tak lain dan tak bukan kecuali pengalaman.[7]
Jika berbagai definisi di cermati secara serius, maka memberi kesan bahwa pemahaman kata baik dan buruk sangat subyektif, karena diukur dengan, misalnya, perasaan individu, tujuan individu, dan penilaian individu.[8]
Demikian juga, menurut analisis etika, karena yang menjadi parameternya adalah tujuan yang dicita-citakan individu. Padahal, antar-individu di dunia ini (berdasarkan ragam budaya, suku, orientasi, dan juga agama) jelas tidak dapat disamakan dan disatukan.[9]

B.     Ukuran Baik dan Buruk
Dalam membahas ukuran baik dan buruk yang dikenal dalam ilmu akhlak diantaranya :
1.    Nurani
Jiwa manusia memiliki kekuatan yang mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Kekuatan tersebut dapat mendorong berbuat baik dan mencegah berbuat buruk. Jiwanya akan merasa bahagia jika telah berbuat baik dan merasa tersiksa jika telah berbuat buruk. Kekuatan ini disebut nurani. Masing – masing individu memiliki kekuatan yang berbeda satu sama lain. Perbedaan kekuatan ini dapat menyebabkan perbedaan persepsi tentang sesuatu yang dianggap baik dan yang dianggap buruk.
2.    Rasio
Rasio merupakan anugerah Tuhan yang diberikan kepada manusia, yang membedakannya dengan makhluk lain. Dengan rasio yang dimiliki, manusia dapat menimbang mana perkara yang baik dan yang buruk. Dengan akalnya manusia dapat menilai bahwa perbuatan yang berakibat baik layak disebut baik dan dilestarikan, dan begitu sebaliknya. Penilaian rasio manusia akan terus berkembang dan mengalami perubahan sesuai dengan pengalaman – pengalaman yang mereka miliki.
3.    Adat Istiadat
Adat istiadat yang berlaku dalam kelompok ataupun masyarakat tertentu menjadi salah satu ukuran baik dan buruk anggotanya dalam berperilaku. Melakukan sesuatu yang tidak menjadi kebiasaan masyarakat sekitarnya ataupun kelompoknya akan menjadi problem dalam berinteraksi. Masing – masing kelompok atau masyarakat tertentu memiliki batasan – batasan tersendiri tentang hal – hal yang harus diikuti dan yang harus dihindari. Sesuatu yang dianggap baik oleh masyarakat satu belum tentu demikian menurut masyarakat yang lain. Mereka akan mendidik dan mengajarkan anak-anak mereka untuk melakukan kebiasaan–kebiasaan yang mereka anggap baik dan melarang melakukan sesuatu yang tidak menjadi kebiasaan mereka.
4.    Pandangan Individu
Kelompok atau masyarakat tertentu memiliki anggota kelompok atau masyarakat yang secara individual memiliki pandangan atau pemikiran yang berbeda dengan kebanyakan orang di kelompoknya. Masing–masing individu memiliki kemerdekaan untuk memiliki pandangan dan pemikiran tersendiri meski harus berbeda dengan kelompok atau masyarakatnya. Masing–masing individu memiliki hak untuk menentukan mana yang dianggapnya baik untuk dilakukan dan mana yang dianggapnya buruk. Tidak mustahil apa yang semula dianggap buruk oleh masyarakat, akhirnya dianggap baik, karena terdapat seseorang yang berhasil meyakinkan kelompoknya bahwa apa yang dianggapnya buruk adalah baik.
5.    Norma Agama
Seluruh agama di dunia ini mengajarkan kebaikan. Ukuran baik dan buruk menurut norma agama lebih bersifat tetap, bila dibandingkan dengan ukuran baik dan buruk dimata nurani, rasio, adat istiadat, dan pandangan individu. Keempat ukuran tersebut bersifat relatif dan dapat berubah sesuai dengan ruang dan waktu. Ukuran baik dan buruk yang berlandaskan norma agama kebenarannya lebih dapat dipercaya dan dapat dipertanggungjawabkan, karena norma agama merupakan ajaran Tuhan Yang Maha Suci. Disamping itu, ajaran Tuhan lebih bersifat universal, lebih terhindar dari subyektifitas individu maupun kelompok. [10]

