KESULITAN BELAJAR
MAKALAH
Diajukan
Untuk Memenuhi Syarat Salah Satu Tugas Mata Kuliah:
Psikologi Pendidikan
Dengan
Dosen Pengampu:
JURUSAN
: PENDIDIKAN GURU MI
FAKULTAS
TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN )
TULUNGAGUNG
MARET
2015
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji
syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita kesehatan dan kesempatan
dalam rangka menyelesaikan kewajiban kami sebagai mahasiswa,
yakni dalam bentuk tugas yang diberikan oleh ibu dosen dalam rangka menambah
ilmu pengetahuan dan wawasan kami.
Yang kedua shalawat
serta dan salam selalu tercurahkan kepada baginda Nabi besar Muhammad saw,
sahabat beserta keluarganya karena dengan perjuangan beliau kita bisa berkumpul
di tempat yang mulia ini.
Dan kami ucapkan
terima kasih kepada :
1.
Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Tulungagung, Dr. Maftukhin, M.Ag, yang telah membina lembaga (tempat) kami
menimba ilmu pengetahuan selama ini.
2.
Dosen pengampu, Mirna Wahyu Agustina,
M.Psi. , yang telah memberikan pengarahan kepada kami
dalam pembuatan makalah ini sampai selesai.
3. Teman-teman
sekelompok dan sekelas yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari
bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari sempurna, baik dari penyusunan,
bahasan, maupun penulisannya. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan
saran yang sifatnya membangun, khususnya dari dosen mata kuliah guna menjadi
acuan dalam bekal pengalaman bagi kami untuk lebih baik di masa yang akan
datang.
Tulungagung, 05 Maret 2015
Penulis,
DAFTAR ISI
COVER...................................................................................................................
i
KATA
PENGANTAR...........................................................................................
ii
DAFTAR
ISI.......................................................................................................... iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah......................................................................
1
B. Rumusan
Masalah...............................................................................
2
C. Tujuan
Pembahasan Masalah...............................................................
2
D. Batasan
Masalah.................................................................................
2
BAB II LANDASAN TEORI
A. Definisi Kesulitan
Belajar...................................................................
3
B. Faktor
Penyebab Kesulitan Belajar.....................................................
3
C. Diaknosa
Kesulitan Belajar.................................................................
5
D. Intervensi
(Pemecahan Masalah) Kesulitan Belajar.............................
6
BAB III PEMBAHASAN……………………………………………..…….…..10
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan.......................................................................................
12
B. Saran..................................................................................................
12
DAFTAR RUJUKAN........................................................................................... 14
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Belajar
adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat penting dalam
setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil
atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses
belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada dalam sekolah maupun
dilingkungan rumah (keluarga).
Pada
sekarang ini banyak sekali anak-anak mengalami kesulitan dalam belajar. Hal
tersebut tidak hanya dia;ami oleh siswa-siswa yang berkemampuan kurang saja.
Hal tersebut juga dialami oleh siswa-siswa yang berkemampuan tinggi. Selain
itu, siswa yang berkemampuan rata-rata juga mengalami kesulita dalam belajar.
Sedang yang namanya kesulitan belajar itu merupakan kondisi proses belajar yang
ditandai oleh hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai kesuksesan. Kesulitan belajar ini tidak selalu disebabkan
oleh intelegensi yang rendah akan tetapi juga disebabkan oleh factor-faktor
non-integensi.
Maka
dari itu kami tertarik membahas masalah kesulitan belajar ini karena disaat
sekarang ini banyak anak atau siswa yang banyak mengalami masalah kesulitan belajar. Kami berharap
dengan adanya makalah ini kami semua bisa mengetahui mengenai faktor dan hal
yang dapat dilakukan untuk menghilangkan rasa kesulitan belajar.
B. Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
definisi kesulitan belajar ?
2. Apa
faktor penyebab kesulitan belajar ?
3.
Bagaimana diagnosa kesulitan belajar ?
4.
Bagaimana intervensi (pemecahan masalah) kesulitan belajar ?
