Wednesday, 19 November 2014

HADITS, SUNNAH, KHABAR, ATSAR

HADITS, SUNNAH, KHABAR, ATSAR
MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Ulumul Hadits
Dosen Pengampu: Drs. Nurul Hidayat, M. Ag
NIP: 196707151997031002
Disusun oleh:
Kelompok VI
1.  Ismatul Khoiriyah               (1725143132)
2.  Isnaeniyatun Amaryani      (1725143136)
3.  Lilik Liya Agustin               (1725143156)
4.  Maidatul Chusna                 (1725143166)
5.  Nova Santoso                       (1725143217)
PGMI_I B
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
TULUNGAGUNG
TAHUN 2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Alloh SWT, atas segala limpahan rahmat, taufik, hidayah dan inayahNya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Hadits, Sunnah, Khabar, Atsar” dengan hadirnya makalah ini dapat memberikan informasi bagi para pembaca, khususnya mahasiswa program studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI).
                 Sholawat dan salam tetap tercurahkan dan dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, serta keluarga, sahabat dan pengikutnya.
Penyusun menyadari tanpa bantuan dari semua pihak, penulisan makalah ini mungkin tidak dapat terlaksana. Oleh karena itu, penyusun mengucapkan terima kasih kepada :
1.      Bapak Dr. Maftukhin, M. Ag selaku rektor IAIN Tulungagung.
2.      Drs. Nurul Hidayat, M. Ag selaku dosen pengampu dalam penyusunan makalah ini.
3.      Teman-teman semuanya yang telah memberikan motivasinya.
     Penyusun menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam penyusunan makalah ini, karena keterbatasan kemampuan yang penyusun miliki. Olehkarena itu, penyusun mohon kritik dan sarannya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semuanya.



Tulungagung, September  2014

                                                                                                          
                                                                                                                  Penyusun
DAFTAR ISI

Cover……………………………………………………………………
i
Kata Pengantar………………………………………………………….
ii
Daftar Isi………………………………………………………………..
iii
Bab I Pendahuluan……………………………………………………...
1
a.       Latar Belakang…………………………………………...……..
1
b.      Rumusan Masalah………………………………………...…….
1
c.       Tujuan Penulisan……………………………………...………...
1
d.      Batasan Masalah……………………………………………......
2
Bab II Pembahasan………………………………………………..........
3
a.       Pengertian Hadits……………………………………….............
3
b.      Pengertian Sunnah……………………………………………...
5
c.       Pengertian Atsar………………………………………………...
6
d.      Pengertian Khabar……………………………………………....
7
Bab III Penutup…………………………………………………………

a.       Kesimpulan…………………………………………………......
8
b.      Saran……………………………………………........................
8
Daftar Rujukan…………………………………………….....................
9







BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Seiring dengan datangnya era zaman yang disebut dimana menyebarkan ilmu yang mehidupkan islam tidak kalah nilainya dengan jihad fi sabilillah, di saat ilmu pendekatan pada agama ini tidak mendapat respon karena situasi dan kondisi, seperti ilmu mustalah hadits. Padahal ilmu ini tumbuh di zamannya atau atas dasar Mahabbatun Nabi yang kuat dan menunjukan nilai keimanan yang tinggi, tumbuh dari tanda kecintaan pada nabi yang beragam dan berbeda-beda sampai menjadi sebuah disiplin ilmu tersendiri dari sekian disiplin ilmu islam yang lain.
Tetapi ilmu Mustalah Hadits akhirnya hanya menjadi sebuah kenangan bukan renungan, karena tidak bias lagi di operasionalkan seperti di zamanya yang menyimpulkan di jaganya hadits-hadits rosululloh SAW oleh Allah seperti dijaganya Al-qur’an sebagai sumber kebenaran yang mutlak. Oleh karena itu untuk menjaga hadits-hadits di perlukannya sebuah ilmu untuk memahami hadits secara mendalam yaitu dengan adanya Ulumul Hadits.[1]

B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah pengertian hadits ?
2.      Apakah pengertian sunnah ?
3.      Apakah pengertian atsar ?
4.      Apakah pengertian khabar ?

