Friday, 8 February 2019

PERAN GURU DALAM INTERAKSI EDUKATIF / DOWNLOAD MAKALAH


PERAN GURU DALAM INTERAKSI EDUKATIF
MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Sosiologi Pendidikan
Dosen Pengampu:
Anissatul Mufarokah, S.Ag. M.Pd
NIP : 197008171998032001
Disusun oleh: Kelompok  5
1.  Imro’atus Zahro                                     ( 1725143127 )
2.  Khoirul Fahrul Nur Aulia                     ( 1725143145 )
3.  Maidatul Chusna                                   ( 1725143166 )
4.  Muhamad Syarif Habibullah                ( 1725143187 )
5.  Nindia Luluk’ul J.                                  ( 1725143211 )
6.  Rieska Seventina                                                ( 1725143244 )
Kelas: II-B
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI)
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
TULUNGAGUNG
MEI 2015
KATA PENGANTAR
            Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan sedikit dari ilmu-Nya Yang Maha Luas sehingga upaya penulisan makalah ini dapat terselesaikan.
Shalawat serta salam tidak lupa kami haturkan kehadirat Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan syafaatnya di akhirat nanti.
Tidak lupa kami  ucapkan terima kasih kepada:
1.      Bapak Dr.Maftukhin, M.Ag selaku rektor IAIN Tulungagung yang telah memberi kesempatan untuk belajar di IAIN Tulungagung.
2.      Anissatul Mufarokah, S.Ag M.Pd selaku  dosen pengampu mata kuliah Sosiologi Pendidikan yang telah membimbing kami dalam penyusunan makalah ini.
3.      Rekan-rekan PGMI 2-B yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.
4.      Semua pihak yang telah membantu menyelesaikan penulisan makalah ini.
Tentunya kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat kami harapkan. Semoga makalah ini bermanfaat untuk kita semua.
Tulungagung,  28 Mei 2015
                                               
                                                                             Penulis



DAFTAR ISI
COVER................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR.......................................................................................... ii
DAFTAR ISI........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang....................................................................................
B.     Rumusan Masalah...............................................................................
C.     Tujuan Pembahasan Masalah...............................................................
D.    Batasan Masalah..................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A.    Pengertian Interaksi Edukatif.............................................................
B.     Ciri-ciri Interaksi Edukatif..................................................................
C.     Interaksi Edukatif Sebagai Proses Belajar Mengajar..........................
D.    Hubungan Motivasi De ngan Interaksi Edukatif ...............................
E.     Peran Guru Dalam Interaksi Edukatif.................................................
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan..........................................................................................
B.     Saran....................................................................................................
DAFTAR RUJUKAN..........................................................................................






BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Manusia adalah mahkluk ciptaan allah yang sifatnya sosial. Disebut sosial karena manusia dalam menjalankan hidup sehari-hari tidak lepas dari hubungan interaksi yang saling membutuhkan antara satu dengan yang lainnya. Dalam hubungan sosial ada proses interaksi yang berlansung dalam berbagai bentuk komunikasi dan situasi, dari berbagai macam situasi tersebut ada situasi khusus yaitu situasi pembelajaran. interaksi dalam situasi ini bernilai edukatif  karena mempunyai tujuan untuk mendidik dan mengarahkan anak didik kearah kedewasaannya.
Dalam hal ini yang menjadi pokok adalah maksud dan tujuan dari berlangsungnya interaksi tersebut, karena kegiatan interaksi itu memang direncanakan atau disengaja. Kesadaran dan kesenjangan merupakan hal yang mempengaruhi berbagai interaksi yang muncul dalam proses pembelajaran pada diri guru dan siswa.
Interaksi edukatif harus menggambarkan hubungan aktif dua arah dengan sejumlah pengetahuan sebagai mediumnya sehingga interaksi itu merupakan hubungan yang bermakna dan  kreatif. Semua unsur interaksi edukatif harus berproses dalam ikatan tujuan pendidikan. karena itu, interaksi edukatif adalah suatu gambaran hubungan aktif dua arah antara guru dan anak didik yang berlangsung dalam ikatan tujuan pendidikan.
Untuk itu pembahasan dalam makalah ini untuk menjelaskan tentang interaksi edukatif dan hal-hal yang terkait didalamnya.