C. Tujuan
Pembahasan
1. Menjelaskan
definisi kesulitan belajar
2. Menjelaskan
faktor penyebab kesulitan belajar
3. Menjelaskan
diagnosa kesulitan belajar
4. Menjelaskan intervensi (pemecahan masalah) kesulitan
belajar
D. Batasan Masalah
Makalah
ini hanya membahas tentang “definisi kesulitan belajar, faktor penyebab
kesulitan belajar, diagnosa kesulitan
belajar, intervensi (pemecahan masalah) kesulitan belajar”.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Definisi
Kesulitan Belajar
Kesulitan
belajar pada intinya merupakan sebuah permasalahan yang menyebabkan seorang
siswa tidak dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik seperti siswa lain
pada umumnya yang disebabkan faktor-faktor tertentusehingga ia terlambat atau
bahkan tidak dapatmencapai tujuan belajar dengan baik sesuai dengan yang
diharapkan. Pada dasarnya, kesulitan belajar yang dialami siswa tidak selalu
disebabkan oleh rendahnya tingkat intelegensia atau kecerdasan siswa. Namun
demikian, kesulitan belajar dapat disebabkan juga oleh banyak factor seperti
faktor-faktor fisiologis, psikologis, sarana dan prasarana dalam belajar dan
pembelajaran serta faktor
ligkungan belajarnya.[1]
B. Faktor
Penyebab Kesulitan Belajar
Faktor-faktor
yang dapat menyebabkan kesulitan belajar pada siswa dapat dikelompokkan menjadi
factor internal dan factor eksternal.
1. Faktor
internal
Faktor
internal yang dapat menyebabkan kesulitan belajar bagi siswa antara lain,
kemampuan intelektual, perasaan dan kepercayaan diri, motivasi, kematangan
untuk belajar, usia, jenis kelamin, kebiasaan belajar, kemampuan mengingat ,
serta kemampuan mengindra seperti melihat, mendengarkan, membau dan merasakan.
Sedangkan menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono faktor internalyang menjadi
penyebab kesulitan belajar pada siswa yaitu :
a. Faktor
Fisiologis
Faktor
fisiologis yang dapat menyebabkan kesulitan belajar pada siswa seperti kondisi
siswa yang sedang sakit, kurang sehat, adanya kelemahan atau cacat tubuh.
b. Faktor
Psikologis
Faktor
psikologis siswa yang dapat menyebabkan kesulitan belajar meliputi tingkat
inteligensia pada umumnya yang rendah, bakat terhadap mata pelajaran yang
rendah, minat belajar dan motivasi
yang kurang.
2. Faktor
eksternal, yang dapat menyebabkan kesulitan belajar bagi siswa dapat berupa guru,
kualitas pembelajaran, instrument dan fasilitas pembelajaran, serta lingkungan
sosial dan alam.Sedangkan menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono faktor
eksternal yang menjadi penyebab kesulitan belajar pada siswa yaitu :
a. Faktor
Nonsosial
Faktor nonsosial
yang dapat menyebabkan kesulitan belajar pada siswa dapat berupa peralatan
belajar atau media belajar yang kurang baik atau bahkan kurang lengkap, kondisi
ruang belajar yang kurang layak dan waktu pelaksanaan proses pembelajaran yang
kurang disiplin.[2]
Kelompok
faktor nonsosial lainnya dapat berupa keadaan udara, suhu, cuaca, waktu
(pagi,siang, atapun malam). Semua faktor-faktor yang telah disebutkan di atas
harus kita atur sedemikian rupa sehingga dapat membantu (menggunakan) prose
belajar secara maksimal. Letak sekolah atau tempat belajar misalnya harus
meenuhi syarat-syarat seperti di temoat yang tidak terlalu dekat dengan
kebisingan, demikian juga dengan alat-alat pelajaran serta bangunannya.
b. Faktor
Sosial
Yang
dimaksud dengan faktor-faktor sosial di sini adalah faktor manusia (sesama
manusia).[3]
Faktor sosial
yang juga dapat menyebabkan munculnya permasalahan belajar pada siswa seperti
faktor keluarga, sekolah ,teman bermain, dan lingkungan masyarakat.[4]
C.
