Tuesday, 8 January 2019

MANAJEMEN BUDAYA SEKOLAH / MAKALAH MANAJEMEN PENDIDIKAN / MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


MANAJEMEN BUDAYA SEKOLAH

MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi TugasMata Kuliah :
Manajemen Pendidikan


KELAS PGMI 2-B
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI)
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) TULUNGAGUNG
2015

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Segala puji dan syukur kami haturkan kepada Allah SWT, atas rahmat, taufik, serta  hidayah-Nya. Sholawat serta salam tidak lupa kepada junjungkan kita Rasulullah Muhammad SAW, sehingga penyusunan makalah yang berjudul “Manajemen Budaya Sekolah” dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Kiranya dalam penulisan ini, kami menghadapi cukup banyak rintangan dan selesainya makalah ini tak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu tak lupa kami ucapkan terima kasih pada pihak-pihak yang telah membantu yaitu :
1.    Bapak Dr. Maftukhin, M.Ag. , selaku rektor IAIN Tulungagung
2.    Bapak Dr. H. Muwahid Shulhan, M.Ag. , selaku dosen pembimbing
3.    Dan semua pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan yang tidak dapat disebutkan satu-satu, kami ucapkan terima kasih.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada makalah ini. Oleh karena itu,kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar makalah ini menjadi lebih baik lagi.Kami berharap makalah ini dapat memberi bermanfaat bagi kita semua.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.



            Tulungagung, 29 Maret 2015


                                                                     Penyusun                      






DAFTAR ISI
Halaman Sampul............................................................................................................. i
Kata Pengantar............................................................................................................... ii
Daftar Isi......................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang.............................................................................................. 1
B.     Rumusan Masalah......................................................................................... 1
C.     Tujuan Penulisan........................................................................................... 2
D.    Batasan Masalah........................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A.    Pengertian Budaya Sekolah.......................................................................... 3
B.     Prinsip Manajemen Budaya Sekolah............................................................ 4
C.     Asas-asas Pengembangan Budaya Sekolah.................................................. 6
D.    Karakteristik Budaya Sekolah...................................................................... 8
E.     Manfaat Pengembangan Budaya Sekolah.................................................... 10
BAB III PENUTUPAN
A.  Kesimpulan..................................................................................................... 11
B.     Saran............................................................................................................. 12
DAFTAR RUJUKAN

BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yakni mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya, sesuai amanat UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. telah melahirkan berbagai kebijakan ditingkat satuan pendidikan tentang upaya meningkatkan kualitas pendidikan. Apalagi didukung dengan adanya instrument-instrument pengembangan kualitas yang dapat memberikan gambaran kepada pengelola sekolah bagaimana merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan serta mengevaluasi perkembangan sekolahnya dari berbagai bidang. Namun berbagai perubahan kebijakan ini sebagaian besar belum dapat mengembangkan budaya sekolah dalam rangka menanamkan nilai-nilai kepada peserta didiknya. apalagi ditengah keberlangsungan hidup bangsa yang berada ditengah-tengah perkembangan zaman dengan teknologi kian canggih menyebabkan berbagai perubahan dan pergeseran nilai seperti yang terjadi akhir-akhir ini.
Dengan melihat konteks diatas organisasi sekolah tidak saja diharapkan bisa mengelola potensi para peserta didik secara maksimal sehingga menghasilkan lulusan-lulusan yang berkualitas. Tetapi juga terkait nilai-nilai yang dikembangkan disekolahnya. Dengan demikian perlunya perubahan cara pandang kepala sekolah, guru, administrator, murid, orangtua, dan masyarakat sebagai langkah untuk merubah sistem, baik tindakan maupun proses pencapaian tujuan sekolah. Dengan adanyaperubahan ini maka implikasinya sekolah akan merancang apa yang mesti dilakukan dan beusaha memahami tindakan-tindakan yang dirancangnya sebagai sesuatu yang disepakati bersama. Dengan kata lain tindakan ini mendorong untuk terciptanya budaya sekolah
B.  Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas kami simpulkan beberapa rumusan masalah yaitu :
1.      Bagaimana Pengertian Budaya Sekolah ?
2.      Apa yang dimaksud Prinsip Manajemen Budaya Sekolah ?
3.      Bagaimana Asas-asas Pengembangan Budaya Sekolah ?
4.      Bagaimana Karakteristik Budaya Sekolah ?
5.      Bagaimana manfaat pengembangan budaya sekolah ?
C.  Tujuan Penulisan
Makalah ini di buat dengan tujuan untuk memahami :
1.    Pengertian Budaya Sekolah
2.    Prinsip Manajemen Budaya Sekolah
3.    Asas-asas Pengembangan Budaya Sekolah
4.    Karakteristik Budaya Sekolah
5.    Manfaat pengembangan budaya sekolah.
D.  Batasan Masalah
Makalah ini hanya membahasa tentang Pengertian Budaya Sekolah, Prinsip Manajemen Budaya Sekolah, Asas-asas Pengembangan Budaya Sekolah, Karakteristik Budaya Sekolah, dan manfaat pengembangan budaya sekolah.




















