TULUNGAGUNG,selasa,
18 mei 2015 yaitu pertemuan ke Sembilan untuk mata kuliah Metodologi Studi
Islam. Namun hari ini saya terlambat karena ada rapat sebentar, haduh… rasanya
sangat menyesal karena melewatkan sebentar dari pertemuan kali ini. Namun saya
harus tetap bersemangat karena memang mata kuliah ini sangat menyenangkan.
Pada
pertemuan kali ini kita membahas pada bab Isu-Isu Aktual Dalam Islam dalam sub
bab Pruralisme. Hubungan social antar umat manusia membuka dua pilihan antara
harmoni atau konflik. Konflik atau harmoni merupakan konsekuensi logis dari
realitas kehidupan masyarakat yang plural, senantiasa berubah dan dinamis.
Dinamika dalam masyarakat tidak hanya berlangsung secara linier teapi juga
sirkuler. Dan konflik bisa terjadi dimana saja dan kapan saja.
Salah
satu persoalan dalam konflik yang memperoleh perhatian secara serius adalah faktor
agama. Fenomena konflik berlatar belakang agama sesungguhnya melahirkan paradoxs
dalam agama sendiri. Pluralisme merupakan kunci penting untuk memehami realitas
kehidupan. Kesadaran terhadap pluralisme merupakan salah satu factor determinan
yang akan mengantarkan kearah kehidupan social, khususnya kehidupan antar umat
beragama, yang damai dan saling menghargai.
Ada
yang menafsirkan pluralisme secara negative atau dinilai sama dengan
relativisme yang berarti tidak ada kebenaran yang mutlak atas sebuah agama.
Padahal pada masing-masing agama memiliki kebenaran yang bias berubah setiap
saat hingga kebenaran yang ada dalam setiap agama relative sifatnya. Selain itu
ada yang menyamakan pluralism dengan sinkretisme yaitu keyakina gado-gado yang
meramu unsur-unsur tertentu dari masing-masing agama, kemudian menformulasi dalam bentuk keyakinan atau bahkan agama
baru.
Secara
mendasar pluralism merujuk kepada kesadaran untuk hidup bersama secara
legitimasi dalam keberagaman pemikiran, kehidupan dan tingkah laku yang dalam
sisi tertentu sebenarnya incompatible antara
satu dengan lainnya.hal penting yang
mendorong kearah terbentuknya kesadaran pluralitas adalah dengan menciptakan
ruang dialog. Mengembangkan dialog dapat dilakukan dengan empat tingkat, yaitu
:
1.
Dialogue
of hearts yaitu rasa sebagai bersaudara, sesama makhluk
tuhan, sesame manusia
2.
Dialogue
of life yaitu menegakkan nilai-nilai kehidupan kemanusiaan
3.
Dialogue
of peace yaitu keberanian untuk memperbincangkan tuhan dan
manusia dalam kedamaian
4. Dialogue of
silence yaitu dimana tuhan berbicara dengan manusia
Untuk
menghasilkan hubungan inklusif antar agama melalui dialog, ada sepuluh prinsip
yang aharus dipegangi, yaitu :
1.
Untuk belajar
mengubah dan mengembangkan persepsi dan pengertian tentang realitas dan kemudian berbuat menurut apa yang
sesungguhnya diyakini;
2.
Merupakan suatu proyek antara dua pihak intern masyarakat
satu agama atau antar masyarakat penganut agama yang berbeda
3.
Peserta dialog
harus mengikuti dialog denagn kejujuran dan ketulusan dengan sungguh-sungguh;
4.
Peserta dialog
harus mendefinisikan dirinya sendiri;
5.
Peserta dialog
harus mengakui dialog tanpa asumsi-asumsi yang kukuh dan tergesa-gesa;
6.
Dialog hanya
bisa dilakukan antara pihak-pihak yang setara;
7.
Dialog harus
dilakukan atas dasar saling percaya;
8.
Orang-orang yang
mengikuti dialog antar agama paling kurang harus bersifat kritis (baik terhadap
mereka sendiri ataupun terhadap agama yang mereka anut);
9.
Peserta dialog
akhirnya harus mencoba memahami agama mitra dialognya dari dalam;
10. Dalam
dialog antar agama, orang tidak boleh membandingkan idealismenya dengan praktek
mitra dialognya;
Dalam
pluralisme, terdapat beraneka ragam perbedaan yang berkaitan dengan semua sisi
kehidupan. Ada perbedaan ras, social, ekonomi, budaya, politik dan juga agama.realitas
pluralitas tidak mungkin untuk ditolak. Memaksakan homogenisasi, menafikan
eksistensi mereka yang berbeda, bahkan bernafsu menguasai, hanya akan menuai
konflik yang berkepanjangan. Satu hal
penting yang seyogyanya ditanamkan adalah kesadaran terhadap pluralisme,
khususnya pluralisme agama. Kesadaran ini menjadi modal dasar penting dalam
membangun kehidupan yang damai, toleran dan saling menghargai, ditengah
kehidupan yang plural.
Pada
pertemuan kali ini sedikit yang saya dapatkan juga yaitu “sesuatu itu akan terasa penting ketika sudah berlalu”. Kali ini
juga ada sedikit refleksi yang diberikan yaitu tentang sebuah kisah yang
dibacakan oleh pak Naim tentang perjuangan seorang mahasiswa dalam mengejar
cita-citanya, kisah ini cukup membuat saya terharu. Dari refleksi ini juga saya
mendapatkan “kita seharusnya bersyukur
terhadap apa yang kita punya saat ini tanpa menyia-nyiakan kesempatan yang
telah kita dapatkan untuk menuntut ilmu”.
sekian catatanku
kali ini....sekian ....terimakasih...