Diagnosa Kesulitan Belajar
Menurut
Sugihartono dkk,diagnosis kesulitan belajar dapat diterjamahkan sebagai sebuah
proses yang dilakukan oleh guru untuk menentukan masalah atau ketidak mampuan
siswa dalambelajar yang dilakukan dengan cara meneliti berbagai latar belakang
faktor penyebabnya dengan cara menganalisis gejala-gejala yang tampak dan dapat
dipelajari. Namun demikian, yang perlu dipahami, kegiatan diagnosis kesulitan
belajar bukan hanya sekedar mengetahui gejala-gejala dan faktor-faktor yang
menyebabkan seorang siswa mengalami kesulitan belajar, namun juga sampai pada
penentuan kemungkinan bantuan yang dapat diberikan baik oleh guru ataupun pihak
lain yang dianggap mampu. Oleh sebab itu, kegiatan diagnosis kesulitan belajar
merupakan suatu proses dan upaya untuk memahami jenis dan karakteristik serta
latar belakang kesulitan-kesulitan belajar dengan menghimpun dan mempergunakan
berbagai data /informasi selengkap dan seobyektif mungkin sehingga memungkinkan
untuk mengambil kesimpulan serta mencari alternative kemungkinan pemecahannya.
Dengan
demikian, diagnosis kesulitan belajar dapat dikatakan sebagai sebuah proses
untuk melakukan identifikasi kesulitan belajar pada siswa dalam upaya
menentukan sumber dan factor penyebabnya. Tujuannya adalah membantu siswa
mengatasi kesulitan belajarnya melalui berbagai alternatife pemecahannya atas
dasar data/informasi yang lengkap dan akurat yang telah terkumpul.[5]
Dalam
melakukan diagnosis diperlukan adanya prosedur yang terdiri atas
langkah-langkah tertentu yang diorientasikan pada ditemukannya kesulitan
belajar jenis tertentu yang dialamai siswa. Prosedur seperti ini dikenal
sebagai “diagnostik” kesulitan belajar. Banyak langkah diagnostic yang dapat
ditempuh guru, antara lain yang cukup terkenal adalah prosedur Weener and Senf
(1982) sebagaimana yang dikutip Wardani (1991) sebagai berikut :
1. Melakukan
observasi kelas untuk melihat perilaku menyimpang siswa ketika mengikuti
pelajaran.
2. Memeriksa
penglihatan dan pendengaran siswa khususnya yang diduga mengalami kesulitan.
3. Mewawancari
orang tua atau wali siswa untuk mengetahui hal ihwal keluarga yang mungkin
menimbulkan kesulitan belajar.
4. Memberikan
tes diagnostic bidang kecakapan tertentu untuk mengetahui hakikat kesulitan
belajar yang dialami siswa.
5. Memberikan
tes kemampuan intelegensi (IQ) khususnya kepada siswa yang diduga mengalami
kesulitan belajar.[6]
D.
Intervensi (Pemecahan Masalah) Kesulitan Belajar
Banyak
alternatif yang dapat diambil guru dalam mengatasi kesulitan belajar siswanya.
Akan tetapi, akan tetapi sebelum pilihan tertentu diambil, guru sangat
diharapkan untuk terlebih dahulu melakukan beberapa langkah penting sebagai
berikut :
1. Menganalisis
hasil diagnosis, yakni menelaah bagian-bagian masalah yang benar mengenai
kesulitan belajar yang dihadapi siswa.
2. Mengidentifikasi
dan menentukan bidang kecakapan tertentu yang memerlukan perbaikan.
3. Menyusun
program perbaikan, khusunya program remedial teaching (pengajaran perbaikan).
Setelah
langkah-langkah di atas selesai, barulah guru melaksanakan langkah selatjutnya,
yakni melaksanakan program perbaikan.