BAB II
PEMBAHASAN
A.  Pengertian Budaya Sekolah
Budaya adalah apa yang dilakukan orang dan apa arti tindakan mereka bagi diri mereka. Budaya adalah gagasan, kepentingan, nilai-nilai dan sikap yang disumbangkan oleh kelompok. Perilaku merupakan cerminan budaya dan kepemimpinan. Hal yang dilakukan orang  dalam organisasi mencerminkan budaya organisasi. Hal yang dilakukan orang dalam organisasi mencerminkan perilaku pemimpinnya. Jika pemimpin berprilaku positif, kaum fleksibel di tengah akan mengikuti.[1]
Menurut Masaong & Tilomi “budaya sekolah diartikan sebagai sistem makna yang dianut bersama oleh warga sekolah yang membedakannya dengan sekolah lain”. Menurut Deal & Peterson “budaya sekolah adalah sekumpulan nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh kepala sekolah, guru, petugas administrasi, siswa, dan masyarakat sekitar sekolah”.
Budaya sekolah merupakan ciri khas, karakter atau watak, dan citra sekolah tersebut di masyarakat luas. budaya sekolah sebagai karakteristik khas sekolah yang dapat didefinisikan melalui nilai yang dianutnya, sikap yang dimilikinya, kebiasaan-kebiasaan yang ditampilkannya, dan tindakan yang ditunjukkan oleh seluruh personel sekolah yang membentuk satu kesatuan khusus dari sistem sekolah. Menurut Riduwan bahwa “ budaya sekolah yang kerap disebut dengan iklim kerja yang menggambarkan suasana dan hubungan kerja antara sesama guru, antara guru dan kepala sekolah, antara guru dengan tenaga kependidikan lainnya serta antar dinas dilingkungannya merupakan wujud dari lingkungan kerja yang kondusif”.
Sekolah sebagai suatu organisasi, memiliki budaya tersendiri yang dibentuk dan dipengaruhi oleh nilai-nilai, persepsi, kebiasaan-kebiasaan, kebijakan-kebijakan pendidikan, dan perilaku orang-orang yang berada di dalamnya.Sebagai suatu organisasi, sekolah menunjukkan kekhasan, yaitu pembelajaran. Jadi, dapat disimpulkan bahwa budaya sekolah adalah sekumpulan nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh kepala sekolah, guru, petugas administrasi, siswa, dan masyarakat sekitar sekolah.[2]
B.  Prinsip Manajemen Budaya Sekolah
Pengetahuan dan kesopanan para personil sekolah yang disertai dengan kemampuan untuk memperoleh kepercayaan dari siapa saja akan memberikan kesan yang meyakinkan bagi orang lain. Dimensi ini menuntut para guru, staf dan kepala sekolah tarmpil, profesional dan terlatih dalam memainkan perannya memenuhi tuntutan dan kebutuhan siswa, orang tua dan masyarakat. Menurut Mulyasa, upaya pengembangan budaya sekolah seyogyanya mengacu kepada beberapa prinsip berikut ini :
1.    Berfokus pada Visi, Misi, dan Tujuan sekolah.
Pengembangan budaya sekolah harus senantiasa sejalan dengan bisi, misi, dan tujuan sekolah. Fungsi visi, misi, dan tujuan sekolah adalah mengarahkan pengembagnan budaya sekolah. Visi tentang keunggulan mutu misalnya, harus disertai dengan program-program yang nyata mengenai penciptaan budaya sekolah.
2.    Penciptaan Komunikasi Formal dan Informal.
Komunikasi merupakan dasar bagi koordinasi dalam sekolah, termasuk dalam menyamaikan pesan-pesan pentingnnya budaya sekolah, termasuk dalam meyampaikan pesan-pesan pentingnnya budaya sekolah, komunikasi informal sama pentingnnya dengan komunikasi formal. Dengan demikian kedua jalur komunikasi tersebut perlu digunakan dalam menyampaikan pesan secara efektif dan efisien.
3.     Inovatif dan Bersedia Mengambil Resiko.
Salah satu dimensi budaya organisasi adalah inovasi dan kesediaan mengambil resiko. Setiap perubahan budaya sekolah menyebabkan adanya resiko yang harus diterima khususnya bagi para pembaharu. Ketakutan akan resiko menyebabkan kurang beraninya seorang pemimpin mengambil sikap dan keputusan dalam waktu cepat.
4.    Memiliki strategi yang jelas.
Pengembangan budaya sekolah perlu ditopang oleh strategi dan program. Strategi mencakup cara-cara yang ditempuh sedangkan program menyengkut kegiatan operasional yang perlu dilakukan. Strategi dan program merupakan dua hal yang selalu berkaitan.
5.     Berorientasi Kinerja.
Pengembangan budaya sekolah perlu diarahkan pada sasaran yang terdapat mungkin dapat diukur. Sasaran yang dapat diukur akan mempermudah pengukuran capaian kinerja darsuatu sekolah.
6.    Sistem evaluasi yang jelas.
Untuk mengetaui kinerja pengembangan budaya sekolah perlu dilakukan evaluasi secara rutin dan bertahap : jangka pendek, sedang, dan jangka panjang. Karena itu perlu dikembangkan sistem evaluasi terutama dalam hal kapan evluasi dilakukan, siapa yang melakukan dan mekanisme tindak lanjut yang harus dilakukan.