B.     Rumusan Masalah
Rumusan Masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1.    Bagaimana pengertian interaksi edukatif ?
2.    Apa ciri-ciri interaksi edukatif ?
3.    Bagaimana Interaksi edukatif sebagai proses belajar mengajar ?
4.    Bagaimana hubungan motivasi dengan interaksi edukatif ?
5.    Apa peran guru dalam interaksi edukatif ?


C.     Tujuan Pembahasan Masalah
Dalam penyusunan makalah ini, penulis mempunyai beberapa tujuan, yaitu :
1.      Mendiskripsikan pengertian interaksi edukatif.
2.      Menjelaskan ciri-ciri interaksi edukatif.
3.      Menjelaskan Interaksi edukatif sebagai proses belajar mengajar.
4.      Menjelaskan  hubungan motivasi dengan interaksi edukatif .
5.      Mengetahui peran guru dalam interaksi edukatif.

D.    Batasan Masalah
Makalah ini hanya membahas pengertian interaksi edukatif, ciri-ciri interaksi edukatif, Interaksi edukatif sebagai proses belajar mengajar, hubungan motivasi dengan interaksi edukatif, dan peran guru dalam interaksi edukatif.


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Interaksi Edukatif
Interaksi adalah suatu jenis tindakan yang terjadi ketika dua atau lebih objek mempengaruhi atau memiliki efek satu sama lain.[1] Sedangkan edukatif berasal dari kata bahasa Inggris "to educate" yang artinya mendidik (kt. kerja) menjadi educative (kt.sifat) atau education (kt.benda). Sehingga edukatif (educative) bisa diartikan segala sesuatu yang bersifat mendidik atau berhubungan dengan pendidikan.[2] Jadi interaksi edukatif adalah interaksi yang berlangsung dalam suatu ikatan untuk tujuan pendidikan dan pengajaran. Interaksi edukatif sebenarnya komunikasi timbal balik antara pihak yang satu dengan pihak yang lain, sudah mengandung maksud-maksud tertentu yakni untuk mencapai tujuan (dalam kegiatan belajar berarti untuk mencapai tujuan belajar).[3]
Interaksi akan selalu berkait dengan istilah komunikasi atau hubungan. Dalam proses komunikasi, dikenal adanya unsur komunikan dan komunikator. Hubungan antara komunikator dengan komunikan biasanya karena menginteraksikan sesuatu, yang dikenal dengan istilah pesan (message). Kemudian untuk menyampaikan atau mengontakkan pesan itu diperlukan adanya media atau saluran (channel). Dinamika kehidupan masyarakat akan senantiasa bersumber dari kegiatan komunikasi dan interaksi dalam hubungannya dengan pihak lain dan kelompok.
Interaksi yang dikatakan sebagai interaksi edukatif, apabila secara sadar mempunyai tujuan untuk mendidik, untuk mengantarkan anak didik kearah kedewasaannya. Jadi dalam hal ini yang penting bukan untuk interaksinya, tetapi yang pokok adalah maksud dan tujuan berlangsungnya interaksi itu sendiri.[4] Karena tujuan menjadi hal yang pokok, kegiatan interaksi itu memang direncana atau disengaja.
Dari penjelasan diatas kami mengilustrasikan yaitu, misalnya interaksi yang terjadi dalam kehidupan suatu keluarga. Pada hari minggu pagi, ayah, ibu beserta anak-anaknya sedang berkumpul santai disebuah serambi depan. Mereka bersendagurau dengan senang, karena kebetulan hari libur. Ayahnya bercerita tentang kejadian lucu dikantor, kemudian ibunya bercerita tentang kejadian dipasar, sedang anak-anaknya bercanda, ada yang mendengarkan cerita ayah dan ibunya, ada yang berlari-lari kesana kemari. Suasanapun menjadi gelak tawa yang menyenangkan. Ditengah-tengah suasana gelak tawa itu kemudian keluarlah pembantu rumah tangga untuk menyajikan teh dan hidangannya, tetapi secara tiba-tiba salah seorang diantara anaknya memukul pembantu sehingga air teh pada gelas yang akan dihidangkan itu tumpah. Karena tingkah salah seorang anaknya tadi itulah ayah menjadi marah, menegur dan memanggil anak tersebut untuk dinasehati, dengan suatu harapan atau tujuan dengan anak tadi tidak mengulangi perbuatannya karena itu tidak baik, tidak sopan. Peran ayah yang tadinya hanya sekadar partner bersendagurau tanpa ada maksud tertentu, kemudian berubah menjadi penasihat , sebagai pendidik yang ingin mengubah tingkah laku anaknya yang dianggap melanggar norma-norma kesopanan. Begitu juga si anak, menjadi diam memerhatikan nasihat-nasihat yang diberikan ayahnya. Anak itu belajar sesuatu yang baru. Bahwa memukul orang lain itu tidak baik, tidak boleh, karena ... dan seterusnya. Anak dituntut untuk mengubah sikap dan tingkah lakunya. Perubahan tingkah laku inilah sebagai pencerminan dari hasil belajar.
Dengan contoh ilustrasi diatas, jelas dilihat dari kacamata interaksi edukatif, tidak semua bentuk dan kegiatan interaksi dalam suatu kehidupan berlangsung dalam suasana interaksi edukatif, yang didesain untuk suatu tujuan tertentu. Hanya perlu diketahui bahwa tidak semua hasil belajar itu berlangsung secara sadar dan terarah. Bahkan ada kecenderungan bahwa perubahan-perubahan yang tidak disadari dan tidak direncana itu lebih banyak memberi kemungkinan perubahan tingkah laku yang berada diluar titik tujuan. Oleh karena itu, kemungkinan-kemungkinan tersebut perlu diarahkan, didesain. Setidak-tidaknya sebagian dari kehidupan itu perlu dibimbing secara sistematis. Di siniah saat munculnya gambaran seorang guru. Guru dibutuhkan untuk membimbing, memberi bekal yang bergna. Ia sebagai guru harus dapat memberikan sesuatu secara didaktis, dengan tugasnya menciptakan situasi interaksi edukatif.

