Tuesday, 5 June 2018

KKN KEBANGSAAN : KKN PEMERSATU BANGSA


KKN KEBANGSAAN : KKN PEMERSATU BANGSA
Oleh: Lailatul Aprilianatus Sholihah

KKN atau Kuliah Kerja Nyata adalah sebuah kegiatan pengabdian masyarakat oleh mahasiswa sebagai bentuk dari pengamalan Tridharma Perguruan Tinggi nomor tiga. Dalam masa pengabdian masyarakat ini, umumnya selama 1 bulan atau 45 hari, mahasiswa diharapkan dapat memberikan kontribusi nyata yang dapat membantu masyarakat dan mengembangkan desa dalam berbagai aspek.
Pada umumnya, KKN dilaksanakan di berbagai desa pesisir ataupun tertinggal di daerah sekitar Perguruan Tinggi atau masih dalam satu provinsi dengan Perguruan Tinggi pelaksana. Namun ternyata ada KKN Kebangsaan yang dimana diikuti oleh berbagai Perguruan Tinggi Negeri maupun Swasta yang tersebar di seluruh Indonesia. Tempat pelaksanaanya pun berbeda setiap tahunnya, tergantung dari mana Perguruan Tinggi yang menjadi tuan rumah. KKN Kebangsaan memiliki misi yang hampir sama seperti KKN pada umumnya, namun tentu KKN Kebangsaan memiliki beberapa perbedaan dari KKN biasa.
Pada tahun 2017 lalu, KKN Kebangsaan dilaksanakan di 11 Kecamatan (60 Desa) di Kabupaten Bone Bolango Provinsi Gorontalo dengan Universitas Negeri Gorontalo sebagai tuan rumah. KKN Kebangsaan tahun 2017 diikuti oleh 53 Perguruan Tinggi se-Indonesia dan 2 Perguruan Tinggi dari Jepang dan Malaysia sebagai peninjau. Pelaksanaan dimulai dari tanggal 22 Juli sampai 23 Agustus 2017, namun check in peserta dimulai dari tanggal 19 Juli di Mess Haji Gorontalo. Kemudian untuk tanggal 20 sampai 21 Juli, peserta diberikan pembekalan materi dan juga selayang pandang tentang KKN Kebangsaan serta tentang desa-desa yang akan dijadikan sebagai tempat KKN Kebangsaan.
Saya dan keempat teman saya yang terpilih sebagai peserta KKN Kebangsaan 2017 delegasi dari IAIN Tulungagung berangkat ke Gorontalo bersama pendamping kami dari LP2M pada tanggal 19 Juli pagi dan tiba di Bandara Jalaludin Gorontalo siang harinya. Ketika kami sampai, ternyata banyak juga peserta KKN Kebangsaan delegasi dari berbagai Perguruan Tinggi se-Indonesia yang baru tiba. Di sana kami juga langsung disambut oleh panitia dari Universitas Negeri Gorontalo yang bertugas mengurus akomodasi kami menuju ke Mess Haji Gorontalo, tempat kami menginap selama Pembekalan KKN Kebangsaan. Setelah selesai mengurus barang-barang yang kami bawa, kami dipersilahkan menaiki bus yang telah disediakan. Ternyata dari Bandara menuju ke Mess Haji masih memerlukan kurang lebih 45 menit perjalanan.
Sesampainya kami di Mess Haji, kami melakukan registrasi peserta dan mendapatkan nomor pembagian kamar. Dari sinilah cerita kami dimulai. Kami dibagi di berbagai kamar yang ada di Mess Haji, dan pastinya tidak ada peserta dari Perguruan Tinggi yang sama dalam satu kamar. Karena itulah mau tidak mau kami harus cepat menyesuaikan diri bertemu dengan orang-orang baru dari berbagai daerah yang tentunya memiliki sifat dan karakter yang berbeda-beda. Selama dua hari kami mengikuti rentetan kegiatan pembekalan KKN Kebangsaan di Mess Haji dan aula Universitas Negeri Gorontalo.