1. Analisis Hasil Diagnosis
Data dan informasi yang diperoleh guru
melalui diagnostik kesulitan belajar tadi perlu dianalisis sedemikan rupa,
sehingga kesulitan khusus yang dialami siswa yang berprestasi rendah itu dapat
diketahui secara pasti. Contoh : Badu mengalami
kesulitan khusus dalam memahami konsep kata “polisemi”. Polisemi ialah sebuah istilah yang
menunjuk kata yang memiliki dua makna atau lebih. Kata “turun” umpamanya, dapat
dipakai dalam berbagai frase seperti turun harga, turun tangan, dan sebagainya.
Contoh sebaliknya, kata “naik” yang juga dapat diapaki dalam banyak frase
seperti : naik daun,naik darah, naik banding, dan seterusnya.
2. Menentukan Kecakapan Bidang Bermasalah
Berdasarkan hasil analisis
tadi, guru diharapkan dapat menentukan bidang kecakapan tertentu yang dianggap
bermasalah dan memerlukan perbaikan. Bidang-bidang kecakapan ini dapat
dikategorikan menjadi tiga macam :
a.
Bidang kecakapan
bermasalah yang dapat ditangani oleh guru sendiri.
b.
Bidang kecakapan
bermasalah yang dapat ditangani oleh guru dengan bantuan orang tua.
c.
Bidang kecakapan
bermasalah yang tidak dapat ditangani baik oleh guru maupun orangtua.
Kembali ke soal Badu, ternyata
dari hasil diagnosis diketahi bahwa ia belum memiliki kecakapan memahami
konteks kalimat, khususnya kalimat-kalimat yang mengandung elemen polisemi.
Akibatnya sebuah kata yang arti aslinya “X” dalam sebuah konteks kalimat dia
pahami sebagai “X” juga dalam konteks kalimat lain.
3.
Menyusun Program
Perbaikan
Dalam hal menyusun program
pengajaran perbaikan (remedial teaching), sebelumnya guru perlu menetapkan
hal-hal sebagai berikut :
a.
Tujuan pengajaran
remedial.
b.
Materi pengajaran
remedial.
c.
Metode pengajaran
remedial.
d.
Alokasi waktu
pengajaran remedial.
e.
Evaluasi kemajuan
siswa setelah mengikuti program pengajaran remedial.
4.
Melaksanakan
Program Perbaikan
Pada prinsipnya, program
pengajaran remedial itu lebih cepat dilaksanakan tentu saja akan lebih baik.
Tempat penyelenggaraannya bisa dimana saja, asal tempat itu memungkinkan siswa
klien (siswa yang memerlukan bantuan) memusatkn perhatiannya terhadap proses
pengajaran perbaikan tersebut. Namun patut dipertimbangkan oleh guru pembimbing
kemungkinan digunakannya ruang Bimbingan dan Penyuluhan yang tersedia di
sekolah dalam rangka mendayagunakan ruang BP tersebut.
Selanjutnya untuk memperluas
wawasan pengetahuan mengenai alternatif-alternatif kiat pemecahan masalah
kesulitan belajar siswa, guru sangat dianjurkan mempelajari buku-buku khusus
mengenai bimbingan dan penyuluhan. Selain itu, guru juga dianjurkan untuk
mempertimbangkan penggunaan model-model mengajar tertentu yang dianggap sesuai
sebagai alternatif lain atau pendukung cara memecahkan masalah kesulitan
belajar siswa.[7]
5.
Cara Belajar Yang
Baik
a.
Andaikankamu sudah
mempunyai cara belajar yang baik, artinya dengan caramu itu kamu dapat belajar
dengan mudah. Misalnya “Pak, saya belajar dengan membaca sekali saja sudah
jelas, mudah mengerti”, “Pak, dengan baca sekali, dengan dengar uraian, dan
buat skema-skema, mudah sekali masuk”, dan sebagainya maka cara itu boleh kamu
pakai terus.
b.