B.                 Ciri-Ciri Interaksi Edukatif
Dalam suatu interaksi edukatif,  setidaknya mengandung beberapa ciri, yaitu:
1.       Adanya tujuan yang hendak dicapai
Tujuan dalam interaksi edukatif adalah membantu anak didik dalam suatu perkembangan tertentu. Hal ini bermaksud agar interaksi edukatif sadar akan tujuan, dengan menempatkan anak didik sebagai pusat perhatian, sedangkan unsur lainnya sebagai pengantar dan pendukung. Tujuan juga berfungsi sebagai penentu arah jalanya edukasi.
2.      Ada pesan atau bahan yang menjadi inti interaksi
Dalam proses edukasi hendaknya terdapat suatu materi khusus yang disusun dan dipersiapkan sedemikian rupa agar interaksi edukasi dapat berjalan dengan efektif dan efisien.  Dalam hal ini perlu memperhatikan komponen-komponen pengajaran yang lain.
3.      Ada pelajar yang aktif mengalami
Pelajar/anak didik merupakan sentral edukasi. Sehingga setiap aktifitasnya merupakan syarat mutlak terjadinya proses edukasi. Aktivitas  anak didik dalam hal ini baik secara fisik maupun mental.
4.      Ada guru/pendidik yang melaksanakan[5]
Dalam penerapannya sebagai pembimbing, guru harus berusaha menghidupkan dan memberikan motivasi agar terjadi proses interaksi edukatif yang kondusif. Guru harus siap sebagai mediator dalam segala situasi proses interaksi edukatif, sehingga guru merupakan tokoh yang akan dilihat dan ditiru tingkah lakunya oleh anak didik.
5.      Ada metode untuk mencapai tujuan
Metode belajar adalah sistem penggunaan teknik-teknik didalam interaksi antara guru dan anak didik dalam program belajar mengajar sebagai proses pendidikan. Metode ini juga mempengaruhi efektifitas dan efisiensi pencapaian tujuan edukasi. Beberapa teknik yang dapat digunakan dalam interaksi dan komunikasi itu antara lain bermain, tanya jawab, ceramah, diskusi, peragaan, eksperimen, kerja kelompok, sosio drama, karya wisata dan modul.
6.      Ada situasi yang memungkinkan proses belajar mengajar berjalan dengan baik
Termasuk dalam pengertian ini adalah suasana yang berkaitan dengan peserta didik, keadaan guru, keadaan kelas-kelas pengajaran yang berdekatan yang mungkin mengganggu atau terganggu karena penggunaan suatu metode. Terhadap situasi yang dapat diperhitungkan, kita (guru) dapat menyediakan alternatif metode-metode mengajar dengan mengingat kemungkina-kemungkinan perubahan situasi. Situasi pengajaran yang kondusif (mendukung) sangat menentukan dan bahkan menjadi salah satu indikator terciptanya interaksi pengajaran, yang edukatif sifatnya.
7.      Ada penilaian terhadap hasil interaksi
Evaluasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan data tentang sejauh mana keberhasilan anak didik dalam belajar dan keberhasilan guru dalam mengajar. Evaluasi tidak hanya sekedar menentukan angka keberhasilan belajar tetapi yang lebih penting adalah sebagai dasar untuk umpan balik (feed back) dari proses interaksi edukatif yang dilaksanakan