Akhirnya hari yang kami tunggu tiba, tanggal 22 Juli kami diterjunkan ke desa-desa yang telah ditentukan sebelumnya. Saya sendiri diterjunkan di Desa Molotabu Kecamatan Kabila Bone. Kami dilepas dengan upacara di kantor Bupati Bone Bolango. Dari kantor Bupati Bone Bolango kami di serahkan ke SKPD untuk mengantar kami ke posko, tapi sebelumnya kami diantar ke kantor camat Kabila Bone untuk bertemu dengan Ibu camat Kabila Bone. Setelah acara penyambutan kami menuju kantor desa Botutunuo untuk menghadiri rapat 3 desa yaitu Botutunuo, Bintalahe dan Molotabu  bersama DPL dan SKPD, disana kami membahas apa yang harus kami lakukan di desa penempatan nantinya.
Saat sampai di posko KKN Kebangsaan desa Molotabu, saya dan keenam teman saya disambut oleh kepala desa Molotabu (biasa dipanggil ayahanda) dan juga beberapa perangkat desa. Di posko ini, saya tinggal dengan keenam teman saya dari berbagai Perguruan Tinggi di Indonesia. Diantara kami bertujuh, ada tiga orang mahasiswa dari Universitas Negeri Gorontalo. Ketiga lainnya berasal dari Universitas Hasanudin Makasar, Universitas Negeri Semarang dan Universitas Khairun Ternate. Tinggal satu rumah dan bekerja sama dengan mereka menjadi tantangan untuk saya, terlebih karena kami memiliki sifat, karakter, adat dan budaya yang berbeda-beda dari daerah asal kami masing-masing.
            Sesuai dengan tema KKN Kebangsaan tahun 2017 yaitu “Merajut Tali Kebangsaan melalui Penerapan Program Konservasi Lingkungan, Kedaulatan Pangan Berbasis Pemberdayaan”, saya merasa dalam KKN Kebangsaan ini tujuannya selain untuk ikut serta membangun bangsa lewat pemberdayaan desa-desa tertinggal, kami juga diajarkan tentang makna persatuan Indonesia dalam bentuk nyata. Kami yang notabene dikumpulkan dari berbagai daerah dan kemudian dibagi dalam kelompok-kelompok kecil diharapkan dapat bersatu untuk mengembangkan desa-desa yang kami tempati dari berbagai aspek. Memang bukan hal yang mudah untuk menyatukan pikiran dari banyak orang, apalagi dengan latar belakang yang berbeda-beda. Namun itulah yang menjadikan KKN Kebangsaan lebih istimewa dibandingkan dengan KKN pada umumnya.
            Di sini, di desa Molotabu, saya mencoba membaur dengan adat istiadat dari desa ini yang masih sangat kental dengan adat istiadat Gorontalo. Bahasa yang digunakan warga disini pun masih menggunakan bahasa daerah Gorontalo. Mereka masih sangat sulit diajak berkomunikasi dengan menggunakan Bahasa Indonesia. Tentunya ini menjadi salah satu penghambat jalannya program kerja kami. Belum lagi kami bertujuh juga harus cepat membiasakan diri bekerja sama padahal kami baru saja bertemu di Mess Haji. Tapi ini tidak memerlukan waktu yang lama, karena setelah memasuki minggu kedua kami sudah mulai bisa membiasakan diri bekerja bersama dan juga membaur dengan warga desa Molotabu.
Desa Molotabu mempunyai jumlah penduduk 1505 Jiwa (792 Laki-laki dan 713 Perempuan), terdiri dari 435 kepala keluarga (KK). Penduduk ini tersebar dalam 4 wilayah dusun yaitu: Dusun I (Tanjung Karang), Dusun II (Molotabu Barat), Dusun III (Molotabu Tengah) dan Dusun IV (Waolo). Potensi desa Molotabu cukup besar, baik potensi yang sudah dimanfaatkan maupun potensi yang belum dimanfaatkan secara maksimal. Potensi yang ada baik potensi sumber daya alam dan manusia perlu terus digali dan dikembangkan untuk kemakmuran masyarakat secara umum. Sebanyak 95% warga desa Molotabu merupakan muslim.  Terdapat 2 orang laki-laki ber-etnis Sunda, 1 orang laki-laki dan 2 orang perempuan ber-etnis Bugis, dan 1 orang perempuan etnis Minahasa.