C.    Aliran-Aliran Tentang Baik dan Buruk
Menurut  Poedjawijatna yang dikutip oleh Hamzah Tueleka menyebutkan, bahwa menurut etika (filsafat moral), ada 6 parameter untuk dapat ditentukan baik buruknya perbuatan, yaitu :
1.    Aliran Hedonisme
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan, bahwa kata hedonisme berasal dari bahasa Yunani yang derivasinya adalah “hedon” (pleasure, kenikmatan/kelezatan) dan “isme” yang berarti pandangan atau aliran berpikir. Hedonisme berarti cara berpikir yang menjadikan kesenangan dan kelezatan sebagai pusat tindakan dan sebagai motifnya.[11] Perbuatan yang baik ialah perbuatan yang menghasilkan kenikmatan atau kelazatan. Semua manusia ingin mencapai kelezatan karena fitrah manusia sendiri dan segala jalan menuju kelezatan adalah utama, kelezatan yang sifatnya tidak mengakibatkan penderitaan.[12]
2.    Aliran Idealisme
Idealisme mrupakan sebuah pandangan fisafat yang menganggap hal yang abstrak di dalam pikiran yang berupa cita-cita atau keinginan (ide) adalah sesuatu yang real, nyata. Jadi yang baikdalam pandangan ini adalah apa yang ada dalam ide itu sendiri.[13]
Perbuatan yang baik adalah yang berdasarkan atas kemauan sendiri, atas rasa wajib, bukan oleh karena anjuran orang atau menginginkan pujian orang.[14]
3.    Aliran Naturalisme
Menurut aliran ini, tolak ukur baik dan buruk adalah kenyataan alamiah. Sesuatu yang natural adalah yang tepat dan baik, dan sesuatu yang tidak natural adalah tidak tepat dan buruk.[15]
4.    Aliran Theologis
Perbuatan yang baik adalah perbuatan yang sesuai dengan instruksi Tuhan dan perbuatan yang tidak baik adalah yang berlawanan dengan perintah Tuhan. Masing-masing agama mempunyai kategori baik dan buruk sendiri-sendiri dan dapat pula aliran-aliran sesuatu agama berlainan dalam ukuran baik dan buruk, perbedaan itu disebabkan berlainan pendapat dalam menginterpretasi dalil-dalil agama.
5.    Aliran Vitalisme
Yang baik adalah orang yang kuat yang dapat memaksakan dan menekankan kehendaknya agar berlaku dan ditaati oleh orang-orang yang lemah. [16]
6.    Aliran Utilitarisme
Secara harfiah, utilis adalah berguna. Kegunaan dalam arti bermanfaat yang tidak hanya berhubungan dengan materi, melainkan juga dengan yang bersifat rohani. Dan kegunaan itu dapat juga diterima jika yang digunakan itu hal-hal yang tidak menimbulkan kerugian bagi orang lain. Pandangan aliran ini menjadikan nilai guna sesuatu sebagai tolak ukur tentang baik dan buruk.[17]




























BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
1.    Sesuatu yang disebut baik atau buruk itu relatif, karena bergantung pada pandangan dan penilaian masing-masing yang merumuskannya dan pengertian ini bersifat subjektif, karena bergantung pada individu yang menilainya.
2.    Ukuran baik dan buruk yang dikenal dalam ilmu akhlak antara lain, nurani, rasio, adat istiadat, pandangan individu, dan norma agama.
3.    Menurut Poedjawijatna yang dikutip oleh Hamzah Tueleka menyebutkan, bahwa menurut etika (filsafat moral), ada 6 parameter untuk dapat ditentukan baik buruknya perbuatan, diantaranya aliran Hedonisme, Idealisme, Naturalisme, Theologis, Vitalisme, dan Utilitarisme.

B.     Saran
1.    Diharapkan mampu membedakan baik dan buruk sesuai kepercayaan yang diyakini sebagaimana semestinya.
2.    Sebaiknya tidak menjadikan makalah ini sebagai satu-satunya referensi mengenai kebijakan dan pengembangan profesi guru.







DAFTAR RUJUKAN
Amin, Ahmad. 1975. Etika (Ilmu Akhlak). Jakarta: Bulan Bintang.
Umary, Barmawi. 1996. Materia Ahklaq, Yogyakarta: CV Ramadhani.
Tueleka, Hamzah, dkk. 2011. Akhlak Tasawuf. Surabaya: IAIN SA Press.


[1] Ahmad Amin, Etika (Ilmu Akhlak). Jakarta: Bulan Bintang, 1975, hal. 2.
[2] Ibid, hal. 3.
[3] Hamzah Tueleka, dkk, Akhlak Tasawuf. Surabaya: IAIN SA Press, 2011, hal. 71.
[4] Ibid, hal. 73.
[5] Ahmad Amin, Etika (Ilmu Akhlak)..., hal. 84.
[6] Ibid, hal. 85.
[7] Ibid, hal. 86.
[8] Hamzah Tueleka, dkk, Akhlak Tasawuf..., hal 74.
[9] Ibid, hal. 75.
[11] Hamzah Tueleka, dkk, Akhlak Tasawuf..., hal 76.
[12] Barmawi Umary, Materia Ahklaq, Yogyakarta: CV Ramadhani, 1996, hal. 41.
[13] Hamzah Tueleka, dkk, Akhlak Tasawuf..., hal 83.
[14] Barmawi Umary,, Materia Ahklaq..., hal. 42.
[15] Hamzah Tueleka, dkk, Akhlak Tasawuf..., hal 81.
[16] Barmawi Umary, Materia Ahklaq..., hal. 42.
[17] Hamzah Tueleka, dkk, Akhlak Tasawuf..., hal 85.

No comments:

Post a Comment

MAKALAH KONSEP PENGEMBANGAN KURIKULUM / DOWNLOAD MAKALAH

KONSEP PENGEMBANGAN KURIKULUM MAKALAH DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH PENGEMBANGAN KURIKULUM MI DISUSUN OLEH: ...