Bagi yang sulit
belajar, manakah cara belajar yang baik? Selain sudah dijelaskan sebelumnya,
coba dengarkan cara yang biasa beberapa orang lakukan ini!
1)
Dengan membaca
keseluruhan dala satu bab atau mencoret yang penting.
2)
Jika belum jelas,
baca lagi dengan menulis pokok-pokoknya pada catatan.
3)
Kamu pelajari
pokok-pokok singkatan tersebut.
4)
Apabila masih lupa,
lihat bagian mana yang kelupaan.
5)
Bila harus
menghafal syair, kamu dapat melakukan :
a)
Baca seluruhnya
pelan-pelan dan
tenang. Baca lagi dengan menuliskan kata-kata / kalimat-kalimat
yang sukar. Baca lagi, dan ditekankan yang masih lupa/sukar. Hafalkan di luar
kepala.
b)
Gunakan
kalimat/jembatan (slogan), simbol-simbol, atau singkatan-singkatan. Misalnya,
TEKAD, AKABRI, dan lain-lain.
c)
Apabila menghafal
sejarah, buatlah pita singkatan silsilah.
d)
Apabila mempelajari
ilmu hayat, buktikanlah dengan melihat kenyataan. Misalnnya, benarkah jagung
berakar serabut? Atau seperti apa wujudnya?
e)
Apabila mempelajari
ilmu pasti (aljabar-ukur), banyak-banyaklah berlatih mengerjakan soal dan
membuktikan dail-dalilnya.
f)
Segera tanyakan ke
guru apabila menghadapi kesukaran-kesukaran.
Uraian di atas akan
mempunyai arti jika kita mau membuktikannya dengan kehendak kita, memiliki
kemauan kuat untuk melaksanakannya, berdisipin/menaati dan menepati rencana
yang sudah ditentukan untuk belajar, gemar membaca buku, jangan suka menganggur
kerjakan apapun yang berguna.[8]
BAB III
PEMBAHASAN
Setiap siswa memiliki karakteristik
yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Hal tersebut sangat wajar
mengingat mereka juga berasal dari keluarga dan lingkungan yang berbeda
pula.Dalam hal belajar misalnya, setiap siswa juga mempunyai tingkatan dan
kemampuan belajar yang berbeda pula. Bisa jadi cara belajar mereka pun tidak
sama satu dengan yang lain. Adanya perbedaan kemampuan belajar tersebut
mengakibat antara satu siswa dengan siswa yang lain kadang terjadi kesenjangan
yang cukup besar. Maksudnya disatu sisi ada siswa yang sangat cerdas dan di
sisi lain ada siswa yang kurang pandai. Bagi siswa yang cerdas tentu membuat
bangga gurunya, akan tetapi siswa yang rendah prestasi belajarnya menjadi
permasalahan tersendiri bagi guru dan juga siswa itu sendiri. Nah, dalam proses
Bimbingan Konseling bisa diambil sebuah permasalahan mengenai siswa yang rendah
prestasi belajarnya atau siswa yang mengalami kesulitan belajar.
Sebut saja Doni (bukan nama
sebenarnya), adalah seorang siswa kelas 5 yang memiliki nilai hasil belajar
terendah di kelasnya. Nilai rendah tersebut tidak hanya untuk satu atau dua
mata pelajaran saja, tetapi hampir semua mata pelajaran. Dalam proses kegiatan
belajar mengajar Doni terlihat sulit sekali menerima materi pelajaran. Selain
itu Doni juga tidak bisa fokus terhadap pelajaran. Ia lebih suka bermain dan
mengganggu teman sebangkunya. Tidak jarang guru seringkali menegurnya lantaran
mengganggu konsentrasi siswa lain. Sayangnya Doni tidak lantas diam dan fokus
pada pelajaran hingga jam pelajaran selesai. Beberapa menit kemudian ia kembali
mengganggu temannya dan tidak fokus pada pelajaran. Pekerjaan Rumah (PR) yang
diberikan guru pun sering tidak ia kerjakan.