Iklim Desa Molotabu, sebagaimana desa-desa lain di wilayah Indonesia mempunyai iklim Kemarau. Penghujan dan pancaroba, tetapi musim penguhujan lebih dominan di Desa Molotabu. Hal tersebut mempunyai pengaruh langsung terhadap pola tanam dan keadaan masyarakat di Desa Molotabu Kecamatan Kabila Bone. Suhu rata-rata harian di daerah tersebut berkisar 27oC-30oC.

Wilayah Desa Molotabu memiliki berbagai potensi yang baik anatar lain hasil laut, hasil hutan, dan pariwisata. Potensi tersebut dapat meningkatkan taraf perekonomian dan pendapatan masyarakat. Disamping itu, lokasi yang relative dekat dengan Ibu Kota Kabupaten yaitu sekitar 30 menit dari kota dan pusat kegiatan perekonomian memberikan peluang kehidupan yang lebih maju dalam sektor formal maupun non formal.
            Hari-hari yang saya habiskan di desa dengan teman-teman KKN Kebangsaan adalah tentang bagaimana membawa perubahan yang lebih untuk desa pengabdian kami, Molotabu. Kebetulan desa ini menyimpan banyak sekali permasalahan yang bahkan sudah sangat diketahui oleh warga dari daerah lain khususnya di lingkup kecamatan Kabila Bone. Tingkat kriminalitas di desa ini cukup tinggi. Tingkat sumber daya manusianya pun kurang. Keadaan ini diperparah dengan kesadaran beragama yang masih sangat kurang menurut saya. Namun, dengan segala hambatan-hambatan yang ada tidak membuat kami pantang menyerah untuk membuat dan merealisasikan program-program untuk pengembangan desa dari berbagai aspek.
            Karena keterbatasan waktu pengabdian di desa yang hanya satu bulan, akhirnya membuat kami harus melakukan observasi permasalahan dan potensi desa dengan cepat dan kemudian dilanjutkan dengan penyusunan program kerja sesuai hasil observasi. Setelah melakukan observasi selama beberapa hari dengan mengelilingi desa dan berbincang langsung dengan pemerintah desa terkait serta beberapa warga desa, akhirnya kami memutuskan untuk memfokuskan program kerja kami di beberapa aspek atau sektor yang kami rasa perlu perhatian lebih dan juga punya potensi untuk berkembang.
            Letak geografis dari desa Molotabu yang berada di pesisir pantai namun juga memiliki bagian pegunungan dan perbukitan yang sangat berpotensi untuk dijadikan tempat wisata alam, membuat saya dan teman-teman memutuskan bahwa hal pertama yang akan kami lakukan  adalah pengembangan di sektor pariwisata. Kami berusaha menonjolkan potensi-potensi keindahan desa yang dirasa dapat mendatangkan lebih banyak pengunjung yang nantinya akan dapat berpengaruh positif terhadap pemasukan warga desa.
Sebelumnya sudah ada beberapa tempat wisata di lingkup desa Molotabu yang sudah cukup dikenal oleh masyarakat luas, seperti Bukit Cinta, Air Terjun Waolo, dan Pantai Molotabu sendiri. Untuk pengembangannya, kami membuat proyek yang kami beri nama “Wonderful Molotabu”. Di proyek ini, kami berfokus memaksimalkan potensi wisata desa Molotabu dengan cara penambahan spot foto dan juga promosi wisata desa melalui berbagai media sosial yang sedang trend saat ini seperti Youtube dan Instagram. Selain itu, kami membuat spanduk potensi wisata desa yang kami letakkan di beberapa titik vital desa. Kami juga membuat vidio profil desa serta vidio potensi wisata desa sebagai alat promosi di media sosial. Program kerja ini dimulai dengan melakukan perencanaan konsep dan pembagian tugas untuk tahap pelaksanaan. Kami juga mengadakan koordinasi dengan karang taruna desa Molotabu untuk membantu proses pelaksanaan proyek ini. Proyek “Woderful Molotabu” diharapkan dapat membuat desa Molotabu dikenal oleh masyarakat, tidak hanya di Gorontalo tapi juga di seluruh Indonesia.