7.    Memiliki Komitmen yang Kuat.
Komitmen dari pimpinan dan warga sekolah sangat menetukan implementasi program-program pengembagnan budaya sekolah. Banyak bukti menunjukan bahwa komitmen yang lemah terutama dari pimpinan menyebabkan program-program tidak terlaksana degnan baik.
8.    Keputusan berdasarkan consensus.
Ciri budaya organisasi yang positif adalah pengambilan keputusan partisipatif yang berujung pada pengambilan keputusan secara consensus. Meskipun hal itu tergantung pada pengambilan keputusan , namun pada umumnya consensus dapat meningkatkan komitmen anggota organisasi dalam melaksanakan keputusan tersebut.
9.    Sistem Imbalan yang Jelas.
Pengambilan budaya sekolah hendaknnya disertai dengan sistem imbalan meskipun tidak selalu dalam bentuk barang atau uang. Bentuk lainnya adalah penghargaan atau kredit poin terutama bagi siswa yang menunjukan perilaku positif yang sejalan dengan pengembangan budaya sekolah.
10.     Evaluasi diri,
Merupakan salah satu alat untuk mengetahui masalah-masalah yang dihadapi disekolah. Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan curah pendapat atau menggunakan skala penilaian diri. Kepala sekolah dapat mengembagnkan metode penilaian idri yang berguna bagi pengembangan budaya sekolah.[3]
C.  Asas-asas Pengembangan Budaya Sekolah
Selain mengacu kepada sejumlah prinsip di atas, Menurut Samsudin mengatakan upaya  pengembangan budaya sekolah juga seyogyanya berpegang pada asas-asas berikut ini:
1.    Kerjasama tim (team work).
Pada dasarnya sebuah komunitas sekolah merupakan sebuah tim/kumpulan individu yang bekerja sama untuk mencapai tujuan. Untuk itu, nilai kerja sama merupakan suatu keharusan dan kerjasama merupakan aktivitas yang bertujuan untuk membangun kekuatan-kekuatan atau sumber daya yang dimilki oleh personil sekolah.
2.    Kemampuan.
Menunjuk pada kemampuan untuk mengerjakan tugas dan tanggung jawab pada tingkat kelas atau sekolah. Dalam lingkungan pembelajaran, kemampuan profesional guru bukan hanya ditunjukkan dalam bidang akademik tetapi juga dalam bersikap dan bertindak yang mencerminkan pribadi pendidik.
3.    Keinginan.
Keinginan di sini merujuk pada kemauan atau kerelaan untuk melakukan tugas dan tanggung jawab untuk memberikan kepuasan terhadap siswa dan masyarakat. Semua nilai di atas tidak berarti apa-apa jika tidak diiringi dengan keinginan. Keinginan juga harus diarahkan pada usaha untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan dan kompetensi diri dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab sebagai budaya yang muncul dalam diri pribadi baik sebagai kepala sekolah, guru, dan staf dalam memberikan pelayanan kepada siswa dan masyarakat.
4.    Kegembiraan (happiness).
Nilai kegembiraan ini harus dimiliki oleh seluruh personil sekolah dengan harapan kegembiraan yang kita miliki akan berimplikasi pada lingkungan dan iklim sekolah yang ramah dan menumbuhkan perasaan puas, nyaman, bahagia dan bangga sebagai bagian dari personil sekolah. Jika perlu dibuat wilayah-wilayah yang dapat membuat suasana dan memberi nuansa yang indah, nyaman, asri dan menyenangkan, seperti taman sekolah ditata dengan baik dan dibuat wilayah bebas masalah atau wilayah harus senyum dan sebagainya.
5.    Hormat (respect).
Rasa hormat merupakan nilai yang memperlihatkan penghargaan kepada siapa saja baik dalam lingkungan sekolah maupun dengan stakeholders pendidikan lainnya. Keluhan-keluhan yang terjadi karena perasaan tidak dihargai atau tidak diperlakukan dengan wajar akan menjadikan sekolah kurang dipercaya. Sikap respek dapat diungkapkan dengan cara memberi senyuman dan sapaan kepada siapa saja yang kita temui, bisa juga dengan memberikan hadiah yang menarik sebagai ungkapan rasa hormat dan penghargaan kita atas hasil kerja yang dilakukan dengan baik. Atau mengundang secara khusus dan menyampaikan selamat atas prestasi yang diperoleh dan sebagaianya.
6.    Jujur (honesty).
Nilai kejujuran merupakan nilai yang paling mendasar dalam lingkungan sekolah, baik kejujuran pada diri sendiri maupun kejujuran kepada orang lain. Nilai kejujuran tidak terbatas pada kebenaran dalam melakukan pekerjaan atau tugas tetapi mencakup cara terbaik dalam membentuk pribadi yang obyektif. Tanpa kejujuran, kepercayaan tidak akan diperoleh. Oleh karena itu budaya jujur dalam setiap situasi dimanapun kita berada harus senantiasa dipertahankan. Jujur dalam memberikan penilaian, jujur dalam mengelola keuangan, jujur dalam penggunaan waktu serta konsisten pada tugas dan tanggung jawab merupakan pribadi yang kuat dalam menciptakan budaya sekolah yang baik.