C.    Tujuan
1.      Menjelaskan pengertian hadits secara bahasa dan istilah.
2.      Menjelaskan pengertian sunnah secara bahasa dan istilah.
3.      Menjelaskan pengertian atsar secara bahasa dan istilah.
4.      Menjelaskan pengertian khabar secara bahasa dan istilah.

D.    Batasan Masalah
Makalah ini hanya membahas tentang pengertian hadits, sunnah, atsar, dan khabar.





















BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Hadits
Secara bahasa, al-hadits  الحَدىد  berarti (yang baru) [2]
Sedang menurut istilah (terminologi), para ulama berbeda pendapat dalam memerikan pengertian tentang hadits.
a.    Ulama Hadits umumnya, bahwa “Hadits ialah segala ucapan Nabi, segala perbuatan beliau, segala taqrir (pengakuan) beliau dan segala keadaan beliau”. Termasuk “segala keadaan beliau” adalah: Sejarah hidup beliau, yakni: waktu kelahiran beliau, keadaan sebelum dan sesudah beliau bangkit sebagai Rasul, dan sebagainya.
b.    Ulama Ushul menyatakan, bahwa: “Hadits ialah segala perkataan, segala perbuatan dan taqrir Nabi, yang bersangkut paut dengan hukum”.
c.    Sebagian Ulama, antara lain At-Thiby menyatakan, bahwa “Hadits ialah segala perkataan, perbuatan dan taqrir Nabi, para sahabatnya dan para Tabi’in”. Dengan demikian, apa yang datang dari sahabat Nabi dan para Tabi’in, termasuk kategori Hadits.[3]
d.   Muhadditsin menyatakan, bahwa hadits tidak hanya mencakup sesuatu yang dimarfu’kan kepada Nabi Muhammad SAW saja, tetapi juga perkataan, perbuatan, dan taqrir yang disandarkan kepada sahabat dantabi’iy pun disebut hadits.[4]
Sehubungan dengan pengertian istilah yang telah dikemukakan oleh Ulama Hadits di atas, maka secara lebih mendetail, hal-hal yang termasuk kategori Hadits, menurut Dr. Muhammad Abdul Rauf ialah:
a.       Sifat-sifat Nabi yang diriwayatkan oleh para sahabat
b.      Perbuatan dan akhlak Nabi yang diriwayatkan oleh para sahabat
c.       Perbuatan para sahabat di hadapan Nabi yang dibiarkannya dan tidak dicegahnya, yang disebut “taqrir”
d.      Timbulnya berbagai pendapat sahabat di hadapan Nabi, lalu beliau mengemukakan pendapatnya sendiri atau mengakui salah satu pendapat sahabat itu
e.       Sabda Nabi yang keluar dari lisan beliau sendiri
f.       Firman Allah selain Al-Qur’an yang disampaikan oleh Nabi, yang dinamakan Hadits Qudsy
g.      Surat-surat yang dikirimkan Nabi, baik yang dikirim kepada para sahabat yang bertugas di daerah, maupun yang dikirim kepada pihak-pihak di luar Islam.[5]
Sebab-sebab Hadits dinamai dengan Hadits:
a.    Menurut Az-Zumakhsyary:
Karena pada saat kita meriwayatkan Hadits, kita menyatakan:
“dia menceritakan kepadaku, bahwa Nabi bersabda . . . “
b.    Menurut Al-Kirmany dan Ibnu Hajar Al-Asqalany:
Karena ditinjau dari segi “kebaruannya” dan pula sebagai perimbangan terhadap Al-Qur’an yang bersifat qadim, azaly. Dr. Subhy Shalih menyatakan bahwa para Ulama, telah menghindarkan diri untuk menggunakan istilah “Haditsullah” untuk Al-Qur’an.
c.    Menurut Al-Qasimy:
1)        Karena kalimat dalam Hadits itu tersusun dari huruf-huruf yang datang beriringan. Tiap-tiaphuruf terjadi sesudah terjadi yang sebelumnya.
2)        Karena dengan mendengar hadits, akan menimbulkan dalam hati berbagai-bagai ilmu dan pengertian.[6]