            Selain di sektor pariwisata, kami juga berupaya meningkatkan potensi desa di sektor pangan. Gorontalo yang terkenal sebagai penghasil jagung yang berlimpah, serta letak desa yang berada di pesisir dengan sebagian warganya bekerja sebagai nelayan, membuat kami berinisiatif untuk membuat inovasi pangan yang berbahan baku dari jagung dan juga ikan. Ide ini dicetuskan oleh salah satu teman KKN Kebangsaan saya yang latar belakang jurusannya adalah Teknologi Hasil Pertanian. Akhirnya terciptalah pengolahan pangan berbahan dasar ikan dan jagung menjadi nugget. Nugget sendiri sudah cukup dikenal oleh masyarakat luas sebagai salah satu makanan yang praktis dan berbahan baku dari daging ayam maupun sapi, namun belum banyak orang yang tau bagaimana cara pengolahan nugget dengan memanfaatkan bahan baku yang melimpah disekitarnya. Oleh karena itu, kami mengadakan pelatihan diversifikasi pangan, pembuatan nugget ikan dan jagung untuk ibu-ibu PKK desa Molotabu. Nantinya hasil olahan ini bisa dijadikan sebagai oleh-oleh khas dari desa Molotabu dan tentunya akan menambah pendapatan warga.
       Persiapan yang dilakukan adalah 4 hari persiapan yang kami lakukan yaitu, kami melakukan trial error selama 1 hari, pada tanggal 1 Agustus 2017 sekaligus kami mengkonfirmasi untuk tanggal pelaksanaan kegiatan penyuluhan dan pelatihan tersebut. kemudian pada tanggal 8 Agustus 2017 kami melakukan persiapan bahan segala perlengkapan dan menyiapkan lokasi pelaksanaan kegiatan. Kami melakukan koordinasi degan ketua PKK Desa Molotabu  dan masyarakat disekitar posko, selanjutnya Ibunda (ketua PKK) mengumpulkan anggotanya untuk mengikuti kegiatan ini. Selain itu kami juga melakukan koordinasi kepda DPL untuk menyumbangkan dana dan sekaligus ikut hadir dalam pelaksanaan kegiatan.
Program ini dilaksanakan pada tanggal 9 Agustus 2017. Kegiatan ini diikuti oleh anggota ibu PKK, dalam pelaksanaannya kami melakukan metode ceramah dan langsung diaplikasikan untuk proses pengolahannya. Waktu kegiatan kami adalah kurang lebih 5 jam yang diikuti oleh 30 peserta. Program ini terleasasi dengan baik dan lancar.
            Sektor selanjutnya yang menjadi perhatian kami adalah sektor pendidikan, terutama pendidikan anak-anak usia dini hingga tingkat sekolah dasar (SD). Karena kebetulan posko KKN Kebangsaan kami berdekatan dengan salah satu sekolah dasar (SD) dan juga di banyaknya anak-anak yang tempat tinggalnya dekat dengan posko, membuat kami mudah untuk melakukan pendekatan pada anak-anak. Saya sendiri sempat mengobservasi bagaimana minat belajar anak-anak ini. Dan hasilnya adalah, ternyata sebagian besar dari mereka kurang memiliki motivasi belajar yang baik, juga minat baca yang sangat kurang. Karena alasan itulah akhirmya saya dan beberapa teman KKN Kebangsaan desa Molotabu dari jurusan pendidikan membuat beberapa program kerja untuk sektor pendidikan. Program kerjanya adalah bimbingan belajar, perpustakaan keliling dan wisata baca di pinggir pantai Molotabu.
Bimbingan belajar sendiri sudah menjadi program yang lazim diadakan mahasiswa ketika KKN, namun di desa ini perlu treatment lebih untuk diaplikasikan. Di program ini, kami membantu anak-anak sekitar untuk sekedar mengerjakan PR mereka atau mengulang kembali pelajaran yang belum mereka pahami dari sekolah.