C.     Interaksi Edukatif Sebagai Proses Belajar Mengajar.
Pendidikan dapat dirumuskan dari sudut normatif,karena pendidikan menurut hakikatnya memang sebagai suatu peristiwa yang memiliki norma. Artinya bahwa dalam suatu peristiwa pendidikan , pendidik (pengajar/guru) dan anak didik (siswa) berpegang pada ukuran, norma kehidupan, panadangan terhadap individu dan masyarakat , nilai-nilai moral, kesusilaan yang semuanya merupakan sumber di dalam pendidikan.[6] Aspek itu sangat dominan dalam merumuskan tujuan secara umum. Oleh karena itu, persoalan ini merupakan bidang pembahasan teori danfilsafat ilmu pendidikan. Tetapi di samping perumusan secara normatif, pendidikan dapat dirumuskan dalam sudut proses teknis, yakni terutama di liat dari segi peristiwanya. Peristiwa dalam hal ini merupakan suatu kegiatan praktis yang langsung dalam suatu masa dan terikat dalam suatu situasi serta terarah pada suatu tujuan  . peristiwa tersebut adalah suatu rangkaian kegiatan komunikasi antarmanusia ,rankaian kegiatan yang pengaruh memengaruhi. Satu rangkaian perubahan dan pertumbuhan – fungsi jasmaniah, pertumbuhan watak, pertumbuhan intelek dan pertumbuhan sosial. Semua ini tercakup dalm peristiwa pendidikan. Dengan demikian, pendidikan merupakan himpunan kultural yang sangat kompleks yang dapat digunakan sebagai perencanaan kehidupan manusia.
D.    Hubungan Motivasi Dengan Interaksi Edukatif
Motivasi memiliki akar bahasa latin movere, yang berarti gerak atau dorongan untuk bergerak. Dengan begitu, memberikan motivasi bisa diartikan dengan memberikan daya dorong sehingga sesuatu yang dimotivasi tersebut dapat bergerak.[7]
Motivasi sangat berperan penting dalam interaksi edukatif karena dengan adanya motivasi yang diberikan oleh seorang pendidik dapat menjadi daya penggerak siswa yang kemudian menimbulkan kegiatan belajar. Untuk itu tugas guru dalam interaksi edukatif tidak  mendominasi kegiatan , namun membantu menciptakan kondisi yang kondusif serta memberikan motivasi dan bimbingan agar siswa dapat mengembangkan potensi dan kreativitasnya, melalui kegiatan belajar.
Secara khusus, interaksi edukatif sebagai interaksi belajar mengajar yang berintikan pada kegiatan motivasi.[8]