B.     Pengertian Sunnah
Pengertian sunnah menurut  bahasa antara lain :
a.       Menurut Asy – syaukani, sunnah berarti:  jalan, walaupun tidak diridlai.
b.      Dr. Mustafa As – Siba’iy dalam kitabnya As – sunah wa Makana tuha fit tasyri’il Islamy mengatakan bahwa arti sunnah menurut bahasa adalah : jalan, baik terpuji maupun tercela.[7]

Sedangkan arti sunnah menurut istilah, para Ulama berbeda pendapat :
a.       Menurut ahli hadits
Sunnah ialah: “segala yang dinukilkan dari nabi saw. Baik berupa perkataan, taqrir, pengajaran, sifat, keadaan, maupun perjalanan hidu beliau; baik yang diamikian itu terjadi sebelum maupun sesudah diangkat menjadi rosul.”
b.      Menurut ahli ushul
Sunnah ialah: “segala yang dinukilkan dari nabi saw. Baik berupa perkataan, perbuatan, maupun taqrir (pengakuan), yang mempunyai hubungan dengan hukum.
c.       Menurut ibnu taimiyah
Sunnah ialah: “adat (tradisi) yang telah berulangkali dilakukan oleh masyarakat, baik yang dipansdang ibadat maupun tidak.”
d.      Menuut Dr. Taufiq Sidqy
Sunnah ialah: “thariqat (jalan) yang dipraktekan oleh Rosululloh saw. Terus menerus dan diikuti oleh para sahabat beliau.
e.       Menurut Prof Dr. T. M.Hasbi Ash-Shiddieqy
Sunnah ialah: “suatu amalan yang dilaksanakan oleh nabi saw. Secara terus – menerus dan dinukilkan kepada kita dari zaman ke zaman dengan jalan mutawatir.” Jadi Nabi melaksanakan amalan itu beserta para Sahabat, para Sahabat melaksanakannya bersama Tabi’in, dan dmikian seterusnya dari generasi ke generasi.[8]
f.       Menurut ahli fiqh
Sunnah adalah segala sesuatu yang berasal dari Nabi SAW, baik berupa perkataan, perbuatan atau ketetapan. Asumsinya adalah apapun yang berasal dari Nabi SAW merupakan petunjuk atas cara Nabi SAW dalam memahami dan mengamalkan islam.[9]

C.    Pengertian Atsar
            Atsar menurut bahasa bekas sesuatu atau sisa sesuatu, dapat juga berarti nukilan atau yang dinukilkan.Karena itu do’a yang dinukilkan dari Nabi DINAMAI “Do’a ma’tsur “ . Sedangkan menurut istilah kebanyakan ulama’ mengatakan atsar mempunyai pengertian sama dengan khabar dan hadits.
Sebagian ulama’ menyatakan atsar lebih umum dari pada khabar. Para fuqoha memakai istilah “ATSAR “  untuk perkataan ulama’ salaf, sahabat, tabi’in dan lain-lain.
ما إ ضيف إ لى ا لصّحا بة وا لتّا بعين من ا قوا ل وا فعا ل
Artinya:
perkataan dan perbuatan yang di sandarkan kepada sahabat dan tabi’in.
            Menurut fuqoha khurasan, atsar adalah perkataan sahabat .Khobar adalah hadits Nabi. Sedangkan az-zarkasyi, memakai hadits untuk hadits maukuf, tetapi membolehkan juga untuk memakai istilah atsar untuk hadits marfu’.[10]