KKN Kebangsaan Desa Molutabu bekerja sama dengan SDN 3 Kabilabone dan Perpustakaan Daerah Bone Bolango untuk mengadakan kegiatan perpustakaan keliling dan Wisata baca dengan sasaran anak SDN 3 Kabilabone. Kami melakukan rapat di posko inap dengan pihak perpusda yang juga SKPD kami tentang konsep perpustakaan keliling disekolah dan wisata baca di pantai molutabu. Kami pun mencocokan jadwal dan kapan akan dilaksanakan kedua acara ini, selain itu kami mengadakan perjanjian tentang doorprize yang akan diberikan oleh SKPD dan KKN Kebangsaan
Perpustakaan dkeliling ini dilakukan pertama di SDN 3 Kabila bone dengan peserta kelas 3 SD – 6 SD dimulai pukul 09.30-11.00 WITA dan didampingi oleh SKPD dari Perpustakaan Daerah Bonebolango. Acaranya terdiri dari baca buku bersama setelah itu peserta diminta menceritakan kembali buku yang sudah dibaca dan diberi hadiah atas keberaniannya.
Selanjutnya agenda wisata baca yang diadakan di pantai molutabu dimulai pukul 16.00 dan dimulai dengan ice breaking bermain bersama dan dilanjutkan dengan membaca dongeng bersama dan dipimpin oleh masing masing kakak dongeng, setelah selesai membaca dongeng mereka diminta berlomba secara kelompok untuk menceritakan kembali buku dongeng yang telah dibaca dan dipilih 3 pemenang. Setelah itu membaca buku pilihan mereka masing masing yang diambil dari mobil perpustakaan keliling dan menceritakan kembali buku yang telah dibaca. Acara wisata baca ini dihadiri oleh para petinggi dan staff dari Perpustakaan Daerah Bonebolango.
Sedangkan untuk program wisata baca, kami bekerja sama dengan instansi Perpustakaan Daerah Kabupaten Bone Bolango yang kebetulan menjadi SKPD yang ditunjuk untuk mendampingi kami. Program ini kami adakan di salah satu dego-dego atau gazebo yang berada di pinggir pantai Molotabu. Sasaran kami adalah anak-anak usia dini hingga usia sekolah dasar (SD) yang ada di desa Molotabu. Disini kami mencoba untuk meningkatkan minat baca mereka dengan berbagai permainan-permainan dan juga hadiah. Alhamdulillah program ini berjalan sangat lancar terbukti dengan antusiasme anak-anak yang hadir dan mengikuti program kami ini. 
Selain untuk pendidikan anak, kami juga memasukkan program Brainstorming Pencatatan Keuangan Dana Desa menurut UU Dana Desa di sektor pemdidikan. Salah satu teman saya dari jurusan ekonomi memberikan bantuan arahan dalam melaksanakan pencatatan UU Dana Desa sesuai dengan aturan pencatatan yang berlaku. Sasaran program ini adalah pemerintah desa khususnya bendahara desa. Diharapkan dengan adanya program ini, dapat membantu mewujudkan pemerintahan desa yang bersih dan transparan.
Dikarenakan waktu pelaksanaan KKN kebangsaan yang bertepatan dengan Hari Kemerdekaan Indonesia, maka kami mengadakan program tambahan yang kami beri nama “Kegiatan Kebangsaan 17 Agustus 2017” atau yang biasa disebut dengan kegiatan agustusan. Kami mengadakan berbagai perlombaan untuk memeriahkan Hari Kemerdekaan Indonesia. Selain itu diharapkan dengan ikut memperingati Hari Kemerdekaan Indonesia, mampu menumbuhkan nilai-nilai kebangsaan dan jiwa nasionalisme warga desa Molotabu. Dalam program tambahan ini, kami bekerja sama dengan para pemuda yang tergabung di Karang Taruna desa Molotabu. Karena kerjasama yang baik, akhirnya kegiatan-kegiatan dalam program ini dapat berjalan dengan lancar dan meriah.
Salah satu pembeda KKN Kebangsaan dengan KKN reguler adalah, di KKN Kebangsaan ini kami, para peserta KKN Kebangsaan, tidak hanya dituntut untuk menghasilkan output saja namun juga harus ada income. Income disini merupakan upaya tindak lanjut atau keberlanjutan dari program kerja yang kami buat untuk desa. Dengan adanya income, diharapkan program kerja yang kami buat dapat berlanjut walaupun setelah kami sudah selesai masa pengabdian di desa. Karena itu, untuk setiap program yang kami buat, kami merencanakan dan membuat income kegiatan.