E.     Peran Guru Dalam Interaksi Edukatif
Sekolah merupakan media sosialisasi yang lebih luas dari keluarga. Berbeda dengan sosialisasi dalam keluarga, disekolah anak dituntut untuk bersikap mandiri dan senantiasa memperoleh perlakuan yang tidak berbeda dari teman-temannya.[9]
Kelompok pendidik atau guru disekolah, diharapkan mampu menciptakan suatu suasana yang sangat mendorong motivasi dan keberhasilan anak didiknya. [10] Dibawah ini kami jabarkan beberapa peran guru dalam interaksi edukatif yaitu sebagai berikut :
1.      Informator
Dalam peran ini, guru sebagai pelaksana cara mengajar informatif, laboratorium, studi lapangan, dan sumber informasi kegiatan akademik. Jadi guru merupakan pemberi informasi bagi para siswanya dimanapun ia berada. Sebagai pendidik, hendaknya guru terbuka dengan berbagai informasi yang diketahuinya  dan tidak menyembunyikannya  dari anak didiknya.
2.      Organisator
Peran guru sebagai organisator yaitu guru mengelola kegiatan akademik, silabus, jadwal pelajaran, dan semua komponen mengajar dikelola sedemikian rupa sehingga tercipta pembelajaran yang efektif dan efisien dan pembelajaranpun bisa terstruktur dan tersusun dengan baik.
3.      Motivator
Peran guru sebagai motivator sangat diperlukan dalam interaksi belajar mengajar. Untuk menimbulkan semangat belajar siswa dan memunculkan rasa keingintahuan.  Guru harus memberikan rangsang dan dorongan untuk mendinamiskan potensi siswa, menumbuhkan kreativitas dan kreatifitas, sehingga potensi siswa dapat berkembang semaksimal mungkin dan mempermudah siswa dalam mencapai tujuan hidupnya karena siswa mempunyai semangat tinggi untuk meraih mimpi-mimpinya.
4.      Pengarah / direktor
Dalam peranan ini, jiwa kepemimpinan guru lebih mendominasi. Guru harus dapat membimbing dan mengarahkan anak didinya terutama dalam pembelajaran agar tujuan pendidikan dapat tercapai. Apabila guru tidak mampu melakukan peran ini, maka siswa akan bertingkah seenaknya sendiri dan tidak akan mematuhi aturan-aturan yang ada di sekolah tersebut.
5.      Inisiator
Dalam hal ini, guru berperan sebagai pencetus ide-ide kreatif yang positif yang dapat dicontoh siswanya dan dapat mengembangkan pembelajaran sehingga kegiatan belajar mengajar tidak akan membosankan. Dengan demikian, siswa akan memiliki semangat belajar yang tinggi dan akan mencapai prestasi yang diharapkannya serta diharapkan orang tua dan orang-orang disekitarnya.
6.      Transmitter [11]
Dalam kegiatan belajar mengajar, guru akan bertindak sebagai penyebar kebijaksanaan pendidikan dan pengetahuan. Dalam hal ini guru mampu mengambil keputusan secara bijaksana dan adil terhadap semua peserta didiknya.
7.      Fasilitator
Guru memberikan fasilitas dan kemudahan dalam proses belajar mengajar. Misalnya menciptakan suasana yang menyenangkan dan serasi dengan perkembangan siswa sehingga interaksi belajar mengajar akan berjalan dengan efektif.
8.      Mediator
Mediator dalam hal ini dapat diartikan sebagai “penengah dalam kegiatan belajar mengajar siswa”. [12] Misalnya menengahi atau memberi jalan keluar masalah yang dihadapi siswa saat diskusi atau tugas-tugas siswa yang mengalami kemacetan ( tidak selesai ).
9.      Evaluator
Guru mempunyai kewajiban untuk menilai prestasi siswa di bidang akademik maupun non akademik, menilai tingkah laku siswa dan memberi masukan kepada peserta didiknya sehingga dapat menentukan peserta didik tersebut berhasil atau tidak dalam pembelajaran, hal ini tidak hanya dilakukan diakhir semester atau akhir tahun ajaran saja, tetapi juga dilakukan setelah pembahasan per bab.


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
B.     Saran



DAFTAR RUJUKAN

A M, Sardiman. 1986. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar .Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Narwoko, Dwi dan Bagong Suyanto. 2004. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta : Prenada Media Grup.
Soekanto, Soerjono. 1986.   Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Rajawali Pers.
http://id.wikipedia.org/wiki/Interaksi diakses pada 24 mei 2015.
           



[4] Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar ( Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,1986 ),  hal.7
[5] Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar ...hal.13

[6] Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar ...hal.18

[7] Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar ...hal.
[8] Ibid...hal.5
[9] Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. ( Jakarta : Prenada Media Grup, 2004 ), hal.94-95                 
[10]  Soerjono Soekanto,  Sosiologi Suatu Pengantar. ( Jakarta : Rajawali Pers, 1986 ),  hal. 412
[11] Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar ... hal.145

[12]Ibid ...hal.146





DOWNLOAD MAKALAH DISINI

1 comment:

  1. artikelnya sangat bagus, peran guru memang sangat dibutuhkan, apalagi dalam mendongkrak prestasi siswa di sekolah, kami menawarkan aplikasi fingerprint berbasis sms silahkan kunjungi website kami ABSENSI SISWA

    ReplyDelete