D.    Pengertian Khabar
Menurut bahasa, Khabar berarti berita. Adapun menurut istilah, ada dua pendapat:
Sebagian Ulama menyatakan , bahwa Khabar itu sama/sinonim dengan hadits. Oleh kaena itu mereka menyatakan, bahwa khabar adalah apa yang datang dari Nabi, baik yang marfu’ (yang disandarkan kepada Nabi). Yang mauquf (yang disandarkan kepada sahabat), maupun yang maqthu’(yang disandarkan kepada Tabi’in). Dengan kata lain, bahwa khabar itu, mencakup apa yang datang dari Rasul, dari Sahabat dan dari Tabi’in. [11]
Menurut Dr. Shubhi Shalih dalam bukunya Ulumul Hadits wa Musthalahuhu, para Ulama Hadits yang berpendapat demikian ini berasal selain dari segi bahasa (yakni bahwa arti Hadits dan Khabar ialah:berita), juga beralasan bahwa yang disebut para perawi itu, tidaklah terbatas bagi orang yang meriwayatkan/menukilkan berita dari Nabi semata tetapi juga `yang menukilkan berita dari Sahabat dan Tabi’in.sebab kenyataannya, para perawi itu telah meriwayatkan apa yang dating dari nabi dan yang datang dari selainnya. Oleh karena itu, tidaklah ada keberatan untuk menyamakan hadits dengan khabar.[12]









BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
1.    Hadits secara bahasa artinya yang baru, sedang menurut istilah hadits merupakan segala perkataan, segala perbuatan dan taqrir Nabi, yang bersangkut paut dengan hukum.
2.    Sunnah secara bahasa artinya jalan, sedang menurut istilah sunnah adalah segala sesuatu yang datang dari Nabi Muhammad SAW baik berupa perkataan, perbuatan, dan taqrir juga sifat-sifat dan perilaku selama perjalanan hidup beliau baik sebelum atau sesudah diangkat menjadi Nabi.
3.    Atsar secara bahasa artinya bekas sesuatu atau sisa sesuatu. Sedang menurut istilah atsar kebanyakan ulama mengatakan atsar mempunyai pengertian sama dengan khabar dan hadits. Sebagian ulama’ menyatakan atsar lebih umum dari pada khabar.
4.    Khabar secara bahasa artinya berita. Sedang  suatu berita baik dari Nabi SAW, para sahabat dan Tabi’in.

B.     Saran
1.    Diharapkan mampu membedakan hadits, sunnah, atsar, dan khabar.
2.    Hendaknya pembaca tidak menjadikan makalah ini sebagai satu-satunya referensi mengenai ulumul hadits.








DAFTAR RUJUKAN

Qardhawi, Yusuf. 2007. Pengantar Studi Hadis, Bandung: Pustaka Setia.
Rahman, Fatchur. 1974. Ikhtisar Mushthalahul Hadits, Bandung: PT Alma’arif.
Syuhudi, Ismail M. 1990. Pengantar Ilmu Hadits, Bandung: Angkasa.




[2] M. Syuhudi Ismail, Pengantar Ilmu Hadits, Bandung: Angkasa, 1990, hal. 1.
[3] Ibid, hal. 2.
[4] Fatchur Rahman, Ikhtisar Mushthalahul Hadits, Bandung: PT Alma’arif, 1974, hal. 27.
[5] Ibid, hal. 3.
[6] Ibid, hal. 7.
[7] Ibid, hal. 11.
[8] Ibid, hal. 12.
[9] Yusuf Al-Qardhawi, Pengantar Studi Hadis, Bandung: Pustaka Setia, 2007, hal. 20.
[10] Ibid, hal. 10.
[11] Ibid, hal. 9
[12] Ibid, hal. 10.

No comments:

Post a Comment