Pada sektor pariwisata, kami membuat organisasi pemuda yang diberi nama “Pemuda Peduli Lingkungan” yang memiliki tujuan untuk melanjutkan program kerja kami di sektor ini. Untuk sektor pangan, kami memberikan bantuan berupa alat penggiling daging kepada ibu-ibu PKK desa Molotabu (diwakili oleh ibunda desa Molotabu) untuk membantu pengolahan daging ikan dan jagung menjadi nugget.
Karena beberapa kendala yang ada, seperti waktu dan juga sumber daya manusia, akhirnya kami menjadikan beberapa program kerja yang awalnya kami rencanakan menjadi program rekomendasi kepada beberapa pihak terkait dan tentunya juga untuk pemerintah desa. Walaupun program-program ini belum dapat kami realisasikan, kami berharap rekomendasi program-program ini dapat membantu pemerintah desa mewujudkan desa yang lebih baik dari berbagai sektor. Ada enam program rekomendasi yang kami ajukan untuk desa Molotabu.
Pertama, yaitu pengadaan tempat sampah di dego dego pantai molotabu. Program ini dilatarbelakangi oleh keadaan pantai Molotabu yang terbilang masih kotor, dan salah satu penyebabnya adalah tidak adanya tempat sampah yang memadahi disekitar pantai maupun dego dego. Di program ini, pemerintah desa dapat bekerjasama atau meminta bantuan kepada dinas terkait untuk pengadaan tempat sampah. Pengadaan tempat sampah di dego dego sekitaran pantai Molotabu ini bertujuan agar para pengunjung dapat membuang sampah dengan mudah dan diharapkan kebersihan pantai dapat terjaga.
Kedua, pelatihan pencatatan keuangan dana desa bagi aparat desa baru. Pelatihan pencatatan keuangan dana desa ke aparat desa baru merupakan tindak lanjut dari program brainstrorming pencatatatan keuangan menurut UU dana desa. Setiap desa wajib melaksanakan pembekalan intern bagi aparat desa yang baru diangkat agar mengetahui tugas dan bagaimana cara mengerjakannya. Untuk Desa Molotabu belum ada pelatihan keuangan bagi aparat desa yang belum tahu banyak tentang seluk beluk keuangan desa terutama dana desa. Jadi kami rekomendasikan untuk ada pelatihan keuangan dana desa bagi aparat desa yang bersangkutan agar lebih mempermudah aparat desa dalam mempertanggungjawabkan keuangan desa.
Ketiga, pengadaan buku perpustakaan di SDN 10 Kabila Bone. SDN 10 Kabila Bone merupakan SD yang berada di dusun 4 (waolo) desa Molotabu. Tempatnya yang berada di atas pegunungan membuat sarana dan prasarana di SD ini masih membutuhkan bantuan, khususnya di bagian perpustakaan. SD ini telah memiliki gedung perpustakaan walaupun masih berada di lingkungan rumah warga. Namun untuk koleksi buku perpustakaan masih sangat kurang. Dan perlu adanya bantuan dari pihak-pihak terkait seperti Perpustakaan Daerah. Kami sangat berharap SD ini mendapatkan perhatian lebih dari pemerintah, karena kami merasa bahwa sebenarnya SD ini menyimpan banyak sekali anak-anak yang berprestasi dan berpotensi dalam berbagai bidang. Akan sangat disayangkan jika karena kurangnya sarana dan prasana serta perhatian pemerintah, membuat mereka tidak dapat berkembang dengan baik.