7.    Disiplin (discipline).
Disiplin merupakan suatu bentuk ketaatan pada peraturan dan sanksi yang berlaku dalam lingkungan sekolah. Disiplin yang dimaksudkan dalam asas ini adalah sikap dan perilaku disiplin yang muncul karena kesadaran dan kerelaan kita untuk hidup teratur dan rapi serta mampu menempatkan sesuatu sesuai pada kondisi yang seharusnya. Jadi disiplin disini bukanlah sesuatu yang harus dan tidak harus dilakukan karena peraturan yang menuntut kita untuk taat pada aturan yang ada. Aturan atau tata tertib yang dipajang dimana-mana bahkan merupakan atribut, tidak akan menjamin untuk dipatuhi apabila tidak didukung dengan suasana atau iklim lingkungan sekolah yang disiplin. Disiplin tidak hanya berlaku pada orang tertentu saja di sekolah tetapi untuk semua personil sekolah tidak kecuali kepala sekolah, guru dan staf.
8.    Empati (empathy).
Empati adalah kemampuan menempatkan diri atau dapat merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain namun tidak ikut larut dalam perasaan itu. Sikap ini perlu dimiliki oleh seluruh personil sekolah agar dalam berinteraksi dengan siapa saja dan dimana saja mereka dapat memahami penyebab dari masalah yang mungkin dihadapai oleh orang lain dan mampu menempatkan diri sesuai dengan harapan orang tersebut. Dengan sifat empati warga sekolah dapat menumbuhkan budaya sekolah yang lebih baik karena dilandasi oleh perasaan yang saling memahami.
9.    Pengetahuan dan Kesopanan.
Pengetahuan dan kesopanan para personil sekolah yang disertai dengan kemampuan untuk memperoleh kepercayaan dari siapa saja akan memberikan kesan yang meyakinkan bagi orang lain. Dimensi ini menuntut para guru, staf dan kepala sekolah tarmpil, profesional dan terlatih dalam memainkan perannya memenuhi tuntutan dan kebutuhan siswa, orang tua dan masyarakat.[4]
D.  Karakteristik Budaya Sekolah
Selain itu menurut Chatab , Karakteristik budaya sekolah dapat dipandang menurut hirarki basic assumption, values,dan norms sebagai berikut :
1.    Basic Assumption/Asumsi Dasar
Kepedulian budaya pada tingkat yang paling dalam ini adalah pra anggapan dasar dibawah sadar dan sekaligus keadaan yang diterima tentang bagaimana persoalan sekolah seharusnya dipecahkan. basic assumption ini membertahu para anggota organisasi bagaimana merasakan, berfikir dan adanya sentuhan tentang banyak hal di dalam organisasi
2.    Values
Level kepedulian berikut mencakup values tentang sebaiknya menjadi apa dalam organisasi. Values memberitahu ara anggota apa yang penting dan berharga di dalam organisasi dan apa yang mereka butuhkan untuk member perhatian.Values merupakan keyakinan dasar yang berperan sebagai sumber inspirasi kekuatan dan pendorong seseorang dalam mengambil sikap, tindakan dan keputusan, serta dalam menggerakkan dan mengendalikan perlilaku seseorang dalam upaya pembentukan budaya sekolah.
3.    Norms
Peran norma adalah menuntun bagaimana para anggota organisasi seharusnnya berkelakuan didalam situasi tertentu. Hal ini menggambarkan peraturan yang tidak tertulis dari perilaku. Setiap kelompok menetapkan norma sendiri, yaitu standar perilaku yang dapat diterima, yang dibagi dengan para anggotannya. Norma memberitahukan para anggota apa yang sebaiknnya dan tidak sebaiknnya untuk melakukan diobawah keadaan tertentu. Ketika disetujui dan diterima oleh kelompok, norma bertindak sebagai sarana mempengaruhi perilaku anggota kelompok dengan minimum pengendalian dari eksternal. Norma berbeda diantara kelompok, komunitas ataupun organisasi.[5]
E.   Manfaat Pengembangan Budaya Sekolah
Menurut Chatab, budaya sekolah bermanfaat sebagai :
1.    Identitas, yang merupakan ciri atau karakter organisasi,
2.    Pengikat/pemersatu seperti bahasa sunda yang bergaul dengan orang sunda, sama hobi olahraganya,
3.    Sources,misalnya inspirasi,
4.    Sumber penggerak dan pola perilaku,
5.    Kemapuan meningkatkan nilai tambah,
6.    Pengganti formalisasi, seperti olahraga rutin jumat yang tidak dipaksa,
7.    Mekanisme adaptasi terhadap perubahan seperti adanya rumah susun”.
Selain beberapa manfaat diatas, manfaat lain bagi individu dan kelompok adalah :
1.    Meningkatkan kepuadan kerja
2.    Pergaulan lebih akrab
3.    Disiplin menigkat
4.    Pengawasan fungsional bisa lebih ringan
5.    Muncul keinginan untuk selalu ingin berbuat proaktif
6.    Belajar dan berprestasi terus serta
7.    Selalu ingin memberikan yang terbaik bagi sekolah, keluarga, orang lain dan diri sendiri.[6]
















BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
1.    Budaya adalah apa yang dilakukan orang dan apa arti tindakan mereka bagi diri mereka. Budaya adalah gagasan, kepentingan, nilai-nilai dan sikap yang disumbangkan oleh kelompok.
2.    Prinsip Manajemen Budaya Sekolah:
a.    Berfokus pada Visi, Misi, dan Tujuan sekolah.
b.    Penciptaan komunikasi Formal dan Informal.
c.    Inovatif dan bersedia mengambil resiko.
d.   Memiliki strategi yang jelas.  
e.    Berorientasi kinerja.
f.      Sistem evaluasi yang jelas.
g.    Memiliki komitmen yang kuat.
h.     Keputusan berdasarkan consensus.
i.      Sistem imbalan yang jelas.
j.      Evaluasi diri.
3.    Asas-asas Pengembangan Budaya Sekolah:
a.    Kerjasama tim.
b.    Kemampuan.
c.    Keinginan.
d.   Kegembiraan (happynes).
e.    Hormat (respec).
f.     Jujur.
g.    Disiplin.
h.    Empati.
i.      Pengetahuan dan Kesopanan.
4.    Karakteristik Budaya Sekolah:
a.    Basic Assumption/Asumsi Dasar.
b.     Values.
c.    Norms.
d.   Artiface.
4.    Manfaat pengembangan budaya sekolah:
a.    Identitas, yang merupakan ciri atau karakter organisasi,
b.    Pengikat/pemersatu seperti bahasa sunda yang bergaul dengan orang sunda, sama hobi olahraganya,
c.    Sources,misalnya inspirasi,
d.   Sumber penggerak dan pola perilaku,
e.    Kemapuan meningkatkan nilai tambah,
f.     Pengganti formaslisasi, seperti olahraga rutin jumat yang tidak dipaksa,
g.    Mekanisme adaptasi terhadap perubahan seperti adanya rumah susun.
5.        Saran
Hendaknya makalah ini dapat dijadikan sebagai salah satu sumber pembelajaran dalam hal Manajemen Budaya Sekolah bagi pembaca. Dan makalah ini bisa bermanfaat bagi banyak pihak, utamanya bagi penyusun dan pembaca.



