Permasalahan Doni di atas tentu
menjadi kekhawatiran guru dan juga orang tua. Oleh karena itu guru sebagai
orang tua kedua dan juga dianggap lebih kompeten dalam mengenal dan memahami
karakteristik siswa, mengambil langkah-langkah tertentu sebagai upaya untuk
memberi solusi atas permasalahan yang menimpa Doni tersebut.
Langkah-langkah yang diambil yaitu:
1. Memanggil Doni dan berbicara empat
mata perihal segala sesuatu yang terkait dengan masalahnya.
2. Memberinya pengertian bahwa
perbuatan yang dilakukannya salah.
3. Memotivasi Doni untuk giat belajar dengan
kata-kata persuasif.
4. Menjelaskan kepada Doni
akanpentingnya belajar, baik untuk sekarang maupunmasa depan.
5. Memberikan perhatian yang lebih
dalam kegiatan proses belajar mengajar. Maksudnya jika Doni belum memahami
suatu materi, guru harus dengan sabar menjelaskannya kembali dengan kata-kata
yang mungkin lebih mudah dimengerti.
6. Memberinya hadiah sebagai
penyemangat jika prestasinya meningkat.
7. Mengajak peran serta orang tua untuk
ikut membantu dan mengawasi Doni dalam kegiatan belajar di rumah.[9]
BAB
IV
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
1. Kesulitan
belajar merupakan sebuah permasalahan yang menyebabkan seorang siswa tidak
dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik seperti siswa lain pada umumnya
yang disebabkan faktor-faktor tertentu sehingga ia terlambat atau bahkan tidak
dapatmencapai tujuan belajar dengan baik sesuai dengan yang diharapkan.
2. Faktor
penyebab kesulitan belajar yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
3. Diagnosa kesulitan belajar dapat
diterjamahkan sebagai sebuah proses yang dilakukan oleh guru untuk menentukan
masalah atau ketidak mampuan siswa dalambelajar yang dilakukan dengan cara
meneliti berbagai latar belakang faktor penyebabnya dengan cara menganalisis
gejala-gejala yang tampak dan dapat dipelajari.
4.
Intervensi (Pemecahan Masalah) Kesulitan Belajar dapat dilakukan dengan
cara Menganalisis hasil diagnosis, Mengidentifikasi
dan menentukan bidang kecakapan tertentu yang memerlukan perbaikan, dan Menyusun
program perbaikan.
B. Saran
1. Hendaknya makalah ini dapat dijadikan sebagai salah satu sumber
pembelajaran bagi pembaca.Dan makalah ini bisa bermanfaat bagi banyak pihak,
utamanya bagi penyusun dan pembaca
2. Untuk pendidik diharapkan dapat menciptakan suasana belajar yang
nyaman bagi anak didiknya dan dapat menciptakan cara belajar yang mampu membuat
peserta didik bersemangat dalam belajar sehingga dapat memahami pelajaran
sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Hendaknya pendidik bekerja sama dengan
orang tua atau wali siswa dalam meningkatkan prestasi belajar dan mengurangi
faktor-faktor penyebab kesulitan belajar.
3. Untuk peserta didik sebaiknya tetap menerapkan sikap disiplin dan
tepat waktu dalam belajar. Pelajari hal-hal yang berkaitan dengan ilmu
pengetahuan, tak perlu sungkan untuk bertanya pada guru jika memang ada hal
yang belum dimengerti.
BAB
V
DAFTAR
RUJUKAN
Bimo, Walgito,
2010, Bimbingan + Konseling [Studi &
Karier], Yogyakarta: Andi.
http://aridlowi.blogspot.com/2012/06/contoh-kasus-cara-menangani-anak.html diakses pada jam 21.53, 15
Maret 2015.
Irham, Muhammad, dkk, 2013, Psikologi pendidikan: Teori dan Aplikasi
dalam Proses Pembelajaran,
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Suryabrata, Sumaedi,
2004, Psikologi Pendidikan,
Jakarta: Raja Grafindo.
Syah,Mihibbin,
2011, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Bandung: Rosda.