Keempat, pembuatan perdes tentang hewan peliharaan. Perdes atau peraturan desa tentang hewan peliharaan perlu dibuat melihat kondisi hewan peliharaan masyarakat desa Molotabu yang berkeliaran dan mengakibatkan kotorannya berserakan dimana-mana sehingga mengganggu aktivitas dan keindahan desa. Saya sendiri merasakan bagaimana meresahkannya aktivitas hewan peliharaan warga yang dengan sengaja dilepas dan akhirnya berkeliaran. Hal ini sebenarnya sudah menjadi sebuah hal yang dipandang wajar oleh warga desa, namun akan sangat tidak menyenangkan bagi para pengunjung yang datang ke desa ini dari kota lain semisal untuk liburan. Tentunya ini akan menjadi nilai minus untuk desa Molotabu.
Kelima, perpustakaan desa. Perpustakaan desa dibuat untuk menambah minat baca para masyarakat terutama mendukung propgram wajib belajar 12 tahun. Perpustakaan desa ini di rekomendasikan hadir di Desa molotabu karena di desa belum ada perpustakaan desa, sehingga kami sarankan untuk mengadakan perpustakaan desa dan membentuk pengurus perpustakaan desa.
Keenam, pertanian terpadu. Pertanian terpadu diterapkan untuk meningkatkan sumberdaya alam yang tersedia dengan cara memanfaatkan sumber daya alam yang ada. Desa molotabu harus lebih mengaplikasikan perdes tentang hewan ternak untuk dikandangkan, sehingga kotoran dari hewan tersebut dapat dijadikan bahan untuk pembuatan pupuk kompos untuk meningkatkan unsur hara tanah guna meningkatkan produktifitas lahan. Selain itu hasil limbah dari pertanian dapat dijadikan makanan ternak, dan hasil-hasil pertanian yang telah dikembangkan juga butuh pendisversikasian untuk lebih meningkatkan nilai jual. Jadi kami merekomendasikan untuk diterapkannya sistem pertanian terpadu yang berkelanjutan dan dapat termanfaatkan semuanya., dengan dibuatkannya pelatihan tentang bagaimana cara mengolah sumber daya alam dengan semaksimal mungkin.
            Dengan telah terlaksananya KKN Kebangsaan tahun 2017, saya pribadi sebagai alumni peserta berharap telah memberikan kebermanfaatan pada desa pengabdian KKN Kebangsaan, dalam hal ini khususnya desa Molotabu. Selain itu tentu harapannya program-program kerja yang telah kami buat dapat berlanjut dan diteruskan oleh penduduk desa terkait. Dan untuk program-program yang kami rekomendasikan pada desa, semoga juga nantinya dapat terealisasi dengan baik sesuai harapan awal kami peserta KKN Kebangsaan 2017.
            Saya sangat senang dan merasa beruntung telah terpilih menjadi salah satu dari sekian ratus mahasiswa hebat peserta KKN Kebangsaan tahun 2017. Menurut saya KKN Kebangsaan ini memang sangat tepat dijadikan sebagai alat pemersatu bangsa. Melalui KKN Kebnagsaan ini, kami saling bertukar cerita tentang daerah asal kami masing-masing. Dari situlah kami mengenal Indonesia secara luas, dan akhirnya muncul perasaan bangga akan Indonesia tercinta kita ini. Saya sendiri merasakan dampak positif dari pelaksanaan KKN Kebangsaan. Saya berharap KKN Kebangsaan dapat terus terlaksana setiap tahunnya, sehingga akan semakin banyak para pemuda Indonesia yang mengetahui dan mencintai bangsanya tanpa harus keliling Indonesia terlebih dahulu. Karena KKN Kebangsaan membuat kita melihat Indonesia dalam bentuk lebih sederhana. Indonesia, kami siap mengabdi! Salam Kebangsaan!


BIODATA PENULIS
Nama                                       : Lailatul Aprilianatus Sholihah
Tempat Tanggal Lahir             : Blitar, 3 April 1996
Alamat                                                : Mungkung Wonorejo 05/01 Talun Blitar Jawa Timur
Fakultas                                   : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Jurusan                                    : Tadris Bahasa Inggris
NIM                                        : 1723143093
Organisasi                               : MENWA
Email                                       : aprilea68@gmail.com








                                                    


1 comment:

  1. Mengenang. Terkenang. Terimakasih kak san sudah mengabadikan tulisan ini. Walaupun tidak terbit di buku, tapi terbit disini. Tidak apa. Hehe

    ReplyDelete