DAFTAR RUJUKAN
Chatab, Nevizond. 2007. Profil Budaya Organisasi. Bandung : Alfabeta.
Fattah, Nanang. 2013. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sulistiyorini. 2006. Manajemen pendidikan islam. Surabaya : Elkaf.
Wibowo. 2007. Managemen Perubahan. Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada.
Turmuzi, Ahmad. 2011. Pengembangan lingkungan dan budaya sekolah.http:// edukasi.kompasiana.com/2011/10/18/pengembangan-lingkungan-dan-budaya-sekolah-402394.html Diakses tanggal 24 oktober 2013.





[1]Wibowo, Managemen Perubahan (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2007), Hlm.371

[2] Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013). Hlm 79-80

[3] Nevizond Chatab, Profil Budaya Organisasi, (Bandung : Alfabeta, 2007), hlm 56-63

[4] Ibid., hlm 70-75

[5]Ahmad Turmuzi,  Pengembangan lingkungan dan budaya sekolah dalam http:// edukasi.kompasiana.com/2011/10/18/pengembangan-lingkungan-dan-budaya-sekolah-402394.html Diakses tanggal 24 April 2015.
[6] Sulistiyorini, Manajemen Pendidikan Islam, (Surabaya : Elkaf, 2006), hlm. 181.


No comments:

Post a Comment